31.8 C
Jakarta

Jihad itu Membangun Peradaban dengan Cara-cara yang Beradab

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanJihad itu Membangun Peradaban dengan Cara-cara yang Beradab
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Aksi-aksi terorisme sering mengatasnamakan Islam dengan dalih jihad. Memang di dalam agama semitik ini jihad diperintahkan. Disebutkan dalam surah al-Ma’idah ayat 35: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.

Perintah jihad tersebut sayangnya disalahpahami dan disalahgunakan oleh kelompok teroris. Bagi mereka, jihad sebatas perang dengan mengangkat senjata, meledakkan bom, dan melempar molotov untuk membunuh orang lain yang dianggap musuh. Biasanya orang yang dimusuhi adalah orang yang dituduh kafir. Lantas, siapa orang kafir itu?

Kafir dalam pandangan orang Islam dan kelompok teroris berbeda. Orang Islam memandang kafir hanya bagi orang yang tidak beriman. Tidak beriman, maksudnya, musyrik atau beragama lebih dari satu. Siapapun yang beragama, meski bukan Islam, tetap disebut mukmin (orang yang beriman) selagi tidak beragama ganda. Jadi, orang yang mukmin bukan kafir. Namun, kelompok teroris memandang kafir adalah orang yang tidak sepemikiran, meski beragama Islam.

Lebih spesifik, orang kafir, bagi teroris, adalah mereka yang tidak mendukung tegaknya Negara Islam (Daulah Islamiyah) dengan sistem Khilafah. Memang isu Negara Islam sudah lama beredar. Tapi, sampai sekarang isu ini masih eksis. Biasanya yang menggerakkan isu ini adalah kelompok teroris. Isu ini jelas bertentangan dengan sistem Negara Indonesia yang tidak menganut Negara Islam dengan sistem Khilafah.

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Klaim kafir kemudian mendorong kelompok teroris melakukan tindakan yang maha kejam dengan pengeboman dan pelemparan molotov. Agar tindakannya dibenarkan oleh banyak orang, mereka menyandarkan segala perbuatannya kepada isu jihad yang dibenarkan oleh Islam. Padahal, jihad yang dibenarkan tidak merugikan orang lain. Jihad yang diajarkan Islam berpotensi positif terhadap peradaban dunia.

Jihad sesungguhnya adalah sesuatu yang baik yang diajarkan Islam kepada pemeluknya. Perlu diperhatikan, bahwa jihad adalah kesungguhan seseorang dalam menggapai sesuatu sesuai dengan skill masing-masing. Pelajar jihadnya adalah menghilangkan jerat kebodohan. Pembisnis jihadnya mengentaskan kemiskinan. Dan seterusnya. Intinya, jihad tidak berpotensi negatif, tetapi positif.

Aksi-aksi terorisme tentu tidak benar bilamana dikategorikan dengan jihad. Karena, aksi bejat ini berakibat negatif. Sebut saja, pembunuhan jiwa, pengrusakan tatanan bumi, dan lain-lain. Maka dari itu, perlu memerangi aksi-aksi terorisme tanpa terkecuali. Karena, pelaku terorisme adalah thaghut (setan-setan) yang disebutkan dalam Islam.

Sebagai penutup, jihad itu menghidupkan, bukan mematikan. Jihad itu memperbaiki, bukan merusak. Terorisme yang jelas bukan jihad karena membahayakan dan merusak. Dr. Zuly Qadir, MA., intelektual muda Muhammadiyah menyebutkan: “Jihad tidak dipahami dalam konteks perang dengan mengangkat senjata, meledakkan bom, dan melemparkan molotov, melainkan membangun peradaban dengan cara-cara yang beradab.“[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru