30 C
Jakarta

Khilafah Bencana Besar Negara Pancasila

Artikel Trending

Milenial IslamKhilafah Bencana Besar Negara Pancasila
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebagian kalangan merespon negatif statement Prof Yudian Wahyudi Kepala BPIP terkait “musuh Pancasila adalah agama”. Penulis menarik kesimpulan bahwa perspektif tersebut sebenarnya ditujukan kepada kaum ekstremis-radikalis yang lebih menjunjung tinggi ideologi khilafah daripada Pancasila.

Ada yang lebih horor daripada statement itu, ia adalah “khilafah bencana besar negara Pancasila”. Bencana ibarat badai yang bisa kapan saja menerkam negeri yang damai ini menjadi gaduh dan tidak tertib. Agama yang harus mendamaikan, dan negara yang mengatur, tetapi justru agama yang dibenturkan dengan negara.

Salah satu modus operandi kelompok esktremisme dan radikalisme pandai mendirikan organisasi masyarakat yang membenturkan ideologi negara dengan agama. Instrument agama, khususnya Islam seringkali dipergunakan untuk merebut kekuasaan politik, dan aspirasi pejuang khilafah yang hendak mengganti ideologi negara.

Di samping aspirasi kaum ekstremis-radikalis kepada penegakan khilafah Islamiyah. Juga terinspirasi ke negara-negara Islam timur tengah yang masif konflik. Keinginannya untuk merubah situasi dan kondisi sosial, politik, hukum, ekonomi, dan budaya menjadi bagian dari instrumen penting tegaknya khilafah Islamiyah.

Khilafah Islamiyah merupakan momentum penting dalam sejarah politik Islam pada era Nabi dan para sahabat kala itu. Namun, bagi masyarakat Indonesia yang muslimnya hanya mayoritas tidaklah mungkin. Bahkan, kemustahilan adanya penerapan khilafah membuat kelompok-kelompok ekstrem-radikal meragukan Pancasila dan demokrasi.

Jika kelompok pengusung ideologi khilafah Islamiyah masih meragukan ideologi negara Pancasila. Hal ini adalah membuktikan bahwa sejarah para pendahulu kita tidak dapat dilupakan sebagai pejuang dan pahlawan yang merebut kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Karena itu, khilafah hanya sistem baku yang tidak mungkin mengganti posisi Pancasila dari khilafah.

Sebagian kelompok atau ormas Islam yang menginginkan khilafah Islamiyah tidak mampu bertahan lama hidup di suatu negara. Apalagi di Suriah? Terbukti ISIS adalah kelompok yang berjihad untuk mendirikan negara Islam, tetapi mereka mudah ditaklukkan. Kalau di Indonesia adalah HTI yang kian dibubarkan oleh pemerintah.

Kesalahan kelompok pejuang khilafatisme secara politik hanya memanfaatkan momentum Pemilu atau demokrasi. Sementara itu, penafsiran dan ijtihad mereka menganggap Pancasila dan demokrasi adalah thaghut. Kadangkala ucapan ekstrem yang keluar dari kelompok radikal membuatnay buta kepada kebenaran historis.

Khilafah Vs Pancasila

Dalam kenyataannya, sebagian kelompok Islam yang terpapar ekstremisme dan radikalisme tidak lepas dari persoalan agama dan negara. Yang muncul dari keinginan penerapan sistem khilafah itu ditempuh melalui cara menggadaikan agama dengan politik. Sistem politik untuk mengatur negara, sedangkan agama untuk mendamaikan bukan menebar perpecahan dan kebencian.

BACA JUGA  Trik Memahami Kamuflase HTI Agar Selamat dari Propagandanya

Pandangan demikian, senada dengan apa yang ditegaskan oleh Mujiburrahman dalam buku (Khilafah Islamyah, hal 7). Pada gilirannya hendak mengatakan bahwa semua sistem pemerintahan selain khilafah Islamiyah adalah sistem kufur, tak terkecuali demokrasi di Indonesia yang merupakan hasil kesepakatan para pendiri bangsa (founding fathers).

Menurut hemat penulis, pandangan tersebut menawarkan gagasan penting tentang urgensi Pancasila dan demokrasi sebagai sebuah sistem modern di Indonesia yang bisa melindungi negara dari bencana khilafah. Sistem khilafah yang didasarkan kepada pemerintahan Islam hanya memecah belah kebhinekaan masyarakat plural yang ada di Indonesia.

Jadi, bernegara ibarat kita berislam yang telah menyatu dan menuntut kita untuk mentaati asas-asas Pancasila yang di dalamnya terdapat nilai-nilai universalitas agama. Di sisi lain, kelompok ekstrem-radikal hanya mengklaim bahwa negara Indonesia mayoritas muslim. Sehingga, klaim kemudian yang berbahaya untuk keamanan dan keutuhan bangsa.

Pancasila Ideologi Kita

Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah adalah organisasi Islam moderat yang pernah ikut andil dalam sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Oleh karena itu, kedua ormas tersebut sepakat (kalimatun sawa/common platform) bahwa negara Indonesia adalah negara kebangsaan yang terdiri dari pluralitas suku, etnis, dan agama.

Pun Pancasila telah final, maka kelompok Islam ekstrem-radikal telah memiliki keharusan untuk menyadari bawah khilafah mustahil ditegakkan di negara Pancasila ini. Sejarah mencatat Pancasila bisa menjadi pemersatu semua golongan dari aliran mana pun, termasuk Islam, karena Pancasila itu telah Islam sebagaimana sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Secara mendasar, munculnya ideologi tansnasional alias khilafah tentu mendorong potensi intoleransi, ekstremsime, dan radikalisme semakin tinggi. Semangat perubahan dalam bernegara sungguh tidak menghormati jasa perjuangan para pendiri bangsa, dan ulama dari berbagai kalangan yang merumuskan Pancasila.

Hadirnya negara Pancasila membuat wajah masyarakat Indonesia berbahagia. Sedangkan khilafah hanya membuat wajah masyarakat Indonesia kembali murka. Satu-satunya komitmen kita dalam bernegara hanyalah satu kuncinya. Yaitu, menjaga Pancasila dari bencana tersebut yang mampu merusak kebhinekaan kita. Wallahu ‘alam bis shawab!

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru