32.8 C
Jakarta

Keterbelakangan Masyarakat Muslim: Propaganda Aktivis Khilafah yang Harus Dilawan

Artikel Trending

KhazanahTelaahKeterbelakangan Masyarakat Muslim: Propaganda Aktivis Khilafah yang Harus Dilawan
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Masyarakat Palestina sampai hari ini masih berjuang mati-matian untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan yang selama ini diperkosa oleh Israel. Ribuan bahkan jutaan nyawa sudah direnggut oleh Israel.

Meski seluruh dunia sampai kehabisan cara untuk mengutuk kekejaman Israel, sampai hari ini konflik Palestina masih menjadi tugas utama bangsa dunia untuk menyelesaikannya. Hal yang paling disorot dari konflik yang terjadi di Palestina adalah kesengsaraan masyarakat Muslim yang selama ini dijajah oleh bangsa Yahudi.

Masalah lain yang terjadi di belahan bumi lain adalah kasus migran Muslim di Eropa yang kerapkali mendapatkan perlakuan kurang baik dari sebagian penduduk non-imigran sehingga mendapatkan perhatian oleh para penegak HAM internasional. Di Thailand, konflik etnik Melayu-Muslim juga menjadi salah satu masalah yang disorot oleh global karena terus membekas dalam hati masyarakat.

Dari masalah-masalah yang terjadi di atas, sekalipun suatu konflik yang mendasari tidak hanya agama, namun masyarakat hanya menyorot faktor agama. Kalau kita lihat masalah Palestina, misalnya. Hampir semua orang menyoroti faktor agama yang dianut oleh bangsa Israel atau Palestina.

Padahal faktor sosial, ekonomi, atau bahkan politik turut serta dalam konflik tersebut. Kekejaman Israel (selalu non-Muslim), selalu dijadikan alasan untuk menebar kebencian bagi sebagian kelompok dan memprovokasi kelompok yang berbeda agama untuk saling menjatuhkan satu sama lain.

Tidak hanya itu, sejauh ini akar masalah semacam ini juga dijadikan alasan bagi aktivis khilafah untuk mendapatkan empati masyarakat luas. Bagaimana caranya? Menebarkan narasi atas peminggiran masyarakat Muslim, yang dilakukan oleh non-Muslim, melalui pembunuhan, genosida ataupun pengusiran secara paksa, akan membuat masyarakat Muslim merasa iba, bahkan sedih ketika melihat, mendengar ataupun membaca penderitaan masyarakat Muslim lainnya.

Perasaan iba semacam itu, merupakan keuntungan besar yang dimiliki oleh para aktivis khilafah agar seluruh masyarakat Muslim mendukung penegakan khilafah dalam sebuah negara, bahkan mengajak untuk berbondong-bondong untuk menegakkan khilafah di dunia? Aktivis khilafah menyebut bahwa, peminggiran kepada masyarakat Muslim tidak akan terjadi ketika seluruh dunia menegakkan khilafah di dunia.

Propaganda Aktivis Khilafah

Para aktivis khilafah, khususnya dari kalangan HTI, memang selalu menyebarkan narasi bahwa keterbelakangan umat Muslim di berbagai negara adalah akibat dari tidak ditegakkannya khilafah. Mereka mengeklaim bahwa sistem pemerintahan khilafah adalah solusi tunggal untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh umat Islam saat ini.

Namun, pandangan tersebut tidak hanya menyederhanakan persoalan yang kompleks, tetapi juga mengabaikan faktor-faktor geopolitik dan sosial-ekonomi yang memainkan peran signifikan dalam kondisi umat Muslim di berbagai negara. Artinya, semua itu hanya mitos. Khilafah tidak akan pernah bisa menjadi solusi tunggal keterbelakangan umat.

Argumen utama aktivis khilafah bahwa kemunduran umat Muslim disebabkan absennya khilafah sebagai sistem pemerintahan adalah murni propaganda belaka. Sejarah menunjukkan bahwa kebangkitan dan kemajuan umat Islam tidak selalu bergantung pada keberadaan khilafah.

Kekhalifahan Abbasiyah, misalnya, pernah menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan meski pada akhirnya mengalami kemunduran karena berbagai alasan, termasuk internal korupsi dan serangan eksternal.

BACA JUGA  Polemik Fatwa Salam Lintas Agama: Mari Akhiri Perbedaan dengan Sikap Toleran

Selain itu, beberapa negara dengan populasi Muslim yang signifikan saat ini, seperti Turki, Indonesia, dan Malaysia, telah mencapai tingkat kemajuan yang substansial tanpa menerapkan sistem khilafah. Ini menunjukkan bahwa kemajuan umat tidak secara otomatis terkait dengan sistem pemerintahan tertentu tetapi lebih pada bagaimana pemerintahan tersebut dikelola dan bagaimana kebijakan-kebijakannya diterapkan.

Aktivis khilafah telah mengabaikan faktor-faktor geopolitik dan sosial-ekonomi yang mempengaruhi keterbelakangan di dunia Muslim. Banyak negara Muslim menghadapi tantangan besar seperti konflik regional, korupsi, kurangnya pendidikan, dan ketimpangan ekonomi.

Misalnya, banyak negara di Timur Tengah mengalami instabilitas politik dan konflik yang berakar dari persaingan geopolitik dan masalah ekonomi, bukan semata-mata karena tidak adanya khilafah.

Selain itu, umat Islam terdiri dari berbagai etnis, budaya, dan tradisi. Menganggap bahwa satu sistem pemerintahan dapat menjadi solusi universal untuk semua masalah yang dihadapi oleh umat Muslim di berbagai negara adalah pandangan yang sempit dan memalukan. Keragaman tersebut memerlukan pendekatan yang lebih kontekstual—dan NKRI telah sesuai dengan nilai-nilai islami.

Kompleksitas Dunia Muslim

Banyak masalah yang dihadapi oleh negara-negara Muslim berkaitan dengan kebutuhan akan reformasi sosial dan ekonomi. Pendidikan yang buruk, pengangguran, dan ketidakadilan ekonomi adalah beberapa isu yang harus diatasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Muslim.

Misalnya, meningkatkan akses pendidikan dan memberantas korupsi bisa menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas hidup umat Muslim. Selain itu, pemerintahan yang baik dan efektif adalah kunci untuk kemajuan.

Negara-negara yang masyarakatnya makmur dan stabil memiliki sistem pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan berfokus pada kesejahteraan warganya. Contoh yang baik adalah beberapa negara di Asia Tenggara dan Timur Tengah yang telah menunjukkan kemajuan signifikan melalui reformasi pemerintahan dan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Tidak hanya itu, pemberdayaan masyarakat sipil dan partisipasi aktif dari warga negara adalah elemen penting dalam memajukan umat. Masyarakat yang berpendidikan dan berdaya mampu memainkan peran kunci dalam pembangunan dan reformasi sosial. Karenanya, fokus pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi harus menjadi prioritas.

Lantas, bagaimana menyikapi narasi khilafah tentang keterbelakangan umat tersebut? Paling gampangnya adalah biarkan saja. Aktivis khilafah memang kerjaannya menebar propaganda. Tapi jika memang harus bertindak, yang utama adalah mengedukasi masyarakat agar tidak menjadi SDM rendah yang mudah tertipu propaganda aktivis khilafah.

Intinya, menyederhanakan keterbelakangan umat Muslim hanya sebagai akibat dari tidak ditegakkannya khilafah adalah pandangan yang tidak berdasarkan pada realitas kompleks yang dihadapi oleh negara-negara Muslim. Kemajuan umat memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan berbasis pada reformasi sosial-ekonomi, pemerintahan yang baik, dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan demikian, kita bisa melawan narasi bualan para aktivis khilafah yang mempromosikan khilafah sebagai solusi tunggal dan bekerja menuju masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera bagi umat Muslim di seluruh dunia. Tolak propagandanya, lawan semua narasinya. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru