27.3 C
Jakarta

Kontroversi Kue Klepon, Benarkah Ada Makanan Islami dan Makanan Kafir?

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamKontroversi Kue Klepon, Benarkah Ada Makanan Islami dan Makanan Kafir?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Serius ini? Apakah ada makanan Islami. Kalau betul ada anggapan semacam itu, ada makanan atau pakaian yang lebih Islami dari jenis makanan atau pakaian lainnya. Maka perlu dijelaskan.

Islam itu norma dan nilai (value), etika. Kalau kita bisa makan kurma berpahala “mengikuti sunah” karena kurma dikonsumsi Nabi.

Kita juga bisa makan klepon atau makanan daerah lainnya yang halal berpahala sunah, dengan mengikuti sunah Nabi, sunahnya karena Nabi mencintai produk lokal, produk dalam negeri, produk bangsa, yaitu kurma.

Memakai batik juga bisa berpahala sunah, manakala kita niat mengikuti Nabi yang tidak menyelisihi pakaian kaumnya, bedanya jika yang lain lusuh, kotor gamis Rasulullah selalu bersih.

Dijaman seperti ini mengikuti sunah substantif boleh jadi lebih baik, daripada mengikuti dzahir sunah. Dengan begitu اتباع السنة, mengikuti sunah pertama-tama adalah pekerjaan hati.

Coba simak keterangan berikut,

فهل تكون هذه العادات هي الأفضل في حق كل أحد، أو يقال إن الأفضل هو اتباع عادة أهل البلد التي لا تخالف الشرع؟

الراجح الثاني: ولا يخلو من يتبع عادة بلده من أن يكون متبعا للسنة فإنه متبع للنبي صلى الله عليه وسلم في جنس فعله وإن لم يكن متبعا له في نوع هذا الفعل.

BACA JUGA  Ini Amalan Baik pada Hari Idul Fitri Sesuai Sunnah Nabi

ولشيخ الإسلام ابن تيمية كلام نفيس في تحرير مسألة الاقتداء بالنبي صلى الله عليه وسلم فيما فعله عادة، وحاصله أن الاقتداء به صلى الله عليه وسلم يشرع في جنس تلك الأفعال لا في أنواعها، فإنه إنما أكل ما أكل ولبس ما لبس لكونه المأكول والملبوس في بلده، فيختلف الأفضل في حق كل أحد باختلاف البلد الذي يقيم فيه، والأولى له أن يوافق عادات قومه وأهل بلده، ويكون بذلك متأسيا بالنبي صلى الله عليه وسلم الذي أرشدنا بفعله إلى هذا.

وبهذا يتبين أن الأفضل في حق كل أحد يختلف باختلاف الأزمنة والأمكنة، وأن الأولى أن يتابع عادات أهل بلده ما لم تخالف الشرع

Dari keterangan ini, maka kesunahan bagi setiap orang akan berbeda-beda, sesuai daerah, negara dan adat istiadat setempat. Karena kesunahan itu tidak dipahami mengikuti Nabi apa adanya, tapi mengikuti nilai yang terkandung dibalik sikap, tindakan, makanan, pakaian Nabi Saw.

Jika demikian boleh jadi orang yang pakai batik mendapatkan kesunahan yang lebih besar daripada yang memakai gamis, walaupun sama-sama niat mengikuti sunah Nabi.

Ahmad Tsauri, Alumni UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru