32.9 C
Jakarta

Literasi Sebagai Imunisasi Melawan Pandemi

Artikel Trending

KhazanahLiterasiLiterasi Sebagai Imunisasi Melawan Pandemi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Stres terjadi saat seseorang gagal menerka kapan berawal dan berakhirnya suatu peristiwa. Itulah yang dirasakan banyak masyarakat Indonesia saat ini. Mereka panik, tak mampu menerka kapan berakhirnya penyebaran virus corona. Sehingga ramai mereka melakukan upaya penyelamatan diri, yang berbalik arah menjadi sebab meluasnya penyebaran virus yang menjadi pandemi.

Di sisi lain, ada pihak yang memanfaatkan peristiwa ini sebagai ladang meraup keuntungan. Anjuran Work From Home (WFH) menjadi peluang besar menyebarkan informasi ketakutan. Banyak diantara mereka yang menyebarkan hoaks demi memperoleh view di akun sosial medianya. Akibatnya masyarakat kian cemas, dibuat terlunta-lunta oleh informasi yang mereka reka, sehingga kepanikan semakin meluas dan membuat keadaan kian sulit dikendalikan.

Globalisasi mengubah tata dunia baru dengan menjadikan informasi sebagai sarana pembangun peradaban. Bisa dibayangkan, berapa banyak informasi yang bisa dibaca dalam hitungan detik, menit, atau bahkan jam. Virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan telah menginfeksi 5.923 warga Indonesia per 17 April 2020. Jumlah kasus yang kian bertambah, kemudian diiringi kabar hoaks yang meresahkan.

Melawan Pandemi

Maka, dalam menghadapai pandemi ini masyarakat dituntut melek literasi. Literasi disini tidak hanya mampu membaca dan menulis belaka, namun kemampuan menganalisa, berpikir secara kritis dan kreatif dalam menyikapi setiap informasi yang ada. Karena tujuan dari literasi sendiri adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dengan bersikap demikian, harapannya masyarakat bisa mencari banyak referensi kemudian membandingkan dengan data yang ia baca. Dengan begitu, masyarakat bisa menemukan sudut pandang baru, yang membuat pola pikir dan kekuatan emosinya terkontrol.

Emosi yang berlebihan akibat stres bisa berdampak buruk daripada sumber stres itu sendiri. Apalagi permasalahan yang dihadapi adalah pandemik corona, yang penyelesaiannya melibatkan semua komponen secara keseluruhan. Jika salah satu komponen gagal melakukan tugasnya, tentu jumlah waktu penanganannya akan semakin lama. Dengan kata lain, masalah pandemik corona merupakan peristiwa yang tidak mungkin diselesaikan dalam waktu singkat. Oleh karena itulah, penanaman budaya literasi kepada setiap masyarakat perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan panik secara masal.

Selain mengucurkan sejumlah bantuan kepada masyarakat, pemerintah diharapkan mampu mengedukasi melalui media. Setidaknya dalam masa penyebaran virus corona di Indonesia, tingkat kepercayaan masyarakat kepada pihak pemerintahan semakin melemah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah orang positif corona, kesalahan komunikasi antara pemerintah daerah dan pusat, dan maraknya berita provokasi dari berbagai pihak.

BACA JUGA  Aktif Menulis sebagai Strategi Penguatan Mental

Dengan begini, sebesar apapun kucuran bantuan yang diberikan, dan secepat apa langkah pencegahan yang akan dilaksanakan, dengan tingkat kepercayaan yang rendah masyarakat akan siap menolak. Jika tidak terjalin komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dan masyarakat maka konsekuensi terburuknya, wabah ini akan semakin membludak dan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Tentu kita semua tidak ingin hal itu terjadi.

Oleh karenanya, membangun kepercayaan harus dilakukan, menguncurkan bantuan kepada setiap masyarakat yang menjadi korban, baik secara fisik maupun ekonomi, kemudian memberikan langkah nyata yang bisa dijangkau oleh semua daerah.

Membina Masyarakat

Dalam membangun kepercayaan masyarakat, pemerintah bisa melakukan literasi media. Tujuan dari literasi media sendiri untuk menenangkan masyarakat dan tetap waspada terhadap pandemi corona. Hal ini bisa dilakukan dengan dua tahap, yaitu menyaring informasi dari media dan mempublikasikan langkah kerja pemerintah dalam menghadapi virus corona.

Untuk yang pertama, pemerintah memang harus bekerja keras dalam melawan buzzer yang menyebar ketakutan. Pemerintah harus lihai mengidentifikasi siapa saja dalang dibalik penyebaran berita kebohongan. Setelah itu, menyerang balik berita tersebut dengan informasi positif yang menenangkan masyarakat.

Kedua, publikasi data, langkah kerja, serta manfaat dari langkah kerja tersebut ke media. Langkah pertama harus diimbangi oleh langkah kedua agar tidak terjadi kesalahan informasi. Keduanya harus dilaksanakan bersamaan agar tidak timbul kecurigaan dan salah penafsiran dari pihak masyarakat. Saat ini, pemerintah sudah melakukan berbagai gerakan diantaranya, anjuran physical distancing, menyepikan diri dari keramaian, dan memberikan berbagai macam bantuan dari penggratisan biaya listrik hingga menyalurkan kebutuhan pangan.

Langkah seperti ini harus terus menerus dilakukan dan dipublikasikan melalui media. Sehingga kepercayaan masyarakat akan berangsur-angsur meningkat seiring langkah kerja yang semakin cepat. Pola literasi seperti inilah yang harus digerakkan. Melawan setiap berita kebohongan dengan berita positif dan langkah kerja yang baik. Dan harapannya, masyarakat bisa percaya dan saling membantu memangkas laju penyebaran corona.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru