27.3 C
Jakarta

Jadilah Anda Muslim Pencinta, Bukan Muslim Pembenci

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanJadilah Anda Muslim Pencinta, Bukan Muslim Pembenci
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Perjalanan hidup seseorang tidak lepas dari dua hal yang saling berseberangan ini: cinta dan benci. Bila ditanya kenapa Anda memperjuangkan dan membela mati-matian orang lain, sekalipun Anda sendiri yang nestapa dan tersakiti? Jawabannya sederhana, yaitu anda muslim pencinta cinta. Kenapa Anda mencela dan memfitnah orang lain, sementara dia tidak bersalah? Jawabannya pun sederhana, benci.

Cinta dan benci memang dua kata yang berlawanan dan tidak dapat disatupadukan dalam waktu yang bersamaan. Namun, keduanya bisa ada pada diri Anda pada waktu yang berbeda. Bisa jadi Anda sekarang menjadi pembenci (haters), bisa jadi pula Anda nanti menjadi muslim pencinta (lovers). Perkembangan cinta menjadi benci dan benci  menjadi cinta bak pergantian malam dan siang. Dunia akan terasa jenuh tanpa malam dan siang. Pergantian malam dan siang, cinta dan benci yang membuat dunia penuh romantika.

Perjalanan pesta demokrasi sering memainkan cinta dan benci sebatas mata berkedip. Kadang satu partai berkoalisi dengan partai lain karena kesempatan dan kepentingan sesaat. Bisa jadi di waktu lain kedua partai akan saling bermusuhan dan saling membenci saat kepentingan tidak lagi diharapkan. Cinta dan benci dalam politik pergantiannya amat sangat cepat secepat kilat mengibas bilik-bilik desa.

Cinta dan benci dalam perjalanan hidup rumah tangga tidak dapat dimungkiri. Musti rumah tangga dibangun oleh cinta dan musti pula digoncang badai benci. Namun, cinta dan benci dalam rumah tangga tidak dapat disamakan dengan politik. Rumah tangga amat sangat langgeng dengan cintanya dan amat sangat kecil kemungkinan bencinya, karena tujuan rumah tangga adalah membangun cinta kasih tanpa unsur kepentingan yang bersifat materialis.

Yang jelas cinta itu adalah manifestasi dari sifat Tuhan, al-Wadud, Sang Pencinta. Karenanya, manusia suka menjadi pencinta dan menyukai orang yang mencintai. Sebaliknya, benci adalah sifat picik setan dan iblis. Iblis benci melihat Nabi Adam tercipta dengan potensi yang jauh lebih sempurna. Karenanya, manusia tidak suka menjadi pembenci dan tidak menyukai orang yang membenci.

BACA JUGA  Kenapa Kita Harus Pilih Anies Sebagai Presiden di Indonesia?

Pertanyaannya, kenapa Anda menjadi pembenci? Bukankah benci itu sifat setan? Kenapa Anda sulit menjadi pencinta? Padahal cinta itu sifat Tuhan? Mungkin pertanyaan ini terkesan sederhana, tapi mampu merekam jejak hidup manusia. Secara sederhana, kepribadian  muslim pencinta yang dihiasi dengan sifat Tuhan yang Maha Cinta mendorong cara berpikir dan sikapnya selalu mencintai bukan membenci. Beda hal, kepribadian pembenci yang dikuasi nafsu setan berakibat pada cara berpikir dan sikapnya tiada henti membenci.

Pencinta akan memiliki keuntungan yang tiada terbatas. Pencinta akan dicintai orang lain. Hidupnya damai seakan merasakan ketenangan. Pembenci akan selalu gelisah jiwanya. Orang lain tidak menyukainya. Hidupnya tidak mulus dan selalu dirundung aneka problematika.

Berbicara soal cinta dan benci ada ayat Al-Qur’an yang bertitah: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Qs. al-Baqarah/2: 216).

Ayat tersebut berbicara tentang jihad. Jihad termasuk aktivitas yang kurang menyenangkan. Tapi, jihad termasuk bagian dari sesuatu yang Allah senangi. Dibandingkan hanya berdiam diri yang menyenangkan. Namun, aktivitas diam ini tidak disenangi oleh Allah. Demikian lebih kurang Ibnu al-Jauzi.

Jadi, cinta dan benci adalah sikap naluriah yang ada pada diri manusia. Siapapun pasti merasakan cinta dan benci. Karena, diri manusia dibangun dengan dua sifat: sifat ketuhanan dan sifat kebinatangan. Manusia yang mampu mengalahkan nafsunya akan cenderung menjadi pencinta sejati. Manusia yang dikuasai nafsunya akan mudah menjadi pembenci. Hiasai hidup dengan cinta. Hindari sikap benci dan lupakan orang yang membenci Anda. Cinta jauh lebih berharga daripada benci.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru