29.7 C
Jakarta

Kenapa Perempuan Lebih Mudah Terpapar Terorisme?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanKenapa Perempuan Lebih Mudah Terpapar Terorisme?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Aksi-aksi terorisme bukan sesuatu yang baru terjadi di Negara Indonesia. Sudah lama sekitar tahun 2002 Amrozi beserta kawan-kawannya memulai aksi ini di Bali. Sehingga, Amrozi mendapat hukuman mati dari pemerintah.

Terorisme bukan hanya menjerat kaum laki-laki yang dilihatnya lebih pemberani dan kuat, tetapi juga perempuan yang memiliki karakter lembut dan penyayang. Sesuatu yang patut dipertanyakan aksi terorisme bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Dengan sifat lembut dan penyayangnya, seakan sesuatu yang mustahil terjadi.

Perempuan adalah manusia yang diciptakan berbeda dengan laki-laki. Perbedaan antar dua insan ini bukan menyebabkan masing-masing ada yang superior dan imperior. Semua manusia, laki-laki dan perempuan, sejatinya memiliki posisi yang setara. Masing-masing memiliki hak yang harus dipenuhi.

Hak-hak perempuan, salah satunya, mendapatkan pendidikan yang layak dari orangtuanya. Hampir perempuan di Indonesia tidak mendapatkan kesempatan itu (pendidikan yang baik). Banyak perempuan yang harus mengakhiri karirnya di rumah, dapur, dan kasur saja. Mereka tidak dapat melihat cakrawala pengetahuan di tengah-tengah semesta.

Tidak terpenuhinya pendidikan perempuan disebabkan orangtua yang membatasi pendidikan anaknya. Orangtua ini biasanya memandang perempuan tidak perlu belajar banyak. Biasanya perempuan tidak dikasih ruang sebebas laki-laki. Sehingga, perempuan yang kreatif jadi tertutup.

BACA JUGA  Momen yang Tepat Kelompok Radikal Refleksi di Malam Lailatul Qadar

Perempuan yang tertutup berpotensi terjerat propaganda terorisme. Karena, paham ini menyasar orang yang tidak terbuka pikirannya. Sehingga, orang ini memandang perbedaan itu sempit. Mereka memandang kebenaran hanya apa yang mereka yakini dan pahami.

Perempuan yang sudah terpapar terorisme biasanya gemar mengkafirkan orang yang berbeda paham. Sampai, mereka menghalalkan darah orang yang diklaim kafir. Membunuh, bagi mereka, adalah jihad yang baik ditegakkan.

Padahal, jihad yang sesungguhnya tidak merugikan atau memudaratkan orang lain. Jihad hendaknya simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan. Semisal, jihad seorang pelajar yang menguntungkan dirinya sendiri dan orang lain.

Perempuan hendaknya mendapatkan pendidikan yang layak seperti laki-laki pada umumnya. Perempuan yang terdidik akan dapat memilah dan memilih guru yang baik. Guru yang baik ini mengajarkan muridnya menghormati orang lain. Karena, saling menghormati adalah bentuk toleransi yang diajarkan Nabi Muhammad.

Sebagai penutup, penting direnungkan pesan Prof. Dr. Amany Lubis, Rektor UIN Jakarta, “Perempuan harus diperhatikan secara khusus untuk diberi wawasan. Nilai keagamaan harus diajarkan dengan benar, bukan yang ekstrem. Perempuan harus mendapat pendidikan yang baik dan kesempatan di dalam masyarakat untuk berkiprah.”[]

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru