25.6 C
Jakarta

Khadijah “Role Model Terbaik” Muslimah

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuKhadijah “Role Model Terbaik” Muslimah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Peran muslimah sangatlah penting dalam peradaban. Pernyataan ini takkan pernah ada yang bisa menyangkal. Bagaimana tidak, dari rahimnya, lahir berjuta-juta generasi penerus ummat yang memainkan peran penting bagi kehidupan ini. Dan dari kelembutan hatinya, terbentuk seorang manusia tegar nan kuat. Tak ayal jika para muslimahmenjadi penentu suatu bangsa dapat unggul dan maju.

Untuk itu, dibutuhkan seorang muslimah yang tidak hanya berjibaku dengan masalah remeh temeh atau baper-baperan. Namun, seorang muslimah yang memiliki persiapan sejak dini dan matang. Sehingga untuk membentuk muslimah tangguh ini, dibutuhkan “Role Model” yang akan menjadi panutan para muslimah dalam mempersiapkan juga memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Khadijah adalah Ummul-Mu`minin yang dapat menjadi “Role Model” terbaik bagi para muslimah. Dalam buku ini dijelaskan dengan rinci, bagaimana kepribadian, kecerdasan, pencagaan dirinya, kekokohan imannya serta suka maupun duka yang dialami bersama sang kekasih tercinta, Baginda Rasulullah shallallahu `alahi wasallam.

Ada 4 hal yang penulis rangkum dalam buku ini yang dapat menjadi hal dasar yang patut ditiru dan dimiliki oleh setiap muslimah Pemimpi Surga-Nya.

Pertama, Kepribadian Khadijah

Memiliki kepribadian cerdas dan berahlak mulia. Ia dikenal sebagai “Wanita yang Suci” (Ath-Thahirah). Ia memiliki nama besar dalam dunia perdagangan saat itu. Selain itu, ia juga rajin dalam menuntut ilmu, sehingga ia cukup tau tentang tanda-tanda akan adanya utusan Allah yang bernama Ahmad.  Meskipun kaya raya, ia tak berlaku semena-mena pada orang lain. Ia memberikan hak setiap orang dengan baik.

Hatinya yang lembut membuatnya tak pernah absen untuk membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya. Secara rutin ia bersedekah kepada fakir miskin. Kelembutan hatinya membuat orang-orang suka berada di sampingnya.

Selain itu, ia juga begitu tegas menjaga kehormatan dan kesuciannya. Meskipun ada banyak bangsawan yang datang untuk meminangnya, ia tetap menjaga dirinya agar tak sampai jatuh pada jebakan syaitan. Karena ia sama sekali tak mencari pendamping yang kaya rasa dan berkuasa, namun seseorang yang berahlak mulia dan bisa menjadi imamnya dalam kebenaran.

Khadijah berkata pada Nabi Muhammad, “Wahai anak pamanku, aku berhasrat untuk menikah denganmu atas dasar kekerabatan, kedudukanmu yang mulia, ahlakmu yang baik, integritas moralmu dan kejujuran perkataanmu.” Dan Nabi Muhammad pun menerimanya (Hal : 60)

Kedua, Mampu Berperan Baik Sebagai Seorang Istri

Rumah tangga impian yang dibangun oleh Khadijah dan Rasulullah menjadi impian tiap keluarga. Dalam menapaki mahligai rumah tangga, Khadijah menjalankan perannya dengan begitu baik. Ia menjadi seorang istri yang selalu bisa memahami keadaan suaminya. Saat Rasulullah pulang ke rumah dengan penuh rasa takut setelah bertemu dengan Malaikat Jibril, Khadijah dengan cakap menenangkannya, sehingga Rasulullah merasa tenang dan aman.

Saat Rasulullah di angkat menjadi Nabi dan di perintahkan untuk mendakwahkan Islam, Khadijah menjadi orang pertama yang memeluk Islam dan mendukung dengan penuh dakwah beliau. Saat Rasulullah harus menghadapi berbagai berilaku buruk hingga ancaman pembunuhan, hati Khadijah begitu sakit saat melihat suaminya pulang dengan kotoran di pakaiannya atau pun luka di tubuhnya, namun Khadijah berusaha tegar dan tetap tenang dan tabah melayani Rasulullah, agar Rasulullah tidak bertambah sedih, jika melihatnya bersedih.

BACA JUGA  Keterlibatan Perempuan dalam Kejahatan Terorisme

Tak hanya itu, Khadijah menjadi pendukung yang selalu setia mendampingi Rasulullah. Ia memberikan seluruh hartanya untuk mendukung dakwah dan agama Allah. Kehidupannya yang dulu serba berkecukupan dan kini berubah tak membuatnya sedih.

Baginya, selama selalu berada di sisi Rasulullah, ia akan tetap merasa bahagia. Kelembutan dan ketagaran Khadijah membuat Rasulullah memilihnya menjadi wanita terbaik yang pernah ada. Sikap Khadijah menjadi contoh ideal bagaimana seorang istri harus menghormati dan mendukung suaminya dalam kondisi apapun, selama hal itu tak melanggar perintah-Nya.

 “Bergembiralah. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Demi Dia yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi Nabi atas ummat ini. Engkau orang yang rajin menjalin silaturrahmi. Engkau orang yang jujur dan selalu menunaikan amanah. Kau tanggung keluarga-keluarga yang kekurangan. Kau jamu para tamu dan kau bantu orang-orang yang tertimpa musibah.” Nabi Muhammad seperti tersiram air yang sejuk. Ucapan Khadijah sungguh sangat menenangkan hatinya. (Hal: 111-112)

Ketiga, Dapat Diandalkan sebagai Seorang Ibu yang Baik dan Cakap untuk Anak-anaknya.

 “Lihatlah Muhammad, betapa mirip wajah anak ini dengan wajahmu. Bahkan, di antara seluruh manusia, paras muka anak inilah yang paling dekat dengan cemerlang paras wajahmu. Betapa cantik ia, betapa akan membahagiakan kita.” Bayi perempuan ini kemudian diberi nama Fatimah. (Hal : 86-87)

Sebelum menikah, Khadijah telah memiliki tiga orang putri dari dua pernikahan sebelumya. Putri-putri Khadijah tumbuh dalam lingkungan yang baik. Kehormatan dan kesucian mereka benar-benar dijaga. Itu Karena ayah dan ibu mereka adalah manusia terbaik.

Sangat jauh berbeda dengan kaum jahiliyah yang menganggap anak perempuan adalah aib bagi keluarga. Nabi Muhammad dan Khadijah sangat menyayangi putri-putrinya dengan segenap jiwa dan raga. Khadijah dengan penuh perhatian menjaga, merawat dan mengajarkan putri-putrinya tersebut tentang ahlak mulia serta mengenalkan urusan rumah tangga sebagai persiapan sebelum mereka nantinya akan bertemu pasangan hidupnya.

Seperti itulah Khadijah dalam menjalankan amanahnya sebagai seorang muslimah, istri dan ibu yang terangkum dalam buku ini. Mengingatkan kita akan firman-Nya dalam Surat An-Nur Ayat 26, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” Khadijah menjadi pilihan terbaik-Nya untuk mendampingi sosok mulia Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dalam perjalanannya menjemput wahyu dan menyebarkan dakwah.

Kisah Khadijah dalam buku ini mengajarkan kita para muslimah untuk terus memperbaiki diri, menjaga kesucian juga kehormatan, agar Allah memantaskan kita bertemu dengan dia yang juga berahlak mulia, membangun mahligai rumah tangga bahagia di atas ridho-Nya dan dapat di anugrahi generasi-generasi terbaik ummat. Amiin

Judul Buku : Khadijah : In Love Life is Full of Drama

Penulis : Sumayya Muhammad

Penerbit : Fathan Prima Media

Cetakan : Kedua, Januari 2018

Tebal : 323

ISBN : 978-602-1683-41-5

Peresensi: Suci Fitrah Syari, Alumnus Universitas Tadulako Palu pada Prodi Administrasi Publik.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru