26.3 C
Jakarta

Mantan Napiter, Haris Amir Falah Sebut Terorisme Bukan Sebab Agama

Artikel Trending

AkhbarDaerahMantan Napiter, Haris Amir Falah Sebut Terorisme Bukan Sebab Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Solo – Haris Amir Falah, mantan narapidana teroris (Napiter) mengungkapkan bahwa radikalisme itu bukan Islam. Ungkapan tersebut diwujudkan dalam bentuk buku berjudul “Hijrah dari Radikal Kepada Moderat”.

Dalam buku tersebut, Haris juga menekankan bahwa radikalisme tidak boleh dialamatkan pada agama apapun. “Kata radikalisme menurut pandangan saya bukan dari ajaran Islam. Saya mencoba menulis perubahan pemikiran dan sikap saya tentang ajaran Islam, yakni dari paham yang ekstrim dan radikal menjadi moderat,” ungkapnya dalam bedah bukunya, Selasa (18/2/2020), di Auditorium Muh Djazman, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Napiter Haris menyampaikan suatu perjalanan pergolakan pemikiran yang amat panjang dari sekitar 1983 hingga 2010, tentu tidak cukup hanya ditulis dalam buku ringkas semacam ini. Namun, setidaknya ini, menjadi ispirasi awal bagi banyak orang. Dalam durasi yang panjang itu, dia baru belakangan menemukan titik balik menuju pemahaman yang moderat dan rahmatan lilalamin.

“Pada buku ini, yang saya pahami dengan radikalisme adalah paham keagamaan yang berideologi kekerasan, kemudian terlalu keras memahami agama, dan juga berlebih-lebihkan yang akhirnya melahirkan intoleransi di dalam beragama baik intoleransi sesama kaum muslimin maupun terhadap orang-orang di luar Islam. Bahkan, kadang juga pada akhirnya akan melahirkan aksi-aksi teror,” tukasnya.

BACA JUGA  BNPT RI Bersinergi dengan Polda Jawa Barat Waspadai Ancaman Terorisme

Sementara itu, narasumber lain dalam bedah buku yaitu Dr. Amir Mahmud M.AG selakui pengamat Pergerakan Islam mengatakan radikal dinilai ada tiga kategori yakni dalam bentuk lisan atau ujaran kebencian.

Baca Juga :  Tak Punya Uang Tapi Ingin ke Pantai di Jogja, 2 Pelajar Jatim Nekat Todong Remaja Pakai Sajam di Taman Sekartaji Solo

“Hal ini sangat berpotensi sangat radikal. Kedua radikal dalam bentuk fisik yakni mereka tidak suka kemudian melakukan kekerasan, dan ketiga bentuk ekstrim, yakni mereka yang ingin mengubah suatu tatanan nilai bangsa manapun itu radikalisme. Radikalisme itu, bukan Islam. Islam bukan radikalisme. Namun, radikalisme itu, seseorang atau kelompok yang melakukan paham radikal,” kata Amir Mahmud. Prihatsari

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru