28.2 C
Jakarta

Larangan Hoax dan Munafik dalam Al-Qur’an

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanLarangan Hoax dan Munafik dalam Al-Qur'an
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menjadi momen yang sulit terlupakan saat saya membaca kisah kehidupan makhluk Allah (malaikat, setan, dan Adam) yang dihias dengan karakter yang berbeda-beda di surga. Malaikat, makhluk-Nya yang tidak dikaruniai nafsu, sehingga jejak hidupnya selalu positif (bertasbih kepada Allah); setan, makhluk-Nya yang diciptakan setelah penciptaan malaikat dan dianugerahi nafsu. Sayangnya, dia tidak mampu menjinakkan nafsunya, sehingga dia, dalam Al-Qur’an, berani membangkang terhadap perintah-Nya (sujud kepada Adam). Tragisnya, Allah melaknat setan menjadi ciptaan-Nya yang terus-menerus durhaka, bahkan sampai hari kiamat nanti; dan Adam, ciptaan-Nya yang terakhir. Selain dia punya nafsu, dia dikaruniahi akal sebagai media berpikir.

Sebab nafsu dan akal, manusia, sejak Adam hingga sekarang, terhias dengan beragam karakter: penyayang, jujur, pembohong, pemberani, penakut dan lain-lain. Macam-macam karakter ini jika dipilah tentu menjadi karakter baik dan karakter buruk. Penyayang, jujur, dan pemberani termasuk karakter baik yang mampu menghias kepribadian manusia tampak kharismatik di mata banyak orang. Sebaliknya, pembohong, penakut, sampai penipu, merupakan karakter buruk yang bisa-bisa mengakibatkan dampak negatif, baik terhadap si pelaku sendiri maupun orang lain.

Anehnya, karakter buruk yang disadari jelek di mata manusia (lebih-lebih di hadapan Tuhan), bahkan semua agama melarangnya, tak henti-henti bersemayamdan menguasai pikiran dan hati manusia. Tak heran, berjuta-juta manusia berani korupsi, berbohong dan menipu orang lain. Anda tahu, perbuatan serupa pernah terjadi saat Rasulullah saw. dan sahabatnya menyebarkan agama Islam. Biasanya pelakunya bermuka manis dan suka menggadai janji-janji palsu di depan orang Islam. Dalam Al-Qur’an, orang semacam itu dikenal dengan “orang munafik,” sedangkan, sekarang populer dengan sebutan PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Allah swt. mengungkap orang itu dalam QS. al-Baqarah [2]: 14: Wa idzâ laqû al-ladzîna ‘âmanû qâlû ‘âmannâ, wa idzâ khalau ilâ syayâthînihim qâlû ‘innâ ma’akum innamâ nahnu mustahzi’ûn. Apabila mereka (orang kafir) berjumpa dengan orang mukmin, mereka berkata, “Kami beriman.” Tapi, apabila mereka kembali kepada golongan mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami tetap bersamamu. Hanya saja kami mengolok-olok mereka (orang mukmin).”

Dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm (populer dengan sebutan Tafsîr Ibnu Katsîr), Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan tipe-tipe orang munafik (al-munâfiqûn). Bahwa orang munafik, jika bertemu dengan orang mukmin, selalu mengaku dirinya mukmin, sok akrab, dan berjabat tangan. Sebenarnya, mereka berbohong.

BACA JUGA  Definisi Hari Tenang di Tengah Maraknya Kampanye di Media Sosial

Pun, Muhammad Ali ash-Shabuni menyebutkan dalam tafsirnya, Shafwah at-Tafâsîr, bahwa tipe orang yang digambarkan Allah dalam surah al-Baqarah di atas adalah orang munafiq. Oleh sebab itulah, orang mukmin wajib mengurangi bergaul dengan tipe orang seperti itu.

Gambaran di atas hanya sebagian misalyang diungkap Allah agar orang mukmin berhati-hati dalam memilih teman, lebih-lebih pasangan hidup (suami atau istri).

Mengetahui kemunafikan atau ke-PHP-an lawan bicara kita tidak mudah. Sebab, orang semacam ini, dalam hadis Nabi saw., bermuka dua: baik dan buruk. Secara lahir tampak baik, namun hatinya bermaksud lain. Hati, bersifat tersembunyi dan samar. Hanya Allah yang mengetahui maksud hati manusia.

Jadi, perbedaan istilah “PHP” dan “munafik” berdasarkan uraian tersebut hanya berkutat pada perkembangan zaman semata (dari zaman klasik hingga zaman modern), sedangkan arti kedua kata tersebut sama. Bukankah “memberi harapan palsu” adalah “omong kosong” atau “perkataan dusta” yang menjadi ciri-ciri orang munafik?

Nabi Muhammad menyebutkan: “Ciri-ciri orang munafik ada tiga: Pertama,apabila berbicara, ia berdusta. Kedua,apabila berjanji, ia ingkar. Ketiga,apabila dipercaya, ia berkhianat.”

Di sisi lain, sebutan “PHP” lebih populer dan mengarah terhadap hubungan asmara (love affair). Misalkan, janji-janji palsu laki-laki (boy) yang sering digadai terhadap ceweknya (girl-friend), bahwa si lelaki berjanji akan meminang dan mengawininya sebagai bentuk keseriusan dan kesetian atas cinta yang dijalani. Tapi, karena itu hanya omong kosong alias PHP saja, kenyataan tak seindah kata-katanya. Sebelum yang dijanjikan menjadi kenyataan, si cewek dibiarkan terlantar dan broken heart. Tragisnya, si lelaki itu move on terhadap perempuan lain. Naudzubillah!

Nah, hindarilah PHP dan orang munafik. Jangan sampai ia menjadi teman, lebih-lebih pasangan hidup anda. Karena, PHP dan munafik berakar dalam satu arti, “omong kosong.”[]

*Tulisan ini diambil dari buku saya yang berjudul “Aku Ingin Bertemu Tanpa Harus Berpisah”

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru