30.1 C
Jakarta

Ismail Yusanto Bermain-main dengan Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamIsmail Yusanto Bermain-main dengan Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Siapa yang tak kenal dengan Ismail Yusanto. Dia penggerak utama penyebaran paham Khilafah di Indonesia. Sebagai pendiri HTI, Ismail Yusanto tetap menyebarkannya meski HTI terlarang di Indonesia.

Tak pernah Ismail Yusanto berurusan dengan hukum dengan sangat pelik karena propagandanya itu. Ia sampai kini tetap ajeg dan hidup semangat seperti sedia kala. Dengan sematan tokoh yang ada dalam dirinya, channel khilafahnya tetap ramai banyak orang yang mengunjunginya. Bahkan sampai saat ini, hilir mudik para ustaz dan dosen yang mengisi menjadi narasumbernya.

Ismail Yusanto Gigih Menyebarkan Khilafah

Ismail Yusanto sangat lihai. Dengan memanfaatkan demokrasi, ia bermain dengan sistem itu, meski sistem demokrasi itu salah satunya yang ia tidaksetujui. Tapi apa boleh buat, semua jalan pasti disebrangi dengan gigih untuk sesuatu ambisi khilafahnya.

Tak hanya berhenti di jalan dakwah. Politik menjadi jalan main Ismail Yusanto juga. Berapa banyak tokoh politik yang ia datangkan ke forumnya untuk mengatakan satu kata, dua kata. Tapi bagi dia, kehadirannya cukup untuk memberikan kesan bahwa “khilafah” juga diterima oleh para politisi.

Di bidang pendidikan, Ismail Yusanto sudah berhasil menanamkan paham khilafah. Dengan yayasan yang ia dirikan dan kini berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia, sangat gampang bagi Yusanto bermain dengan “penuh” di dalamnya.

Sebelumnya, tak banyak orang tahu bahwa pendidikan yang dikelola Ismail Yusanto sebenarnya tujuan utama untuk menyebarkan khilafah. Tapi kemudian, banyak orang tua peserta didik merasakan dampak setalah anaknya pulang kampung dengan praktik kehidupan yang berubah kasar: mengharamkan yang dihalalkan.

Begitu banyak dampak keras yang lahir dari gerakan khilafah Ismail Yusanto. Pendidikan jadi jualan paham dan dogmatis menyesatkan. Anak didik tak lagi berpikir keras bagaimana menyempurnakan hidup dan menjadi insan yang bermanfaat bagi kehidupan umat dengan tawaran moderatisme.

Tapi dengan khilafah Ismail Yusanto, malah sebaliknya. Yakni anak didik menjadi barang murah yang dengan keras mengorbankan masa depan hidup banyak orang untuk menawarkan sebuah paham yang kontraproduktif dengan kehidupan sekitar umat, khususnya di Indonesia. Paham khilafah jadi dogma di kepala anak didik untuk tersebarkan dan tertegakkan.

Ismail Yusanto Mau Menipu Umat Indonesia?

Bagi Yusanto, “khilafah adalah kepemimpinan umat bagi kaum muslimin di dunia untuk menerapkan hukum syariat Islam dan mengembangkan dakwah ke seluruh penjuru dunia.” Itu yang dipegang Ismail Yusanto dan telah mendarah daging.

BACA JUGA  Menakar Jebakan Isu Pemilu Curang dari Kelompok Ekstrem-Radikal

Dari definisi di atas, menurutnya, mendapatkan tiga substansi pokok dari khilafah. Pertama, ukhwah islamiyah. Kedua, syariah, dan tiga, khilafah. Tapi semua klaim itu, tak punya dasar kuat untuk diterapkan hari ini apalagi menjadi sistem dunia. Dan karena itu, ia hanya jadi buaian semata.

Jika Yusanto dengan klaim sembarangan itu sudah sangat yakin mengatakan bahwa khilafah wajib ditegakkan secara nyata. Menerapkan syariah secara kaffah. Dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Sungguh ironis, karena itu hanyalah utopis semata.

Bukan hanya utopis. Tapi sebenarnya itu semacam rayuan gombal untuk sekadar mengelabuhi banyak orang. Dengan kisah yang menarik, dan imajinasi yang menarik, pastilah orang bakal hati kepadanya. Tapi itu cuma tipu muslihat belaka yang tujuan utamanya untuk politis “jihad khilafah” dunia.

Ismail Yusanto mengatakan. “Setelah sistem khilafah tidak dipakai lagi oleh banyak orang, akibatnya manusia banyak mengalami persoalan. Runtuh khilafah disebut ummul faroim, induk dari segala petaka. Berkembangnya sistem sekuler di tengah umat. Malapetaka berkembangnya politik sekuler dan demokrasi. Malapetaka sistem politik ekonomi kapitalis yang mengatur sistem ekonomi umat dengan dampak buruknya. Berupa kesenjangan dan eksploitasi alam oleh pemilik modal dari dunia barat.”

Ismail Yusanto juga mengatakan bahwa malapateka dakwah, pendidkan, dan budaya. Yang semua itu berujung pada makin jauhnya umat dari derajat khoirul ummah. Karena itu, menurutnya karena hilangnya sistem khilafah seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Maka dengan pandangan elitis yang jauh dari realitas, Ismail Yusanto menyuruh anak didik, umat, dan simpatisannya untuk berjuang menggerakkan kembali sistem khilafah di dunia membawa dunia Islam kembali merasakan kejayaannya. Edan bukan?

Tapi begitulah jalan propaganda Ismail Yusanto dengan HTI. Tak usah susah payah meneliti keadaan yang terjadi secara mendalam untuk dijadikan landasan berpikir dan sikap. Cukuplah membuat kesimpulan yang menyudutkan apa yang dibenci dan kemudian tonjolkan kehebatan apa yang ia propagandakan. Disitulah kita melihat Ismail Yusanto sudah cukup besar karyanya untuk “menipu” dan membodohi umatnya. Apakah pemerintah juga melihat hal yang sama?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru