25.3 C
Jakarta

Jihad Melalui Media Sosial untuk Palestina

Artikel Trending

KhazanahTelaahJihad Melalui Media Sosial untuk Palestina
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Media sosial beberapa waktu belakangan ini, dipenuhi oleh insta-story Instagram dengan tagar #AllEyesOnRafah. Hal ini disinyalir oleh penyerangan yang dilakukan oleh Israel di Rafah, tempat yang menjadi area saluran bantuan ke warga Palestina di Gaza. Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023 lalu, ribuan korban berguguran.

Pada hari ke-248 sejak perang dimulai, militer Israel sudah membunuh setidaknya 37.616 masyarakat Palestina. Berdasarkan jumlah tersebut, terdapat 37.084 korban jiwa berada di Jalur Gaza, sementara 532 korban jiwa tercatat di Tepi Barat. Korban anak-anak mencapai 15.172 jiwa dan 10.018 perempuan meninggal dalam serangan tersebut. Tidak hanya itu, lebih dari 7.000 masyarakat Palestina dilaporkan hilang. Membaca angka-angka tersebut, harus dengan apa kita mengibaratkan kekejaman dan kebiadaban Israel?

Beberapa template kecaman terhadap Israel dan mendukung Palestina cukup banyak dan bermunculan di media sosial. Mulai dari upaya untuk mendukung Palestina, ajakan boikot, hingga kecaman kepada Netanyahu, Perdana Menteri Israel.

Membagikan template serupa, dalam melihat konflik kemanusiaan yang dialami oleh Palestina, dengan ribuan kerugian nyawa yang sangat tidak manusiawi oleh Israel, adalah suatu upaya paling dasar yang perlu kita lakukan sebagai manusia. Tidak perlu melihat konflik Palestina dari sudut pandang agama, sebab dari sudut pandang manusia saja, Israel adalah negara biadab yang bisa kita temui sepanjang sejarah. Sebab korban dari kebiadaban Israel adalah masyarakat sipil, terutama anak-anak dan perempuan, di mana mereka adalah kelompok yang seharusnya tidak terlibat dalam konflik tersebut.

Apa sebenarnya urgensitas dalam pemanfaatan media sosial untuk konflik Israel dan Palestina?

Jihad!

Jihad memiliki makna sebagai kesungguhan dan upaya akhir yang bisa dilakukan. Hal ini bisa dilihat dalam firman Allah: Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan. (QS. Al An’am: 509). Makna kata al-jahdu dan al-jihād menurut kitab lisānul’Arab yang ditulis oleh Ibnu Mandzur ialah melawan musuh, pengerahan segenap kemampuan manusia untuk mendapatkan yang diinginkan atau menolak yang dibenci.

Jika melihat konteks konflik yang dialami oleh Palestina sebagai negara yang sangat dirugikan, seruan jihad untuk mendukung Palestina untuk seluruh umat manusia adalah hal yang wajib kita lakukan, khususnya sebagai bangsa Indonesia dan umat Muslim. Maka tidak heran, aksi-aksi kemanusiaan yang sering dilakukan oleh masyarakat di berbagai titik untuk mendesak pemerintah memberikan dukungan kepada Palestina terus dilakukan. Meski begitu, pemerintah juga terus mengupayakan kemerdekaan Palestina. Bahkan, seluruh negara dunia pun sudah turut serta untuk berupaya dalam kemerdekaan Palestina.

BACA JUGA  Fenomena Domestifikasi Perempuan oleh Aktivis Khilafah

Akan tetapi, jihad yang tanpa kita sadari bisa dilakukan adalah jihad dengan media sosial. Mengapa bisa dikatakan jihad? Jika jihad diartikan sebagai ‘kesungguhan’, maka kesungguhan yang dimaksud bisa dengan media sosial. Setiap orang pasti menggunakan media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, hingga TikTok. Masing-masing pemilik akun, memiliki otoritas penuh terhadap akun media sosial yang dimiliki. Maka dari itu, membagikan informasi yang terjadi di Palestina, akan membuat followers dari sebuah akun membaca, bahkan bisa jadi tergerak hatinya untuk ikut berdonasi untuk Palestina.

Tidak hanya itu, media sosial yang kita gunakan, turut berfungsi untuk menyebarkan informasi kekejaman yang dilakukan oleh Israel selama bertahun-tahun. Ini akan mendorong orang lain untuk membagikan aksi kejam yang dilakukan oleh Israel. Keberadaan media sosial menjadi ladang jihad masyarakat untuk meningkatkan empati terhadap masyarakat Palestina. Sebab dari media sosial, kita bisa mengetahui kabar terkini, saudara-saudara di Palestina yang sedang mengalami ketakutan, kegelisahan, bahkan kelaparan karena ketiadaan bahan pangan.

Dari informasi tersebut, kita bisa mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh mereka, sehingga langkah kita untuk melakukan donasi kepada lembaga yang terpercaya bisa tersalurkan dengan baik. Perlu menjadi catatan bahwa, jihad media sosial yang kita lakukan untuk mendukung Palestina harus benar-benar informasi yang kredibel, bukan hoaks atau narasi propaganda untuk memecah-belah satu sama lain. Dengan begitu, niat baik untuk mendukung Palestina harus dengan aksi baik dan bijak di media sosial. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru