25.3 C
Jakarta

Konflik Palestina dan Politik Naif Aktivis Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamKonflik Palestina dan Politik Naif Aktivis Khilafah
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Banyak suara dukungan dengan konsep yang ditawarkan oleh pegiat khilafah terkait dengan aksi membela Palestina. Mereka ini seakan-seakan melihat gerombolan aktivis khilafah sebagai gerakan yang keren. Alasannya, karena mereka begitu banyak, suaranya nyaring, dan rapi.

Sayangnya, mereka tidak melihat dari jarak dekat. Dia hanya melihat angka dan jumlah serta dentuman suara di media sosial. Padahal, kalau kita lihat dari jarak dekat tidak seperti yang kita bayangkan. Katakanlah mereka banyak dan ramai, tapi pernahkah kita bertanya mengapa mereka bisa seperti itu?

Alasan Aktivis Khilafah

Salah satu alasannya adalah mereka kerjaannya adalah berdemo. Mengapa demo menjadi pekerjaan, karena banyak alasan yang menguntungkan. Pertama, dengan berdemo mereka bisa mengeskpresikan kekesalan mereka terkait apa pun yang terjadi dalam kehidupannya. Kedua, karena dengan berdemo, mereka bisa mengekspresikan kecintaan terhadap negara yang berlandaskan Islam, sehingga gerak mereka beralasan agama Islam. Ketiga, karena mereka punya sejarah dan program demo yang sudah mereka tata kelola sejak lama. Tentunya, program demo ini memiliki keuntungan baik dalam skala tema, tuntutan, aksi, dan juga keuangan alias keuntungan finansial bagi masing-masing orang.

Jika tidak ada keuntungan sama sekali, jelas mereka akan berdiam diri. Mereka makhluk yang berakal. Apalagi bilamana dipompa dengan bumbu agama dan uang. Maka yang terlihat di lapangan orang-orangnya bukanlah orang baru. Mereka memang sudah punya organisasi untuk kebutuhan demo, mereka juga sudah menyiapkan naskah untuk dipopulerkan di tempat demo dan juga di media.

Suara-suara itu jika kita lihat dalam naskah keputusan tuntutan mereka selama ini tetap berbunyi sama dari tahun ke tahun: “jihad dan khilafah adalah solusi Palestina”. Ini dilakukan bukan tanpa alasan dan pretensi apa-apa. Jelas ini dilakukan sebagai ruang gerak mereka menawarkan konsep khilafah, mencoba membicarakan khilafah kembali, dan semuanya yang terkait dengan khilafah, di tengah ruang gerak mereka yang sudah terbatas.

Optimisme dan Politik Semu

Bagi aktivis khilafah, jika di dunia ini tidak ada satu pun yang mengerjakan atau mempromosikan ide khilafah, tetapi masih ada satu orang yang menyebut khilafah, sesungguhnya khilafah itu masih hidup dan akan tegak kembali. Itulah kepercayaan dari aktivis khilafah di Indonesia.

BACA JUGA  Idul Fitri, Memperkuat Kohesi Sosial dan Penyucian Diri

Sampai sekarang, mereka masih optimis dalam menegakkan khilafah. Mereka mengira, bahwa optimisme bakal tegak kembali tentu tidak bisa dilepaskan dari nasrullah atau pertolongan Allah. Nasrullah menurut hemat mereka itu merupakan qada atau ketentuan Allah yang tidak mungkin diketahui di mana, kapan, dan kepada siapa akan diberikan.

Yang pasti, menurut mereka, keadaan sekarang jauh berbeda dibandingkan dengan dua atau tiga dekade lalu. Ketika itu, umat tidak sedikit yang bahkan untuk menyebut kata “khilafah” pun masih ketukar-tukar dengan istilah “khilafiah”. Kini istilah itu makin dikenal oleh publik, bukan hanya di negeri ini, tetapi juga di negeri muslim lain.

Bukan Pelindung Umat Islam

Optimisme aktivis ini bangkit karena melihat respons masyarakat dan para tokoh umat sekarang ini luar biasa. Terlihat dari, misalnya, padatnya kegiatan-kegiatan dakwah seperti kajian, training, seminar, diskusi publik, tablig akbar, atau yang lainnya terkait khilafah. Menurut mereka, itu adalah bagian dari gelombang dahsyat kesadaran umat untuk bangkit.

Mereka kira, umat sudah merasa keimanan dan kesadaran tersentuh setelah mendengar dakwah tentang khilafah. Dengan dasar Al-Qur’an dan sunah serta kaul (perkataan) para ulama, juga argumen historis dan empiris, penjelasan-penjelasan tentang khilafah terasa demikian kukuh sehingga buat aktivis khilafah tidak ada tempat untuk mengelak.

Mereka juga mengatakan bahwa fakta krisis multidimensi yang melanda dunia, konflik Palestina dan termasuk Indonesia, membawa mereka pada kesimpulan bahwa mengharap sekularisme adalah perbuatan sia-sia.

Karena itu, bagi aktivis khilafah, tidak ada jalan lain kecuali kembali pada (syariat) Islam. Maka menurut aktivis ini tidak ada jalan lain kecuali menegakkan khilafah. Pelindung itu tidak lain adalah khilafah, dan khilafah pula satu-satunya yang mampu menyatukan umat sehingga kekuatan Islam bisa diwujudkan.

Tapi sayangnya, insyaallah cita-cita itu tidak akan tercapai di Indonesia. Dan konsep khilafah hanyalah sekadar menjadi politik naif aktivis khilafah.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru