26.1 C
Jakarta
Array

Maulid Nabi Berujung Duka, Umat Islam Terluka

Artikel Trending

Maulid Nabi Berujung Duka, Umat Islam Terluka
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Beberapa hari yang lalu, umat Islam dikejutkan dengan bom bunuh diri yang terjadi di Kabul, Afghanistan. Peristiwa ini terjadi saat sedang berlangsung acara Mulid Nabi Muhammad yang dihadiri ratusan umat muslim. Jumlah korban meninggal sebanyak 50 orang, sementara korban luka-luka berjumlah sekitar 83 orang.

Insiden ini menjelma menjadi sebuah pedang yang menghunus hati umat Islam. Bagaimana tidak, saudara kita sesama muslim banyak yang gugur saat merayakan acara yang mulia, demi sebuah penghormatan terhadap manusia paripurna, Rasulullah Muhammad SAW. Lagi-lagi kelompok ekstrem ini berulah. Spirit “jihad” selalu digalakkan atas nama agama. Api radikalisme dan terorisme semakin menjadi-jadi di kalangan umat Islam sendiri.

Walaupun sampai saat ini belum diungkap jelas pelakunya, akan tetapi perbuatan tersebut terlampau jauh melangkahi hak asasi manusia. Kenyataannya, mereka berdalih mengamalkan ayat Al-Qur’an dan Hadis Nabi yang dilegitimasi sebagai dasar tindakannya. Pemahaman parsial dan superfisial menjadi tipologi cara berpikir mereka. Dampaknya, lahir suatu kebanaran ekslusif, yaitu enggan menerima kebenaran lain.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang sering disalahpahami dan dijadikan dalil bagi tindakan mereka adalah ayat-ayat jihad dan perang. Faktanya, kelompok ini memaknai bom bunuh diri sebagai jihad di jalan Allah. Term “jihad” yang menjadi keyakinan mereka seringkali diasosiasikan dengan kekerasan, benturan peradaban antara Islam dan Barat, bahkan terorisme.

Fenomena ini pada akhirnya melahirkan kekhawatiran tersendiri. Tipologi berpikir parsial memang tidak patut disalahkan, akan tetapi kandungan teks (Al-Qur’an dan Hadis) mengandung makna yang luas. Pada saatnya, seseorang harus memaksa dirinya untuk membuka mata dan melihat betapa luasnya aspek yang menjadi pertimbangan dalam pengamalan kandungan teks itu sendiri.

Di dalam kaidah-kaidah penafsiran, seorang muslim tidak bisa seenaknya menafsirkan ayat secara literal. Paling tidak, modal pemahaman teks harus disandarkan pada asbabun nuzul, karena hal itu merupakan latar belakang turunnya teks tersebut. Dari sini, seseorang bisa lebih berhati-hati dalam menyimuplkan kandungan ayat yang sesungguhnya.

Jika ditilik dari sisi sebab-akibat, dampak yang muncul bisa beresiko tinggi. Orang-orang yang pandai dan bijak dalam membaca situasi tersebut, tidak menjadi suatu kecemasan. Tetapi sebaliknya, jika tidak bijak dalam menyikapi insiden tersebut, mudah terpancing, terprovokasi, kemungkinan besar akan terjadi perang saudara. Nau’dzubilah.

Dampak lain yang tak bisa terhindarkan adalah Islam mendapat stigma buruk sebagai agama teroris. Agama dan terorisme kini menjadi dua istilah yang akan terabadikan dalam bingkai sejarah kemanusiaan. Situasi aman dan damai jauh dari kenyataan sosial dalam hidup kita. Situasi ini tidak boleh dibiarkan.

Di sisi lain, Islam akan berubah wujud menjadi sosok yang menakutkan di mata manusia, atau biasa disebut Islamphobia. Di mata Barat, Islam adalah agama teroris, agama kekerasan, dan tentunya stigma buruk selalu ditimpalkan pada Islam. Namun, yang menjadi kekhawatiran besar adalah bisa jadi orang Islam sendiri juga merasakan Islamphobia. Mereka merasa tidak aman dengan perbuatan saudaranya sesama muslim. Jika hal itu benar-benar terjadi, keyakinan terhadap kebenaran Islam akan luntur dan mereka merasa tidak aman dalam agama Islam.

Peristiwa pengeboman yang terjadi di Kabul secara tidak langsung telah melukai jati diri agama Islam. Islam selalu mengajarkan nilai moderat (tawassuth), tidak ekstrem kanan maupun kiri. Wajah Islam yang sesungguhnya adalah mencerminkan Islam yang damai dan penuh kasih sayang, bukan Islam yang berwajah bengis dan garang.

Maka, perlu dilakukan internalisasi pola pikir dan penghayatan terhadap agama secara inklusif. Kita sebagai umat Islam seharusnya melihat semua agama sebagai institusi yang benar, yang sama-sama mengajarkan keselamatan akhirat. Dan karena itu tak layak untuk saling membunuh, membinasakan, dan meniadakan.

* Muhammad Faqoth, pemerhati masalah sosial keagamaan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru