28.6 C
Jakarta

Kesalahan Fatal Kelompok Jihadis tentang Teror dan Balasan Surga

Artikel Trending

KhazanahOpiniKesalahan Fatal Kelompok Jihadis tentang Teror dan Balasan Surga
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kaum jihadis. Istilah ini dilekatkan pada kelompok yang selalu salah dan serampangan dalam memahami arti jihad. Mereka memahami jihad hanya secara tekstual. Mereka enggan memahami ayat jihad secara mendalam dengan menggunakan ilmu pengetahuan, dan konteks sosial yang terkait. Misalnya saja QS. al-Hajj ayat 78 yang berbunyi: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.”

Istilah jihad dalam ayat ini, menurut Ketua MUI Cabang Jember, Abdul Halim Subahar, ditafsirkan kaum jihadis secara tunggal, yakni qital (membunuh). Sehingga, perintah jihad dalam agama selalu diartikan membunuh atau berperang melawan orang yang tidak sepaham dengan mereka.

Jihad sering sekali dijadikan kelompok jihadis sebagai narasi agar bisa masuk surga. Siapa yang ingin cepat masuk surga, menurut mereka caranya dengan terbunuh di medan perang ketika memerangi orang-orang kafir. Narasi ini yang akhirnya menjadi sebuah motivasi kelompok radikal ini untuk melakukan aksi teror. Seperti melakukan penembakan massal ataupun bom bunuh diri di fasilitas umum ataupun tempat ibadah non-Muslim.

Motivasi jihad yang salah ini bahkan pernah dilakukan oleh satu keluarga. Dalam peristiwa serangan bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya pada 13 Mei 2018 silam. Satu keluarga ini melakukan aksi bom bunuh diri. Bahkan ironisnya mereka mengajak anak-anaknya yang masih di bawah umur untuk melakukan bom bunuh diri.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), alasan aksi jihad bom bunuh diri dilakukan untuk menunjukkan ke publik bahwa teror itu tak memandang jenis kelamin dan usia. Mereka para pelaku menganggap aksi bom bunuh diri ini dalam rangka menjalankan tugas yang diyakini suci sebagai tugas membela agama. Dengan mati saat menjalankan aksi jihad ini, mereka memandang dirinya akan cepat masuk surga.

Dari adanya fenomena ini, pemahaman kelompok jihadis ini jelas-jelas keliru dan menyesatkan. Seakan-akan aksi bunuh diri dengan mengatasnamakan membela agama Allah adalah perbuatan yang mulia. Padahal dalam Al-Qur’an sendiri Allah menyampaikan kepada manusia agar tidak menganiaya dirinya sendiri. Dalam QS. al-Nisa’ ayat 29, Allah menyampaikan,

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa bunuh diri merupakan perbuatan yang buruk dan sangat dibenci oleh Allah. Perbuatan kelompok jihadis ini justru malah mempercepat dirinya masuk ke dalam neraka. Sia-sialah amalan yang mereka lakukan selama ini di dunia, ketika mereka lebih memilih membunuh dirinya sendiri.

Dari penjelasan tersebut, kita ketahui bersama bahwa aksi bunuh diri kelompok jihadis ini bukanlah perbuatan yang mempercepat dirinya masuk surga. Justru sebaliknya, mereka mempercepat dirinya masuk negara akibat dampak mudarat yang mereka berikan.

Maka dari itu, agar kita tidak menjadi hamba yang tercepat masuk neraka seperti kelompok jihadis. Lantas bagaimana cara kita bisa menjadi hamba yang tercepat masuk surga? Dan siapakah hamba yang tercepat masuk surga itu?

Dalam Al-Qur’an Allah menyampaikan manusia terdiri dari tiga golongan. Hal itu disampaikan dalam QS. al-Waqi’ah ayat 7-13.

Artinya: “Dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah). Berada dalam surga kenikmatan, segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.”

BACA JUGA  Film Horor Berlatar Agama, Seberapa Berbahaya?

Dalam ayat tersebut, mereka golongan kanan disebut sebagai ashhab al-maimanah, golongan yang mengambil buku amalannya dengan tangan kanan. Atau mereka yang dibawa ke sebelah kanan untuk diantar ke dalam surga. Golongan ini adalah mereka yang selama hidupnya melakukan amal kebaikan.

Sedangkan golongan kiri disebut sebagai ashhab al-masy’amah, yaitu mereka yang mengambil buku amalannya dengan tangan kirinya. Atau mereka yang dibawa ke kiri untuk memasuki neraka. Mereka adalah golongan yang suka melakukan kerusakan di muka bumi dan suka memberikan kemudaratan bagi banyak orang. Seperti halnya dengan mereka para teroris yang memberikan kemudaratan. Mereka adalah golongan yang akan dimasukkan ke dalam neraka.

Sedangkan golongan yang terakhir adalah golongan terdahulu atau al-sabiqun, mereka golongan yang tercepat masuk surga. Mereka golongan umat terdahulu, di masa yang memperjuangkan Islam mati-matian di tengah kondisi Islam yang asing dari nilai-nilai kebenaran.

Agar bisa menjadi hamba yang tercepat masuk surga, maka caranya kita harus menjadi golongan terdahulu. Menjadi golongan terdahulu bukanlah suatu hal yang mustahil. Sebab kondisi umat Islam saat ini dengan era saat awal kedatangan Islam di masa Nabi Muhammad sangatlah mirip. Bahkan kondisi saat ini Islam sangatlah asing dari nilai-nilai yang benar.

Dikutip dari KBBI, arti dari kata asing adalah aneh, tidak biasa, belum biasa, dan kaku. Kondisi umat Islam saat ini sangat asing atau jauh dari nilai-nilai yang benar. Kondisi umat Islam sekarang ini sangatlah memprihatinkan, apalagi masih ada kelompok dalam Islam yang masih membenarkan perbuatan intoleran.

Selain itu, ada pula di antaranya yang memahami ajaran agama Islam secara kaku, dan tekstual. Sehingga akhirnya melahirkan pemahaman yang jauh dari nilai-nilai Islam, dan memberikan mudarat yang besar terhadap kehidupan masyarakat.

Maka dari itu, agar bisa menjadi hamba Allah Swt. yang tercepat masuk surga, kita harus mendakwahkan ajaran Islam moderat di tengah kondisi masyarakat yang tekstual dan kaku cara berpikirnya memahami agama. Dengan mendakwahkan ajaran Islam moderat yang berlandaskan ilmu pengetahuan yang benar. Tentu kita sebagai orang yang mendakwahkan Islam moderat akan mendapatkan amalan pahala yang besar.

Amalan pahala ini tentu bukan amalan biasa, namun amalan pahala yang memiliki kualitas nilai pahala yang sangat besar. Amalan pahala yang berkualitas ini bisa kita dapatkan karena kita telah berusaha untuk mengembalikan nilai-nilai ajaran Islam kepada jalannya yang benar.

Selain itu, agar bisa menjadi hamba terdahulu yang tercepat masuk surga. Kita haruslah menegakkan keadilan berdasarkan nilai-nilai keseimbangan. Seperti yang Allah sampaikan dalam QS. surah al-Rahman ayat 9, “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

Kemudian setelah itu juga menjaga persatuan antarumat beragama seperti yang dilakukan Nabi Muhammad ketika di Madinah. Tidak hanya itu, serta menegakkan hukum untuk para jihadis dan kelompok radikal yang berusaha merusak persatuan bangsa.

Hal itu untuk meneladani apa yang dilakukan Nabi Saw. dan sahabat, yang memberikan hukuman kepada orang Yahudi yang berusaha memecah-belah kedamaian Madinah. Semoga kita di sini bisa menjadi hamba Allah yang tercepat masuk surga. Sementara kelompok jihadis penebar teror, semoga mereka segera membusuk di neraka. Amin.

Muhammad Farhan
Muhammad Farhan
Mahasiswa komunikasi penyiaran Islam yang hobi nulis dan menggeluti ilmu kepenulisan. Saat ini kegiatan sehari-hari menjadi penulis.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru