34 C
Jakarta

Jihad Global Perempuan, Rahim Teroris, dan Alarm Untuk Jantung Keamanan NKRI

Artikel Trending

Milenial IslamJihad Global Perempuan, Rahim Teroris, dan Alarm Untuk Jantung Keamanan NKRI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Bangkitnya jihadis perempuan menambah daftar panjang aksi teror perempuan di Indonesia. Berawal dari Dian Yulia Novi (2016), bersama sang suami, Solihin, yang berencana meledakkan diri di Istana Kepresidenan Indonesia sebagai jalan jihad agama. Makna jihad menjadi alasan utama untuk menikah dan menjadi pasangan bom bunuh diri Yulia.

Otak dari bangkitnya teroris perempuan adalah Bahrun Naim, pemimpin militan ISIS di Indonesia. Ia mangajak para perempuan untuk melakukan aksi jihad karena banyak para lelaki tidak mau melakukan jihad menegakkan khilafah atau ajaran Islam yang benar. Maksud dan tujuannya untuk merangsang para lelaki: “jika perempuan saja mau jihad, kenapa [aku] lelaki tidak.” Perempuan diproyeksi lebih militan dari lelaki.

Perempuan didoktrin tidak sekadar menjadi istri, uztazah, ibu rumah tangga dan akrobat lainnya (Sidney Jones, 2017). Dalam otak teroris, perempuan harus melebihi dari aksi-aksi laki-laki. Perempuan harus bisa bertugas menjadi pengelola forum, merekrut anggota, pemasok dana, dan menjadi tandem pasangan suami istri para teroris. Perempuan boleh menjadi kombatan dan boleh berperang di medan pertempuran: jihad bom bunuh diri.

Menurut Lies Marcues, mengapa perempuan mengambil jalan itu, karena para perempuan ini percaya pada kesetaraan dan gagasan menegakkan kekhalifahan. Sehingga, dengan sikap itu, mereka percaya bahwa dia bisa berkontribusi mewujudkan khilafah di dunia. Dengan tegaknya khilafah, mereka beranggapan bahwa masalah, ketimpangan, penderitaan, ketidakadilan, kemiskinan, dapat diatasi dengan segera.

Disinilah pentingnya. Kita, dan pemerintah untuk membuka mata (Endy Saputro, “Probalitas Teroris Perempuan di Indonesia,” 2010). Faktor menjadi teroris tak tunggal. Bukan hanya persoalan kesalahan tafsir agama. Banyak alasan menjadi “prajurit Tuhan” yang siap mengkafirkan dan menyalahkan pihak lian.

Kendati, jika tidak diatasi kompleksitas masalah secara sungguh-sungguh, mereka siap melayani (kebutuhan) “Tuhan” dan memperpanjang nafas jihad perjuangan bersama/untuk “Tuhan” yang mereka banggakan. Mereka bakal siap menjadi alat pembunuh paling murah tapi mengerikan. Perempuan akan menjadi rahim teroris di Indonesia.

Jihad Global Perempuan di Jantung Kemanan Indonesia

Alarm jihad global perempuan kini patut disingkap di Indonesia. Sejak ISIS mengembalikan dogma konsensusnya bahwa perempuan harus berjuang, yang sebelumnya perempuan harus menjadi wanita baik-baik (jihad tanpa perang), maka teror yang melibatkan perempuan menjadi tren aksi teroris di Indonesia. ISIS melalui JAD memberikan lisensi perempuan untuk berjihad-berperang-membunuh.

BACA JUGA  Indoktrinasi HTI di Taman Mini, Bagaimana Melawannya?

Panduan ideal peran perempuan dalam “Kekhalifahan” diterabas sejak lahirnya manifesto 10.000 kata, yang dirilis Bregade Al-Khansaa pada tahun 2015. Dan pada 2017 puncak pelibatan perempuan dalam aksi-aksi perang. Titik nadir posisi ISIS di Mosul dan Raqqa menjadi alasannya. Sejak saat itu, ISIS mempertegas secara jelas bahwa telah mencabut moratorium terhadap milisi perempuan (Tirto 10/4/2019).

Maka demikian, lahirnya Ummu Amarah Nasibah baru. Di mana, Ummu Amarah Nasibah adalah sahabat perempuan Nabi Muhammad yang ikut berperang kemudian gugur dalam perang di Uhud. Nama Ummu Amarah Nasibah diproyeksikan untuk melakukan jihad teror iblis.

Perempuan harus meniru Ummu Amarah Nasibah. Menurut teroris, Ummu Amarah Nasibah baru perlu dimunculkan pada abad modern ini. Kendati, sudah saatnya, pengikut perempuan angkat senjata melawan musuh Islam. ISIS memainkan narasi jihad Ummu Amarah Nasibah kepada perempuan di medan jihad (syahid) global.

Ada banyak nama perempuan yang mencoba meniru Ummu Amarah Nasibah tapi salah. Ada Roslina, calon martir pengantin untuk aksi amaliah meledakkan diri ke Polsek Ciputat dan Polres Tanjung Balai, Maret 2019. Juga ada Ika Puspitasari, yang hendak meledakkan diri di Bali dan lain-lain. Dan kini Zakiah Ani, yang mencoba berjihad syahid dengan membunuh para polisi. Dan akhirnya ia mati sangit. Zakiah mencoba berjihad di jalan Allah, sebenarnya ia berjihad di jalan yang salah.

Rata-rata aksi amaliah teroris perempuan di Indonesia mengarah kepada perwira polisi: jantung keamanan NKRI. Tentunya tak mungkin tidak ada Zakiah-Zakiah lagi. Pasti ia bukan yang terakhir. Jika benar-benar ada, maka kita mau mencari keamanan kemana jika jatung keamanan Indonesia bisa bobol? Aduh..

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru