27.5 C
Jakarta

Kontra Narasi atas Ideologi Terorisme

Artikel Trending

KhazanahPerspektifKontra Narasi atas Ideologi Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menurut Karl Marx, agama adalah candu bagi manusia. Manusia menjadikan agama sebagai salah satu dasar sandaran pedoman dalam hidupnya. Lebih detailnya, manusia mengadu pada Tuhan untuk memperoleh jalan terbaik di saat menghadapi masalah. Atau mereka mencari kebahagiaan dan ketenangan di dalam agama. Namun ada pula yang menempuh jalan instan, mereka adalah kelompok yang mengaktori ideologi terorisme.

Sayangnya agak berbahaya jika mereka adalah bagian dari kelompok yang menginginkan surga dengan cara praktis. Itu jelas berbahaya di dalam agama. Dalam kelompok ekstremis ada istilah inghimas, yaitu mencelupkan diri di barisan musuh atau melakukan bom bunuh diri dengan pahala mati syahid.

Beberapa waktu lalu, tragedi inghimas kelompok ekstremis yang menginginkan balasan surga secara praktis terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Satu orang melakukan bom bunuh diri dan 6 orang harus menjadi korban yang mengalami luka. Ideologi terorisme telah menjadikan pelaku berani bertindak demikian.

Kasus bom bunuh diri ini sedikit menyiratkan pesan penting di saat negara telah mengupayakan tidak ada teror lagi, yaitu kelompok ekstremis masih bertebaran. Padahal upaya pengawasan sudah sangat ketat, sosialisasi agama damai, pembubaran ormas radikal, dan lainnya. Benar kata Mahfud MD bahwa angka teror saat ini sudah menurun.

Namun, sebenarnya, dampak dari upaya itu hanya menurunkan angka teror saja, belum tentu mencegah interaksi kelompok ekstremis di tempat tertutup, misalnya dakwah dan pengajian. Apalagi sekarang doktrin radikal lebih mudah masuk lewat keluarga. Sebab, hubungan erat dan kepercayaan kuat dalam keluarga, pengaruh radikalisme lebih mudah berpengaruh.

Dengan demikian, pencegahan teror dan ajaran radikal perlu sampai ke bagian substansinya. Bahwa terorisme ditentang oleh agama, dan bahwa Tuhan murka atas kebangkitan tersebut.

Kontra Radikalisme

Betul kata Mahfud MD bahwa teror di Medan itu bisa menjadi pintu masuk ke jaringannya. Tapi masalah terbesarnya, pertama, kita tidak tahu seberapa luas jaringan radikalisme di Indonesia. Apalagi selama ini mereka menyebarkan ideologinya dengan sembunyi.

Kedua, menurut Muhammad Haniff Hassan (RSIS, 2017), agama adalah kunci dari aksi teror. Mereka menargetkan kelompok-kelompok yang lemah pemahaman agamanya, dan mencoba merasionalkan jihad versi mereka. Artinya, target mereka tidak termasuk salah satu program pemerintah. Banyak orang di luar sana yang kurang mendalami ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh.

Melihat celah itu, maka sangat diperlukan tindakan-tindakan yang mengarah ke masalah substansi di dalam agama, yaitu tidak lain memberi pemahaman agama yang benar yang anti-teror di mana surga tidak mudah didapatkan dengan cara praktis, apalagi melalui bom bunuh diri.

Untuk masalah itu, tentu harus ada kontra narasi atas narasi kelompok radikal. Dengan begitu, solusi tambahan mencegah teror yang substantif adalah kerja sama ulama dan pakar ilmu agama.

BACA JUGA  Serangan Moskow: Bentuk Ancaman Terorisme Itu Nyata!

Peran ulama dan pakar ilmu agama sangat dibutuhkan. Jika perlu pemerintah perlu membuat program khusus di mana anggotanya adalah para ulama dan ilmuan yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuannya agar tempat-tempat yang masyarakatnya kurang memahami agama secara dalam bisa terayomi.

Peristiwa bom bunuh diri di Medan itu, harus kita maknai dari sisi yang lain. Jika menurut Mahfud MD untuk mendapat perhatian dan merekrut orang, namun menurut catatan Muhammad Haniff Hassan, bom bunuh diri hanya terjadi di negara kuat dalam menghalau radikalisme.

Angka teror yang mengalami penurunan akhir-akhir ini menunjukkan keberhasilan negara. Tapi sekaligus menjadi sasaran bom bunuh diri. Karena bom bunuh diri hanya dilakukan di negara di mana kelompok radikal sulit menyebarkan ideologinya.

Kesimpulannya, pertahanan negara ini sangat kuat, namun bom bunuh diri menandakan bahwa kelompok radikal masih menyebarkan ajarannya. Jadi kelemahan negara berada di masyarakat yang tidak memahami agama dengan benar.

Kontra Ideologi Terorisme

Terancamkah? Tentu negara ini masih terancam. Rendahnya pemahaman masyarakat atas agama yang terkadang mudah reaktif terhadap sebuah masalah, jika sampai terhasut ajaran ekstremisme, mereka bisa membahayakan persatuan dan keamanan negara. Kemudian suatu saat mereka bisa jadi pelaku bom bunuh diri.

Sensitivitas masyarakat terhadap agama tak bisa diabaikan. Apalagi demokrasi memberi kebebasan berekspresi, jika hal itu tak disikapi dengan bijak, potensi-potensi kerusuhan bisa terjadi kapan saja. Secara tak langsung, momen itu juga berguna bagi radikalisme.

Paling utama bagaimana masyarakat bisa menerima Pancasila sebagai asas yang tidak bertentangan dengan Islam. Pundi-pundi kedamaian dan persatuan di tengah kemajemukan agama ini tetap kukuh. Hal itu hanya akan terwujud jika umat Islam tidak menolak Pancasila dan mengakui sebagai asas yang cocok di tengah pluralitas bangsa.

Aksi-aksi teror yang tidak berlandaskan agama dengan benar, mengakui derita umat Islam sangat besar di hadapan Allah. Mereka menganggap yang menderita tidak mau bertobat sebagai musuh Allah. Maka siapa pun yang membunuh mereka akan dianggap telah membantu Allah. Alasan-alasan demikian timbul karena sensitivitas mereka terhadap agama sangat tinggi dan tidak bijak cara meresponsnya.

Untuk itulah peran ulama dan ilmuan sangat penting untuk mengayomi masyarakat dalam memahami agama. Selain meningkatkan keamanan dari serangan terorisme atas nama agama,  juga harus meningkatkan toleransi dan pemahaman atas agama utamanya Islam.

Supaya peran tersebut tidak serampangan, pemerintah perlu membuat program khusus untuk itu. Menempatkan mereka di seluruh Indonesia dengan misi mengubah agama teror dengan agama rahmat al ‘alamin.

 

M. Hariri, Pegiat Filsafat, Pemerhati Pendidikan, Politik, dan Demokrasi.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru