Harakatuna.com. Jakarta-Tiga tokoh nasional bertemu di auditorium Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya kemarin (19/8). Prof Ahmad Syafii Maarif, Yudi Latief, dan Basuki Tjahaja Purnama menjadi pembicara seminar kebangsaan Dari Aku untuk Indonesiaku. “Saya mau memuji panitia penyelenggara. Tema seminar ini sangat puitis dan dalam,” buka Buya Syafii.
Tema itu, menurut dia, pas untuk menyebarkan optimisme. Buya Syafii mengingatkan setiap orang untuk memiliki integritas tinggi. Harus berani menyatakan pendapat yang diyakini benar meski banyak yang menentang. “Contoh orang berintegritas ini salah satunya Pak Ahok. Yang sudah bikin geger republik dan mengguncang bumi,” tuturnya disambut sorak peserta.
Buya Syafii berpendapat, perpecahan yang terjadi saat ini disebabkan masyarakat senang mencari perbedaan dibandingkan mencari persamaan. “Kita terus mencurigai dan tidak bekerja sama,” tutur ketua umum Persyarikatan Muhammadiyah 1998-2005 itu.
Peneliti LIPI Yudi Latif mengingatkan kembali pentingnya warga negara untuk mengingat Pancasila dan menerapkan setiap maknanya. Dia mencontohkan pentingnya mengingat Pancasila itu mirip dengan saat akan naik ke pesawat. Penumpang selalu mendapat petunjuk prosedur keselamatan penerbangan. Meski orang sudah tahu, pembiasaan itu tetap penting.
Sementara itu, BTP menceritakan pengalamannya sebagai Kristen-Tionghoa yang dinilai menjadi minoritas di negeri ini. Dia meminta kepada siapa saja yang merasa minoritas untuk membuang jauh perasaan tersebut.
Meski pernah dipenjara, BTP mengatakan tidak kapok terjun ke politik. Dia ingin membuktikan bahwa dirinya tidak mundur kalau ditekan. BTP menyampaikan sebagai minoritas mesti tetap optimistis. Setiap yang diyakini betul dan bermanfaat bagi bangsa dan negara harus dilakukan.