28 C
Jakarta

Kelompok JAD Semakin Bergerilya, Hati-Hati!

Artikel Trending

KhazanahTelaahKelompok JAD Semakin Bergerilya, Hati-Hati!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Masalah terorisme tidak bisa dinafikan lagi dari setiap perjalanan yang ada di negeri ini. Hampir setiap waktu, kelompok teroris selalu saja ditemukan di berbagai daerah. Di Papua misalnya, daerah yang kita tahu minim sekali konflik keagamaan, ternyata menjadi sasaran kelompok teroris untuk melakukan aksi kejinya.

Papua dibuktikan oleh Densus 88 ketika menangkap 10 orang yang diduga teroris (28/05). Setelah penangkapan tersebut, Densus 88 kembali meringkus satu orang terduga teroris. Dikonfirmasi pada (31/05) total yang diamankan berjumlah 11 orang terkait aksi terorisme di wilayah Merauke.

Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri menyatakan bahwa para terduga teroris yang ditangkap terkait dengan Jaringan Ansharut Daulah (JAD). Para terduga teroris itu juga diduga memiliki kaitan dengan kasus bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan, pada awal Januari lalu. Ini membuktikan bahwa kelompok JAD terus mengencangkan aksinya di berbagai wilayah untuk terus melakukan aksi pengeboman di wilayah Papua.

Fakhiri juga mengatakan bahwa terduga teroris tersebut sering berkunjung ke Makassar, diantaranya 10 orang tersebut, ada pasangan suami istri yakni AP dan IK (perempuan). Sebanyak 10 teroris yang diamankan yakni AK, SB, ZR, UAT, DS, SD, WS, YK, AP, dan IK.

Satu orang yang baru diringkus, belum diumumkan namanya. Keberadaan kelompok JAD di Papua disinyalir sudah ada sejak tahun 2018. Namun, densus tidak mungkin gegabah langsung menangkap kelompok yang diduga teroris tersebut.

Perempuan Terlibat Aksi Terorisme

Berdasarkan nama-nama yang dimumkan oleh Kapolda Papua, setidaknya kita bisa memahami bahwa pasangan suami istri yang menjadi bagian dari kelompok tersebut secara sadar. Dalam konteks ini, kita bisa memahami bahwa keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme disebabkan oleh peran suami. Apabila suami sudah terlibat aksi terorisme, maka kemungkinan besar istri juga menjadi satu kesatuan yang sama dengan sang suami.

Pada kelompok JAD, pelibatan perempuan dan anak dalam aksi terorisme memang sangat massif jika dibandingkan dengan kelompok Jama’ah Islamiyah. Aksi ini juga bisa kita lihat pada penusukan yang dilakukan oleh Abu Rara kepada eks Menko Polhukam, Wiranto pada 2019 silam. Abu Rara dalam melakukan aksinya, ia memanfaatkan istri dan anaknya secara aktif terlibat dalam penusukan tersebut (Kompas, 2019).

BACA JUGA  Paradoks Toleransi: Kita Tidak Boleh Toleran Terhadap HTI, Perusak NKRI

Keterlibatan istri Abu Rara bisa dipahami sebagai relasi kuasa yang tercipta antar hubungan keluarga para teroris. Suara suami, merupakan suara Tuhan yang harus dipahami oleh istri. Jadi setiap perintah, permintaan suami, harus dilaksanakan secara utuh oleh perempuan sebagai istri.

Struktur kehidupan keluarga yang tercipta berdasarkan kontruks sosial masyarakat, dengan pemahaman keagamaan yang timpang, menempatkan posisi perempuan sebagai kelas kedua dalam keluarga. Bagaimanapun, kepatuhan yang harus dilakukan oleh istri menuruti perintah suami.

Maka dalam relasi keluarga teroris, pemahaman semacam ini dijadikan nash yang jelas untuk melibatkan perempuan dalam lingkaran aksi teroris yang keji tanpa ampun itu. Begitupun dengan istri, konstruk pemikiran yang terbangun bahwa perempuan harus ikut suami, maka seluruh kegiatan suami, baik perintah, aturan atau apapun harus berdasarkan keputusan suami.

Setidaknya, ada beberapa faktor yang yang menjadi data tarik terorisme pada perempuan, yakni: menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang menjadi daya tarik terorisme pada wanita yaitu: Faktor religius yang menekankan pada persaudaraan perempuan khalifah, faktor politis, faktor pribadi dan faktor ideologis (Bella, 2020).

JAD Itu Baru, Tapi Geraknya Cepat

Jamaah Ansharut Daulah diketahui baru berdiri pada 2015. Ini bisa dikatakan sebagai kelompok baru dalam dunia terorisme. Meski demikian, serangkaian aksi terorisme sudah dilakukan di berbagai daerah, diantaranya: Bom Thamrin Jakarta 2016, serangan di Mapolres Surakarta, bom Molotov di Samarinda 2016, bom Kampung Melayu 2017, ledakan di Bandung 2017, kerusuhan di Mako Brimob 2018, serangan bom bunuh diri si Surabaya 2018, serangan gagal di Riau 2018, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar (dw.com).

Dalam rentang waktu yang tidak lama, kelompok JAD berhasil menguasai berbagai daerah dengan strategi licik yang digencarkan. Pergerakan mereka sangat cepat dibuktikan dengan menjadi dalang berbagai aksi terorisme beberapa tahun belakangan ini. Maka dari itu, kehadiran kelompok JAD yang semakin menyebar dan menguat di berbagai daerah, semestinya kita perlu hati-hati.

Memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat luas tentang keberadaan kelompom tersebut menjadi tugas bersama, agar mencegah banyaknya masyarakat yang ikut menjadi bagian dari kelompok JAD ataupun kelompok teroris manapun.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru