29.5 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (I): Kilas Balik Ustaz Haris, Mantan Radikalis

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (I): Kilas Balik Ustaz Haris, Mantan Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Perjalanan hidup seseorang memang sulit ditebak. Kadang seseorang yang terekam buruk masa lalunya berubah menjadi pribadi yang baik masa depannya. Kadang pula seseorang yang terpuji baik masa lalunya tak dinyana berubah menjadi pribadi yang bejat masa depannya. Perubahan hidup ini seringkali disebut dengan istilah “hijrah” atau “kilas balik”.

Sebuah kilas balik pemikiran pernah dilakukan oleh Ustaz Haris Amir Falah. Ustaz Haris menceritakan kilas balik pemikirannya dari Islam radikal kepada Islam moderat dalam buku pertamanya, Hijrah dari Radikal kepada Moderat. Ustaz Haris terjebak dalam pemikiran Islam radikal kurang lebih dua puluh tujuh tahun berkisar mulai tahun 1983 sampai 2010. Banyak hal telah menjadi korban karena perbuatannya di masa lalu, termasuk keluarganya sendiri dan teman-temen dekatnya. Ustaz Haris merasa bahwa perbuatan picik di masa lalu adalah dosa sosial yang akan dimintai pertanggungjawaban. Dengan hadirnya buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara menghapus kesalahan yang sudah-sudah.

Sebelum berhijrah, Ustaz Haris sesungguhnya belum menyadari larangan mengikuti paham radikal dalam Al-Qur’an: Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) ruh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Qs. an-Nisa’ [4]: 171).

Fakhruddin ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menyebutkan, bahwa larangan melampaui batas (radikalisme) pada ayat tersebut diutarakan kepada kaum Nashrani yang berlebihan mengagungkan Isa al-Masih, sehingga mereka sampai menuhankannya. Hal ini telah melampaui batas, karena mereka telah terjebak pada kemusyrikan, menuhankan selain Allah Swt. Pada tempat yang lain pakar tafsir al-Hasan—sebagaimana disitir oleh al-Baghawi dalam Ma’alim at-Tanzil—menegaskan, radikalisme termasuk paham yang diharamkan di dalam beragama.

Pesan larangan radikalisme pada ayat itu diperkuat oleh Nabi Muhammad Saw. dalam sabdanya: Sesungguhnya agama itu mudah. Tidaklah seseorang bersikap radikal dalam menjalankan agama kecuali ia akan keberatan sendiri. Tepatilah kebenaran atau yang mendekatinya, berilah kabar gembira, dan pergunakanlah waktu pagi, waktu sore, dan malam hari untuk memudahkan perjalananmu. (HR. al-Bukhari). Sampai di sini, hadis ini seakan ingin mengatakan, bahwa radikalisme dalam beragama akan memberatkan seseorang. Padahal, agama itu menghendaki kemudahan.

Banyak tindakan konyol yang sempat mendorong Ustaz Haris pada masa lalu, seperti gemar mengkafirkan orang lain yang tidak sepaham dengannya, bahkan dalam kesehariannya menghindari shalat di masjid karena semua masjid yang dibangun di Indonesia disebut dengan masjid dhirar, yakni masjid yang dianggap oleh kelompok radikalis didirikan oleh masyarakat yang munafik atau penghianat karena memiliki paham yang berbeda dengan mereka. Cara berpikir yang negatif ini kemudian menutup Ustaz Haris mengambil kesimpulan secara bijaksana alias moderat. Ustaz Haris juga mencegah dirinya mengikuti kajian keislaman yang diselenggarakan di masjid-masjid yang dianggapnya dengan masjid dhirar.

Perjalanan panjang selama dua puluh tujuh tahun belum memberikan kepuasan batin. Semakin memasuki pemikiran radikal, semakin terjebak, bak makan buah simalakama. Hal ini disadari saat Ustaz Haris harus mendekam di balik jeruji besi karena memperjuangkan paham radikal. Hal ini pula disadarinya sebagai teguran dari Allah atas kesalahan pemahaman. Sehingga, itu semua menjadi titik balik perjalanan pemikiran Ustaz Haris selama bertahun-tahun. Paham radikal yang digenggamnya erat akhirnya dilepas dan ditinggalkan. Kini paham moderat yang dipegangnya teguh, karena paham ini yang diyakini benar.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIX): Eks Napiter Sri Puji Bertobat dan Kembali ke NKRI

Kilas balik Ustaz Haris serupa dengan kisah perjalanan spiritual Imam al-Ghazali dalam mencari hakikat kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam karyanya Al-Munqidz min adh-Dhalal, disebutkan bahwa al-Ghazali menempuh perjalanan panjang yang membawanya bertemu dengan empat golongan yang menguasai disiplin ilmu yang berbeda: golongan teologi, golongan bathiniyah, golongan filsafat, dan golongan sufi. Dari keempat golongan ini, hanya satu golongan yang mampu mengantarkan al-Ghazali meraih hakikat kebenaran, yaitu golongan sufi.

Kilas balik positif yang ditempuh oleh Ustaz Haris merupakan bentuk hijrah yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad Saw. Disebutkan dalam hadis beliau: Muslim itu adalah orang yang menyelamatkan semua orang muslim dari lisan dan tangannya. Sedangkan, orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. Hijrah yang dimaksud pada hadis ini kemudian dipahami oleh Ustaz Haris sebagai hijrah substansial (ma’nawiyyah), yakni hijrah dari pemahaman radikal yang dilarang dalam agama Islam. Hijrah substansial tentunya berbeda dengan hijrah fisik (makaniyyah) yang biasanya dilakukan oleh sekian orang dengan hanya mengubah mode pakaian seperti pakai sorban, gamis, peci putih, jilbab, bahkan cadar. Hijrah fisik semacam ini sebenarnya hijrah yang paling rendah.

Sebagai penutup, hal penting yang dapat kita petik dari kilas balik Ustaz Haris adalah tekad bulat dalam mencari hakikat kebenaran. Kebenaran tidak akan pernah menghakimi perbedaan sebagai kesalahan. Karena, kebenaran memiliki ruang gerak yang amat sangat luas. Hanya pemikiran radikal dan ekstrem yang akan membatasi luasnya kebenaran. Karena, pemikiran radikal dan esktrem diciptakan dengan cara pandang yang sempit, sehingga kebenaran sesempit yang mereka lihat.[] Shallallah ala Muhammad.   

* Sebagian besar dari tulisan ini diolah dari buku “Hijrah dari Radikal kepada Moderat” yang ditulis oleh Haris Amir Falah

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru