26.1 C
Jakarta

Konfrontasi Dakwah Ulama Radikal

Artikel Trending

Milenial IslamKonfrontasi Dakwah Ulama Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hadits Nabi بلّغوعنّى ولواية sampaikanlah oleh dariku walau satu ayat. (HR. Bukhari), hadist yang menuntun para sahabat dalam berdakwah. Dakwah adalah berbagi wawasan untuk seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia. Kendati pun, melalui metode lisan maupun tulisan itu sendiri. Ulama memang wajib berkata untuk kebenaran walau sepatah kata.

Perkembangan dakwah di masa modern, cukup muncul tarik-menarik dan menjadi polemik di kalangan ulama moderat dan ulama radikal. Di mana untaian segelintir ulama belakangan ini tampak keluar dari khittah penyebaran Islam yang cenderung meneguhkan spirit rahmatan lil ‘alamin.

Kita menjadi saksi sejarah bahwa ulama radikal itu memang eksis di muara media sosial, narasi dakwahnya tergolong intoleran, esktrem, dan radikal. Pemahaman demikian dapat dengan mudah membentuk ideologi atau pemikiran masyarakat yang membuatnya emosi, benci, dan melahirkan terorisme.

Munculnya kanal baru yaitu “Focus Khilafah Channel” dan “Khilafah Channel” telah merangkum rentetan keberadaan ideologi transnasional. Oleh karena itu, ketika khilafatisme massif, maka virus radikalisme di negeri ini justru akan lebih darurat daripada virus corona (Covid-19).

Doktrin ulama radikal (mereka) sering mengulas isu-isu jihad, konsep bernegara Islam, khilafah dan persepsi ketidakadilan, serta kedzaliman. Hal ini menggerus iman dan keberislaman umat Islam dalam upaya memperkuat nilai-nilai moderasi, kebersamaan, persaudaraan, dan keberagaman.

Ulama radikal kebiasaannya menebar dakwah-dakwah yang intoleran dan anti kebijakan pemerintah, mereka hanya selalu mendorong masa depan negeri ke ruang permusuhan dan perpecahan. Dalam agama apapun, khususnya Islam. Polarisasinya tidak dibenarkan dan bersifat destruktif.

Ironi ketika mereka mengebu-ngebu dan menuduh ulama moderat (tawassuth) itu dianggap antek-antek komunis, sekuler, dan liberal. Doktrin hakimiyah seperti ini tidak sedikit datang dari kalangan ulama radikal, yang gerakan dakwah tersebut terkesan konfrontatif di media sosial hingga youtube.

Sekalipun mereka (ulama radikal) tidak melakukan aksi kekerasan dan pemboman. Tetapi, yang dimunculkan api permusuhan, maka potensial timbul balas dendam diakibatkan minim wawasan agama. Sebab itu, yang muncul dalam benak pikirannya hanyalah bagaimana kita harus melakukan perubahan meski, sebenarnya, itu murni bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Menangkal Ulama Radikal

Umat Islam mengakhiri ramadhan melalui momen lebaran hari Raya Idul Fitri yang ke 1441 Hijriyah, lebaran sebaliknya menjadi ajang perebutan dakwah antara ulama radikal dengan ulama moderat. Sisi lain, dakwah ulama radikal ingin kembali menggugat negara soal kontradiksi ideologi.

Sedangkan dakwah ulama moderat melompat ke arah yang lebih sufi, yaitu bagaimana Islam menjadi identitas penerang cahaya toleransi dan perdamaian sesama umat beragama. Negeri ini telah final orientasinya untuk menyatukan ukhwah dalam keberagamaan, keberislaman, dan keindonesiaan.

Hadits Nabi menabur keniscayaan tentang bagaimana peran seorang ulama, sabdanya العلماء ورثة الانبياء yang artinya. Ulama adalah pewaris Nabi. Dalam konteks agama, ulama melekat karena kealiman dan keluasan ilmu yang dimiliki, dan keteladanannya karena mengayomi serta mendamaikan masyarakat.

BACA JUGA  Aplikasi Prinsip Wasatiah dalam Menyikapi Hisab-Rukyat Ramadan

Jadi, ulama yang memainkan propaganda radikalisme agama di media sosial tentu memecah belah solidaritas sosial. Sehingga permainan inilah yang menjadi bukti perlawanan kongkret bagi negara Pancasila dari narasi thaghut dan kafir, serta tidak mencerminkan ulama yang mewarisi misi kenabian.

Di satu sisi, ulama radikal tidak memiliki komitmen dalam bernegara, maka setiap pesantren yang menjadi tempat para ulama. Tentu, radikalisme menjadi bahaya tersendiri yang dapat merusak wawasan keagamaan. Sangat penting untuk menobatkan ulama moderat sebagai air mata keteladanan.

Radikalisme dakwah bukan mem-per-erat ukhwah sesama umat Islam. Terutama di kalangan ulama, justru yang muncul hanya masalah-masalah baru yang berujung kepada kekerasan dan pemberontakan pada negara. Untuk itu, doktrin agama membuka kebenaran untuk cahaya perdamaian.

Suatu landasan ulama-ulama radikal beranggapan agama ada di atas negara, sungguh ketika ulama membanding-bandingkan diskursus yang tidak apple to apple membentuk keyakinan yang tidak murni agama. Tetapi, murni politik. Misalnya, agenda Aksi 212 yang belakangan sering digelar di Indonesia.

Dakwah Moderat

Pesan-pesan santun perlu peran ulama yang memakai pendekatan moderatisme, dakwah ramah ini atas dasar surah an-Nahl: 125 yang artinya. “Ajaklah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan tutur yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang tersesat dari jalannya. Dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Makna yang tersirat pada ayat ini bahwa keteladanan ulama adalah ketika dakwahnya merangkul kebersamaan dan mempererat persaudaraan. Adalah pesan kerahmatan dan keniscayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, setiap derap langkahnya perlu bersikap arif dan bijaksana.

Pun pesannya memiliki batu pijakan yang cenderung menebar kebajikan baik itu sesama muslim maupun non-muslim. Setiap dakwah ulama dibatasi untuk tidak menyinggung perasaan orang lain yang bisa meniup pertikaian. Paling tidak, menjadi pelajaran bagi ulama radikal dalam berdakwah kedepannya.

Arogansi dan emosi merupakan sikap yang perlu kita redam. Utamanya, menjadi bekal dalam berislam yang berdasarkan Islam rahmatan lil ‘alamin. Jadi, kerjasama ulama dunia sangat mendorong apabila ada konferensi Islam internasional dengan bertajuk “Meneguhkan Dakwah Ulama Moderat.”

Visi-misi keislaman ini memang butuh gagasan reflektif dan progresif. Agar konteks ini mampu menangkal intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme. Maka dari itu, tetaplah kita sebagai muslim Indonesia berbangga atas peran ulama yang konsisten meneguhkan Islam moderat.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru