32.1 C
Jakarta

Kedangkalan Paham Tentang Pesantren Salaf; Tanggapan Atas Tulisan Khalilullah

Artikel Trending

KhazanahOpiniKedangkalan Paham Tentang Pesantren Salaf; Tanggapan Atas Tulisan Khalilullah
image_pdfDownload PDF

Sudah banyak pakar dan peneliti pendidikan yang mempublikasi karya mereka tentang “pesantren salaf” baik dalam bentuk skripsi, jurnal maupun buku ilmiah. Namun, dari kesemua karya itu, tidak ada yang seberani dan searogan tulisan saudara Khalilullah, yang dimuat di www.www.harakatuna.com, Senin (21/12) kemarin.

Kemungkinan tulisan itu ditulis khalil dalam rangka menyikapi polemik yang sedang terjadi antara Front Pembela Islam (FPI) dengan Polda Metro Jaya sebagai menifestasi kepanjangan tangan pemerintah. Saudara khalil menyebut pesantren salaf sebagai sumber paham radikal selayaknya FPI. Pandangannya ini mungkin muncul karena terdapat keempatian beberapa pesantren salaf terhadap Habib Rizieq Shihab, zuriyah Rasulullah yang selaiknya kita hormati dan cintai.

Pesantren salaf dalam tulisan Khalil disebut sebagai pesantren yang tidak mempelajari kerangka atau metode berpikir yang benar. Dari sini sudah tampak beberapa kemungkinan yang berlaku pada saudara Khalil. Pertama mungkin saudara Khalil bukanlah seorang santri atau kurang lama belajar di pesantren. Ia tidak tahu bahwa di pesantren salaf dipelajari ilmu manthiq (logika) dan ilmu ushul fikih yang sangat erat kaitannya dengan ilmu manthiq.

Kemungkinan kedua, ia kurang membaca sebelum menulis. Khalil juga menyebut bahwa kesamaan FPI dan pesantren salaf ialah; keduanya mengajarkan agama Islam dengan kejumudan dan kekakuan, karena tidak terbuka dengan perbedaan dan membatasi kebenaran hanya kepada agama Islam sebab keduanya dianggap berpikir tertutup (eksklusif).

Dari sini Khalil tidak sadar bahwa dirinya sedang berpikir eksklusif, sebab tidak mengakui kebenaran yang diyakini FPI dan ma’had salaf, jika keduanya memang benar seperti yang dipradugakan oleh Khalil. Perhatikan firman Allah Swt dalam surah Yunus [10]: 108 berikut:

قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَكُمُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَنِ ٱهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِى لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيْكُم بِوَكِيلٍ

“Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu.”
Selanjutnya, ada kemungkinan saudara Khalil tidak mengecek definisi dari pesantren salaf, atau ia hanya merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mengartikan kata salaf dengan sifat angkuh. Dengan kata lain, ia menafikan arti lain di KBBI yaitu salaf berarti sesuatu yang terdahulu.

Dalam wikipedia.com, pesantren salaf dijelaskan sebagai sebutan bagi pondok pesantren yang mengkaji “kitab-kitab kuning” (kitab turats). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional (klasik) yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya.

BACA JUGA  Rekonsiliasi Pasca-Pemilu: Jalan Menjaga Solidaritas Kebangsaan

Di pesantren salaf, hubungan antara kiai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kiai terjun langsung dalam menangani para santrinya. Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Pesantren salaf memiliki ciri khas kultural seorang sangat hormat dan santun kepada kiai, guru dan seniornya.

Pesantren salaf banyak berafiliasi kultural dengan Nahdhatul Ulama (NU) dengan kekhasan fikih bermazhab Syafi’i, akidah tauhid bermazhab Asy’ariyah atau Maturidiyah, dan mengajarkan ilmu tasawuf seperti karya Al-Ghazali dan lainnya. Amaliah khas seperti shalat tarawih 20 rakaat plus 3 rakaat witir pada bulan Ramadan, membaca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi atau melakukan pembacaan kitab-kitab maulid, peringatan Isra’ Mi’raj, dan semacamnya.

Sistem penerimaan santri tanpa seleksi. Setiap santri yang masuk langsung diterima. Sedangkan penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.

Banyak lulusan pesantren salaf yang penguasaannya terhadap ilmu agama menyamai bahkan melebihi lulusan universitas-universitas Islam terkemuka, salah satu contohnya adalah KH. Bahauddin Nursalim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha’. Penguasaannya terhadap Al-Qur’an dan tafsir telah diakui oleh banyak universitas dan tokoh tafsir terkemuka tanah air.

Penyampaiannya saat mengajar dan berdakwah di podium sangat nampak sikap toleransinya dan tidak sedikit-pun menunjukkan paham radikal. Perlu saudara Khalil ketahui bahwa ia adalah lulusan pesantren salaf, tepatnya  lulusan pondok pesantren Sarang, Rembang, di bawah asuhan Mbah Maimoen Zubair. Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah adalah salah satu pesantren salaf di tanah air.

Terakhir perlu saudara Khalil ketahui masih banyak lagi tokoh lulusan pesantren bermanhaj salaf yang jika diuraikan biografi dan catatan perjalanan dakwah mereka untuk agama dan bangsa Indonesia bisa menjadi ratusan bahkan ribhan judul buku. Dan mereka tidak seperti yang Khalil tuduhkan. Mereka tidak radikal. Selain terbantahkan, tulisan Khalil dengan sendirinya menjadi ngawur.

Wallahu A’lamu bi as-Shawab.
Muhammad Izul Ridho
Muhammad Izul Ridho
Alumni Pascasarjana UIN Khas Jember, Pengajar di PP. Mahfilud Duror II Suger Kidul Jember.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru