30 C
Jakarta

Isra’ Mi’raj dan Kebahagiaan Puncak Seorang Manusia

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahIsra’ Mi’raj dan Kebahagiaan Puncak Seorang Manusia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap kali memasuki bulan Rajab, bulan yang dimuliakan oleh Allah, umat Islam di seluruh dunia selalu memperingati peristiwa besar yang terjadi pada diri Rasulullah, yaitu Isra’ dan Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad dengan mengendarai Buroq dari Mekah menuju Masjid Al-Aqsho. Dan Mi’raj adalah perjalanan Nabi dari Masjid Al-Aqsho menuju Sidratul Muntaha untuk bertemu dengan tuhannya, Allah.

Dalam berbagai kitab sirah Nabi Muhammad, banyak dijelaskan bahwa beberapa sebab Allah mengisra’ dan Mi’rajkan Rasulullah adalah karena kesedihan yang mendalam yang dialaminya. Karena kesedihan itu maka sampai disebut tahun tersebut sebagai ‘Amul Husni, tahun kesedihan.

Kesedihan mendalam itu disebabkan dengan meninggalnya istri yang sangat dicintainya, yang selalu membantu dalam setiap dakwahnya bahkan sejak pertama kali Nabi Muhammad mulai menyebarkan agama Islam, yaitu Khadijah.

Tak hanya itu, paman Rasulullah, Abu Thalib yang selalu menjaga dan mendukung dakwahnya juga meninggal dalam tahun itu. Dengan meninggalnya Abu Thalib, maka perlindungan dari suku Quraisy menjadi sirna dan berbalik memusuhinya.

Karena suku Qurasy yang berada di mekah memusuhinya maka Rasulullah berusaha mencari keamanan untuk dirinya dan para pengikutnya dengan hijrah menuju Taif. Namun tidak disangka juga, ternyata suku Taif juga tidak menerima hijrahnya, walhasil kedatangan Nabi disambut dengan lemparan batu, yang sampai melukainya.

Setelah mengalami kesedihan yang mendalam tersebut, Maka Allah menghapus kesedihan yang dialami Rasulullah dengan mengisra’-mi’rajkan Rasulullah. Dan itu juga merupakan kebahagiaan puncak yang dialami Rasulullah ketika di dunia. Kebahagiaan puncak itu tiada lain adalah bertemunya Rasulullah dengan Tuhan semesta Alam, Allah Swt.

BACA JUGA  Ini 8 Pesan Penting Khutbah Ramadhan Rasulullah

Isra’ Mi’raj Dan Kebahagiaan Puncak Manusia

Dari peristiwa Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad ini banyak sekali pelajaran yang bisa di ambil. Diantaranya adalah bahwa kebahagiaan puncak seorang manusia adalah ketika bisa bertemu dengan tuhannya, Allah Swt.

Tentunya kebahagiaan puncak itu tidak didapatkan dengan mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan. Akan tetapi butuh perjuangan dan kerja keras. Bahwa seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Isyirah, Ayat 6 yang menyatakan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Maka kebahagiaan itu pasti selalu dipenuhi dengan rintangan dan halangan.

Dalam kisah Isra’ Mi’raj, untuk mendapatkan kebahagiaan puncak, Nabi Muhammad harus melalui fase Isra’ (horizontal) dan Mi’raj (vertikal). Tentunya hal ini menandakan bahwa kebahagiaan puncak itu tidak serta merta disebabkan oleh banyaknya ibadah yang dilakukan. Melainkan juga baiknya hubungan muamalah atau pergaulan dengan sesama manusia. Bahkan baiknya hubungan sesama manusia ini menjadi awal untuk meraih kebahagiaan puncak tersebut.

Dan terakhir dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini bisa disimpulkan bahwa kebahagiaan puncak manusia itu didapatkan dengan dua fase. Yaitu memanusiakan manusia (Isra’) dan hanya menjadi Allah satu-satunya tuhan yang nyata (mi’raj). Jika membahagiakan dan memanusiakan manusia saja masih belum bisa bagaimana mungkin akan mendapatkan kebahagiaan puncak, Dan jika masih menuhankan banyak hal seperti uang, hawa nafsu, jabatan dll, bagaimana mungkin mendapatkan kebahagiaan puncak.?

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru