30.1 C
Jakarta

Manfaat Tak Terduga dari Menulis Buku Harian

Artikel Trending

KhazanahLiterasiManfaat Tak Terduga dari Menulis Buku Harian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Banyak orang beranggapan bahwa menulis itu sulit. Mereka lebih dulu takut untuk memulai. Karena di bayangannya, menulis itu harus bisa menciptakan tulisan yang menarik, berisi kosa kata apik juga berhadapan dengan imjinasi tinggi. Padahal makna menulis itu luas tidak harus selalu kisah-kisah menarik seperti novel atau cerpen. Menulis buku harian atau journaling juga bagian dari menulis.

Pikiran, afeksi dan motorik bersatu menuangkan segala perasaan dari peristiwa yang telah dilewati. Dalam journaling tak perlu memikirkan bahasa-bahasa indah, yang terpenting kita menulis dengan jujur apa adanya.

Menulis buku harian merupakan sarana terapi mental. Seorang psikolog sosial Amerika James W. Pennebaker mengatakan bahwa perasaan dan ide jika terlalu lama disimpan akan berdampak negatif bagi tubuh dan pikiran. Untuk itu menulis menjadi wadah dalam mengekspresikannya. Membantu kita melampiaskan emosi secara tepat.

Tak sedikit orang yang menganggap remeh tentang menulis buku harian. Padahal banyak penelitian yang telah membuktikan manfaatnya. Beberapa faedah tersebut ialah sebagai berikut.

Pertama, waktu untuk meditasi. Kesibukan yang kita lalui sehari-hari dari pagi hingga malam lalu dilanjutkan dengan kegiatan yang sama. Hingga akhirnya terjerat dengan rutinitas yang membosankan. Rasa bosan seringnya juga menimbulkan depresi.

Menulis jurnal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi stress. Sarana untuk bermeditasi merjernihkan pikiran yang amburadul dengan menghadirkan diri kita secara sadar pada momen saat ini. Pikiran yang sadar membantu kita dalam memahami diri sendiri. Hal-hal apa yang membuat kita resah atau bahagia, peristiwa di sekeliling kita juga pengalaman diri.

Saat memulai hari saya selalu merasa lebih segar. Meski kemarin hari pikiran sempat kusut dengan banyaknya masalah dan rutinitas padat. Sebelum tidur saya menerapkan meditasi dengan menulis perasaan dan pengalaman di hari tersebut. Alhasil, esoknya pikiran kembali pulih dan jernih. Saya dapat menjalani hari dengan baik dan penuh energi.

Menyadari apa yang tengah terjadi pada diri sendiri merupakan hal penting. Dengan begitu kita akan mudah menerima diri seutuhnya. Belajar memahami bahwa tak masalah jika melewatkan hari dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Kedua, menyehatkan mental dan jasmani. Setiap manusia punya beban pikiran masing-masing. Masalah dalam hidup seringnya membuat kita depresi. Biasanya orang depresi membutuhkan tempat untuk mengekspresikan perasaan, menyalurkan tekanan dalam diri.

BACA JUGA  Telaah Literasi Kita: Indonesia Darurat Membaca?

Tempatnya sederhana yaitu menulis. Rasa kesal, marah, sedih bisa berkurang begitu dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan jujur kita mengungkapkannya.

Mengekspresikan perasaan berarti mengembangkan keseimbangan antara kenyamanan mengungkapkan dan mengendalikan perasaan. Campbell mengaku bahwa semakin beragam pengalaman terhadap bermacam-macam perasaan akan mengembangkan pondasi emosional yang kuat.

Terbukti saat beberapa kali saya dilanda rasa kesal dan marah. Lalu, saya duduk mengatur napas sembari menulis perasaan tersebut. Tak sampai lima menit rasa marah atau kesal yang sebelumnya meletup-letup padam. Awalnya saya suka uring-uringan, kini emosi dapat terkendali dengan baik berkat menulis buku harian.

Dalam jurnal Advance in Psychiatric Treatment dijelaskan manfaat menulis buku harian selain dapat menyeimbangkan mental dan emosi, memberi stimulus tubuh, mengatasi penurunan tekanan darah, dan meningkatkan fungsi paru-paru dan hati.

Ketiga, meguatkan memori. Di era digital ini, sebagian besar kita menulis di smarthphone dan laptop. Namun, untuk buku haria sebaiknya gunakanlah tangan. Menulis dengan tangan dapat menguatkan memori.

Sebuah penelitian Pam Mueller dari Princeton University dan Daniel Oppenheime dari University of California membuktikan kebenarannya. Para peneliti menyimpulkan bahwa menulis dengan tangan membuat otak lebih terorganisir dalam merekam memori. Sehingga daya ingat terhadap materi lebih tajam.

Saya merasakan sendiri saat menulis daftar kerja di buku catatan jauh lebih ingat apa yang harus dilakukan dibanding ketikan di memo laptop. Kemudian, saat ujian saya terbantu berkat mencatat di buku meski sebelumnya lupa mereview beberapa bab di mata kuliah tersebut.

Cobalah luangkan waktu sejenak untuk menulis jurnal dengan tangan. Singkirkan berbagai macam distraksi seperti smarthphone dan lain sebagainya. Gunakan kertas kosong dan pulpen untuk menulis.

Pada intinya, menulis adalah aktifitas yang memberi banyak manfaat. Tak perlu menunggu mahir dalam menulis cerita, puisi dan sebagainya. Mulailah dengan menulis buku harian, cerita pengalaman dan kegiatan sehari-hari. Karena sejatinya kita adalah penulis bagi cerita pengalaman kita sendiri, kita lah yang benar-benar memahami siapa diri kita sebenarnya.

Marisa Rahmashifa
Marisa Rahmashifa
Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris berdomisili Malang

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru