27.1 C
Jakarta

 Living Qur’an, Sebuah Kajian Baru dalam Tafsir

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsir Living Qur’an, Sebuah Kajian Baru dalam Tafsir
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dinamika perkembangan kajian terhadap Al-Qur’an terus belgulir dari masa ke masa. Metode dalam mengkaji Al-Qur’an pun beragam dan terus berkembang. Jika selama ini kajian terhadap Al-Qur’an cenderung menjadikan teks Al-Qur’an itu sendiri sebagai objek kajian, maka Living Qur’an hadir memberikan warna baru dalam khazanah kajian Al-Qur’an. Mengapa demikian? Karena dalam Living Qur’an praktik masyarakat lah yang akan dijadikan objek kajian.

Living Qur’an atau bisa disebut juga dengan fenomena Qur’an in Everyday Life, yakni makna dan fungsi Al-Qur’an yang riil dipahami dan dialami masyarakat muslim. Living Qur’an menjadi salah satu upaya dalam memperluas wilayah tafsir. Selama ini tafsir cenderung dipahami harus berupa teks/grafis (kitab/buku) yang ditulis oleh seseorang, maka sebetulnya tafsir bisa diperluas berupa respon atau praktik perilaku suatu masyarakat yang diinspirasi oleh Al-Qur’an.

Menurut Muhammad Mansur kajian Living Qur’an melihat bagaimana masyarakat memfungsikan Al-Qur’an dalam kehidupan praksis di luar kondisi tekstualnya, yang mana hal tersebut terjadi karena masyarakat menganggap adanya fadhilah  unit-unit tertentu dari teks Al-Qur’an yang  akan bermanfaat bagi kepentingan praksis kehidupan keseharian umat.

Sebagai contoh adanya fenomena masyarakat yang mempercayai bahwa ketika menjenguk orang sakit hendaknya membacakan surah Al-Fatihah. Hal ini didasarkan pada sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menceritakan bahwa saat itu Nabi Muhammad SAW dan beberapa sahabat tengah melakukan perjalanan ke suatu perkampungan di Arab.

Singkat cerita kepala suku kampung tersebut ternyata tertimpa musibah yakni tersengat hewan berbisa. Penduduk kampung tersebut berusaha untuk menyembuhkannya namun tidak bisa. Hingga akhirnya mereka meminta bantuan pada para sahabat Nabi. Lalu salah satu sahabat bersedia meruqyah kepala suku tersebut dengan membacakan surah Al-Fatihah kepadanya. Dan setelah itu kepala suku tadi langsung sembuh seolah tak pernah sakit. Setelah itu, sahabat yang meruqyah tadi menceritakan mengenai  kejadian tersebut kepada Nabi dan Nabi membenarkan atas apa yang dilakukan oleh sahabat tersebut.

BACA JUGA  Tafsir Ayat Perang: Melihat Konteks Qs. al-Taubah [9]: 29 dalam Tafsir Buya Hamka

Selain itu masih banyak fenomena-fenomena Living Qur’an lainnya, khususnya fenomena yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia seperti tradisi membaca surah Yasin setiap malam Jum’at, tradisi tahlilan ketika ada keluarga yang meninggal dunia, pembacaan surah Mu’awwizatain (al-Ikhlash- al-Falaq, dan an-Nas) serta beberapa surah lainnya dalam rangkaian acara tradisi tolak bala Rebo Wekasan, dan lain sebagainya.

Mungkin bagi beberapa orang praktik-praktik yang ada dalam masyarakat ini dianggap bid’ah. Namun dalam pandangan sosiolog dan antropolog hal ini merupakan proses kreatif masyarakat dalam meresepsi kehadiran Al-Qur’an. Dengan adanya kajian Living Qur’an, selain untuk memperkaya khazanah tafsir Al-Qur’an disisi lain juga bermanfaat untuk kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat sehingga mereka dapat mengapresiasi Al-Qur’an lebih maksimal.

Noviane Rizka Azhari, Mahasiswa, UIN Sunan Kalijaga

Referensi:

Mustaqim, Abdul. “Metodologi Penelitian Al-Quran dan Tafsir”. Yogyakarta: Idea Press, 2015.

Mansur, Muhammad. “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Al-Qur’an”. Dalam Sahiron Syamsuddin. “Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadis”. Yogyakarta: Teras, 2007.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru