25.7 C
Jakarta

Mati Satu Tumbuh Seribu: Pepatah yang Begitu Relevan untuk Para Teroris

Artikel Trending

KhazanahTelaahMati Satu Tumbuh Seribu: Pepatah yang Begitu Relevan untuk Para Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Penangkapan 2 teroris oleh tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri kembali dilakukan pada Rabu 30 Juni 2021 pagi. Keduanya ditangkap di kawasan Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.

“Hari ini, Rabu tanggal 30 Juni 2021 jam 10.00 tadi, Densus 88 AT Polri, Satgas Wil DKI bekerjasama dengan Satgas Wil Bangka Belitung telah melakukan penangkapan terhadap dua orang diduga teroris,” ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Komisaris Besar Polisi Ahmad Ramadhan pada Rabu 30 Juni 2021.

Lagi-lagi, penangkapan teroris ini semacam menjadi konsumsi pokok yang terus menghiasi media massa dan tagline berita hangat pada setiap waktu. Seolah tidak akan sirna, teroris ini bisa kita ibaratkan dengan pepatah mati satu tumbuh seribu. Pepatah ini barangkali digunakan untuk menumbuhkan semangat orang yang sedang terluka, atau pohon pisang yang memberikan seribu manfaat kepada manusia, akan tetapi, perihal keberadaan teroris, tidak ada yang diuntungkan sedikitpun, justru sebaliknya.

Sebanyak apapun yang sudah ditangkap, mereka tetap saja ada dan muncul. Semassif apapun penangkapan yang dilakukan, ideologi itu sudah tersebar dan mendarah daging kepada para pengikutnya.

Ideologi terorisme ini bukanlah menjadi tantangan nasional, melainkan menjadi tantangan global di berbagai negara. Jubah agama, kelompok atau apapun jenisnya. Kekerasan model ini secara massif dibicarakan diberbagai negara dalam konteks global.

Bahkan Arab Saudi, yang dikenal sebagai negara Islam turut menegaskan untuk bersatu dalam melawan terorisme dalam bentuk apapun. Hal itu disampaikan dalam sesi kabinet pertemuan minggu Kota Neom pada 29/06/21, melalui serambinews.com. penegasan yang dimaksud yakni menggemakan dukungan, untuk upaya internasional memerangi teror, mengganggu pendanaan dan memerangi ideologi.

Dukungan atas negara Arab dalam melawan terorisme ini sebagai bentuk dukungan aksi global yang selama ini menggema diberbagai negara. upaya tersebut juga dilakukan untuk pembangunan berkelanjutan, koeksistensi dan perdamaian.

Jubah Islam pada ideologi terorisme ini sangat ditentang oleh negara Islam, seperti Arab Saudi. Ini artinya bahwa Islam tidaklah menghalalkan berbagai tindak kejahatan, kekerasan yang menghilangkan nyawa manusia.

BACA JUGA  Nasib Anak Teroris, Hidup di Antara Harapan dan Trauma

Kegusaran dalam memahami ajaran Islam

Penerimaan dalam memahami ajaran Islam paa setiap orang berbeda. Sebuah kelompok keagamaan dibentuk, maka disitulah ideologi terbangun dan dijadikan pijakan kebenaran bagi pengikutnya. Sebenarnya fenomena ini tidak masalah, selama tidak merusak citra Islam pada tatanan sosial.

Kegusaran yang dialami dalam perkembangan pemahaman Islam, yakni lahir kelompook-kelompok. ‘Islamisme’ atau ‘radikalisme’ (atau Islam militan atau fundamentalisme) merujuk pada keinginan kelompok tertentu (biasanya kelompok kecil yang tidak memiliki kekuatan politik) untuk memaksakan versi Islam konservatif mereka ke masyarakat dan politik. Apalagi mereka ini sering menggunakan kekerasan (atau ancaman) untuk mencapai tujuan mereka.(Fazlur Rahman,2017:191)

Melalui kegusaran tersebut, dapatlah kita pahami bahwa sekelompok orang gagal paham dalam memaknai ajaran Islam. Berawal dari tafsir ekstremis yang dipahami, itulah yang menjadi titik tolak terjadinya kekerasan-kekerasan berbasis agama.

Kekerasan bisa berupa perbuatan dengan menggunakan  kekuatan/tenaga (fisik) yang cukup besar dan menimbulkan efek negatif terhadap penerima perilaku kekerasan tersebut (Adami Chazawi,2017:43). Kekerasan ini beragam caranya. Kekerasan verbal yang digunakan dalam momentum dakwah yang sama sekali tidak enak didengar. Berupa caci-maki, umpatan, dan sangat gampang mengkafirkan sesamanya. Lebih ekstrem lagi, praktik kekerasan berupa fisik, perilaku membunuh, menghalalkan darah sesamanya. Dalam konteks ini yakni para teroris  yang sangat jelas berperan terhadap penyebaran Islam lewat jalur keras dan tidak bisa dierima secara manusiawi serta memperburuk citra Islam.

Apapun bentuk pemahamannya, mendorong dan terus mendukung pemerintah untuk melawan para teroris ini harus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. Sebab keberadaannya memecah belah, meyengsarakan kelompok minoritas, bahkan umat Islam itu sendiri.

Bentuk dukungan lainnya, yakni membumikan narasi keislaman yang tanpa kekerasan, tafsir ramah yang bisa dibaca oleh anak-anak muda, khususnya di media sosial. Upaya ini menjadi sangat penting dengan melihat penyebaran ideologi teroris dilakukan di media sosial. Dengan perrtimbangan bahwa pengguna media sosial adalah anak muda. Sehingga bentuk dukungan semacam ini, menjadi bentuk kerjasama antar pemerintah dengan masyarakatnya. Wallahu a’lam

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru