26.1 C
Jakarta

Radikalisme Lebih Berbahaya daripada Terorisme

Artikel Trending

AkhbarRadikalisme Lebih Berbahaya daripada Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Ciputat-Pada Sabtu (30/11/2019) kemarin, bedah buku “Daulah Islamiyah dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah” karya Gus M. Najih Arromadloni digelar di Islam Nusantara Center, lt. II Wisma Usaha Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Acara tersebut dihadiri oleh 22 peserta dari berbagai kalangan, yaitu mahasiswa UIN Jakarta, official INC, dan para simpatisan. Istimewanya, acara tersebut disambut antusias oleh hadirin. Secara khidmat,. Acara berlangsung sejak jam 13.30 hingga jam 15.45 WIB.

Hariri, sebagai pemandu acara, sekaligus yang menjadi moderator dalam acara tersebut mengungkapkan, ia sangat bersyukur karena kembali bisa seforum dengan Gus Najih, setelah tahun lalu juga Gus Najih diundang di Islam Nusantara Center.

“Tahun lalu beliau (Gus Najih, red.) juga Alhamdulillah mengisi di sini, juga tentang Suriah, yaitu dalam acara ‘Jangan Suriahkan Indonesia’. Ini merupakan kesempatan dalam rangka memperkuat narasi kebangsaan kita,” terangnya.

Bersama Gus Najih, Sejarawan Santri Zainul Milal Bizawie menjadi pembanding dalam bedah buku tersebut. Baik Gus Najih maupun Gus Milal, keduanya sama-sama menarasikan bahaya radikalisme lebih berbahaya daripada terorisme. Terlebih, akhir-akhir ini, problem ini menjadi semakin pelik di Indonesia.

Menurut Gus Najih, problematika radikalisme seringkali didorong oleh persoalan keagamaan. Demonstrasi di Hongkong yang berbulan-bulan, misalnya, menyuarakan yel-yel yang agamis. Meski ia pun menyadari, ada juga yang berlatar belakang etnis, seperti yang terjadi di New Zealand.

“Namun buku ini lebih mengkhususkan pembahasannya terhadap radikalisme dalam Islam. Konflik di Suriah adalah bukti radikalisme atas nama agama,” ungkapnya saat diwawancara kru Harakatuna.

Bagi Gus Najih, pada permualannya, kita diciptakan dalam keadaan plural. Lantas kemudian, lantaran interaksi sosio-kultur, jadi bersikap eksklusif. Eksklusivitas menjadikan kita cenderung intoleran, kemudian berpandangan radikal. Klimaks dari semuanya ialah aksi teror.

BACA JUGA  Indonesia Resmi Gabung di Satgas Pemberantasan Pencucian Uang FATF

“Jadi radikalisme itu lebih berbahaya daripada terorisme. Karena kalau terorisme, itu beraksi secara jelas. Beda halnya dengan radikalisme, ia renang-renang. Hanya bisa diidentifikasi dari indikator-indikatornya,” imbuhnya.

Radikalisme Lebih Berbahaya

Sementara itu, Gus Milal menuturkan, andai bukan karena adanya NU dan Muhammadiyah yang menolong, radikalisme sudah menghancurkan negeri ini. Para radikalis memiliki strategi perekrutan yang luasr biasa.

“Banyak ASN terpapar radikalisme. Ini menunjukkan bahwa mereka punya strategi perekrutan yang luar biasa,” ujarnya.

Gus Najih begitu rinci mengulas tentang radikalisme dalam kesempatan bedah buku itu. Mulai dari faktor yang memengaruhi paham radikal lahir, tentang bagaimana subjektivitas penafsiran menjadi penggerak juga, serta sejauh apa jihad dan ideologi hijrah dan ideologi takfir telahbertanggung jawab atas munculnya pemahaman radikal.

“Hijrah yang negatif di sini dalam artian berubah total, hingga mau mengganti keseluruhan dan menganggap pemerintah sebagai taghut. Pemahaman Islam dari terjemah Al-Qur’an, di samping hadis-hadis tentang akhir zaman yang sering mereka kutip,” tegasnya.

Menjelang bedah buku berakhir, Gus Milal memuji karya Gus Najih sebagai karya yang berhasil membuka kedok para kaum radikal, dengan bertolak dari ide utama mereka sendiri, yakni membangun negara Islam, daulah Islamiyah.

“Buku ini seakan-akan meligitimasi (negara Islam, red.). Padahal sebenarnya menyerang mereka,” pungkasnya.

Bedah buku berakhir setelah sesi tanya-jawab yang berlangsung dari 4 penanya. Gus Najih dan Gus Zilal sama-sama dicecari pertanyaan tentang isu radikalisme. Keberhasilan dua intelektual muda ini telah menjadi perisai penentang berkembangnya radikalisme. Gus Najih tak hanya menelanjangi pakaian radikalisme dan terorisme, tetapi juga mencincang mereka sebagai manusia berperilaku amoral.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru