32.4 C
Jakarta

Melihat Ormas Gelap yang Merusak Citra Ormas Islam di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahTelaahMelihat Ormas Gelap yang Merusak Citra Ormas Islam di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Masih ramai dengan kabar aktris Zaskia Mecca yang merespon perihal Toa, bahkan menjadi trending di twitter dari para netizen. Bagi saya respon tersebut adalah wajar jika memposisikan diri sebagai orang yang merasa terganggu. Meski demikian, kehadiran orang-orang yang membangun sahur di beberapa tempat justru membawa kebermanfaatan tersendiri dalam kehidupan orang beragama Islam untuk melaksanakan ibadah puasa.

Gusdurpun dalam tulisannya juga pernah merespon fenomena demikian. Tulisan Gusdur yang dilansir dari Islami.co dengan judul “Islam Kaset dan Kebisingannya”, menjadi sebuah kenyataan yang harus kita pahami sebagai umat muslim bahwa masalah tersebut bukanlah terjadi baru-baru ini.

Dalam tulisannya, Gusdur melihat bahwa suara kebisingan yang dilakukan untuk anjuran melakukan ritual keagamaan justru mengganggu ornag yang sedang tidur. Nabi Muhammad mengatakan, kewajiban (agama) terhapus dari tiga macam manusia: mereka yang gila (hingga sembuh), mereka yang mabuk (hingga sadar), dan mereka yan tidur (hingga bangun).

Ini artinya tidak ada kewajiban yang dibebankan kepada orang tidur. Jika dalam konteks kasus Toa yang sedang ramai, justru ini menjadi catatan tebal yang harus dibenahi dalam pola keberagamaan kita. Apabila kiranya ekspresi keagamaan yang kita tunjukkan menggangu ornag lain. Maka sudah seharusnya melihat lebih jauh dari kacamata ini agar senantiasa berusaha untuk menghargai orang lain.

Ditulisan yang lain, yang dilansir dari Pesantren.id.  Beberapa orang justru menganggap bahwa bunyi toa, syi’iran sebelum adzan diwaktu subuh, suara-suara sahur di masjid menjadi kebahagiaan tersendiri. sebab adanya itu justru menjadikan sesuatu yang berbeda antara bulan ramadhan dengan bulan-bulan lainnya. Keramaian yang ada pada bulan ramadhan justru tidak akan ditemukan selain di Indonesia, dengan berbagai kenaekaragaman ormas Islam.

Ormas Islam dan Dinamika Keberagamaan Muslim Indonesia

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran ormas Islam dan keagamaan adalah salah satu bagian penting dari perjalanan keberagamaan muslim di Indonesia, bahkan dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Organisasi besar yang ada di Indonesia khususnya, seperti NU dan Muhammadiyah adalah bagian dari sejarah Indonesia yang tidak bisa ditinggalkan.

Peran keduanya menjadi bagian dari pola keberagamaan masyarakat Indonesia, meskipun demikian nyatanya selain kedua organisasi tersebut, masih banyak ormas Islam dan keagamaan yang lain masih eksis di Indonesia. Apapun jenis organisasinya, yang jelas masih tetap sejalan dengan NKRI, menjadikan pancasila sebagai dasar dari pergerakan dari organisasinya.

BACA JUGA  Perubahan Tanpa Khilafah, Kenapa Tidak?

Maka dari itu, menjadi sangat wajar ketika absennya pendiri NU, yakni KH. Hasyim Asy’ari dalam kamus sejarah Indonesia yang diterbitkan oleh Kemendikbud menimbulkan berbagai respon dari kaum nahdliyin dipelbagai kalangan. Sebab peran pendiri NU tersebut adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kemerdekaan NKRI dari kalangan ‘ulama.

Coret Ormas Islam yang Hitam-Putih

Karena eksistensi Ormas Islam adalah bagian dari keberagamaan muslim di Indonesia, tidak heran bahwa ekspresi keagamaan yang dimiliki oleh setiap orang berbeda, dan bisa dilihat dari ormas yang diikutinya. Misal, si a menunjukkan ekspresi keberagamaan yang berbeda dibandingkan b. Sebab keduanya berada di organisasi yang berbeda.

Perbedaan inilah kemudian kita sebut sebagai anugerah yang dimiliki oleh Indonesia. Berbagai keragaman tersebut, meski berasal dari agama yang sama tidak lantas menimbulkan perpecahan antar yang satu dengan yang lain.

Akan tetapi, nyatanya masih banyak sebagian orang yang berfikir secara hitam-putih. Menganggap kehidupan hanya dari dua sisi dan ajaran Islam hanya berpatokan pada benar dan salah, haram dan halal, ataupun dua sisi yang lain. Ormas Islam dan keagamaan yang semacam ini wajib dicoret dari bagian dari ormas. Sebab ini tidak mencerminkan pola kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang majemuk.

Padahal sebenarnya kehidupan ini sangat luas jika dilihat dari kondisi sosial yang ada. Kita akan menemukan berbagai hal baru dalam setiap orang yang kita temui. Perbedaan latar belakang, agama bahkan budaya pasti akan membuat sikap setiap orang berbeda.

Alih-alih, seharusnya kehadiran ormas Islam membuat muslim di Indonesia semakin rukun justru menciptakan keretakan yang baru dengan pemahaman dan fanatisme golongan yang ditularkan. Bersikap tegas terhadap ormas Islam dan keagamaan yang demikian menjadi hal wajib agar tidak tergerus pada pemahaman agama yang menyajikan keasalahan orang lain. Melihat kesalahan orang lain, bahkan sikap kafir-mengkafirkan menjadi budaya. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru