31.7 C
Jakarta

Islam Wasathiyah, Solusi Perdamaian

Artikel Trending

Milenial IslamIslam Wasathiyah, Solusi Perdamaian
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Islam wasathiyah adalah model moderasi beragama yang punya kecenderungan mengambil jalan tengah dalam mencapai kehidupan masyarakat yang adil, damai, tentram, dan berhidup di tengah toleransi perbedaan guna memperkuat mozaik kebhinekaan kita.

Moderasi beragama ingin menempatkan peran agama (Islam) dan negara dalam postur yang lebih ideal, responsif, dan inklusif. Oleh karena itu, agama tidak lebih adalah mengatur antara hubungan manusia dengan tuhan. Sedangkan, negara mengatur kekuasaan agar bersikap adil (tawassuth) kepada sesama umat manusia tanpa mempertanyakan identitasnya apa?

Sejatinya Islam sendiri merupakan bagian dari substansi puncak keadilan (al-hifd al-‘adlu). Adil dalam perspektif negara untuk meminimalisir masalah sosial, politik, hukum, dan ekonomi, termasuk dengan agama itu sendiri. Sebab, negara dan agama melekat dan saling berperan untuk menegakkan keadilan, sehingga bisa menciptakan perdamaian antar sesama bangsa.

Dan yang tidak kalah menarik, setelah model Islam kekinian ini berkembang pesat. Dari pelbagai kampus ikut ingin merumuskan ke dalam kurikulum, penulis mencermati UIN Jakarta, salah satunya tertatik dengan perspektif Islam wasathiyah agar dapat dipraktikkan di kampus Islam negeri yang cukup terkenal dalam bidang keislaman, dan kemoderenannya.

Dasar Islam Wasathiyah

Adapun M. Quraish Shihab (Editor Kepala), (Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata: 2007), “kata wasatha berarti posisi menengah di antara dua posisi yang berlawanan. Dapat juga dipahami sebagai segala yang baik dan terpuji sesuai objeknya. Misalnya, keberanian adalah pertengahan antara sifat ceroboh dan takut, kedermawanan adalah posisi menengah di antara boros dan kikir. Kata wustha disebut lima kali di dalam Alquran yakni pada Q.S. al-Baqarah (2): 143 dan 238; al-Ma‘idah (5): 89; al-Qalam (68): 28 serta al-‘Adiyat (100) 5. Pada dasarnya penggunaaan istilah wasath dalam ayat-ayat itu merujuk pada pengertian “tengah”,”adil” dan “pilihan”.

Din Syamsudin menegaskan dalam (Wasatiyyat Islam: Konsepsi dan Implementasi: 2018), “wawasan Islam wasathiyah hubungan dengan peradaban dunia yang tengah mengalami krisis akibat sistem dunia yang terjebak pada ekstrimitas. Namun, revitalisasi wawasan Islam wasathiyah ditujukan ke dalam diri umat Islam sendiri, yang oleh segelintir penganut ditampilkan dalam bentuk kekerasan dan self claimed terrorism”.

Pandangan intelektual Islam ini, merupakan ide brilliant tujuannya adalah untuk merawat persatuan Indonesia. Baik dari sisi, kebudayaan, keislaman, dan perdamaian guna kepentingan peradaban bangsa itu sendiri. Selain itu, sebagai bentuk deradikalisasi terhadap kelompok Islam yang terbilang ekstrem, fundamentalis, anarkis, radikal, dan teroristik.

Ahmad Warson Munawwar mengatakan dalam (al-Munawwar Kamus Arab-Indonesia: 1984), mengenai istilah Islam wasathiyah yakni lafazh Islam yang diberi kata sifat wasathiyah. Kata wasathiyah terambil dari kata wasatha yang memunculkan kata al-wasathu, berarti yang tengah-tengah. Islam jalan tengah cerminan dari keadilan.

Tantangan Kebangsaan

Tantangan global dari wawasan Islam wasathiyah dewasa ini kerap bersentuhan dengan ekstremisme, radikalisme, jihad atas nama agama, dan terorisme yang masif di negeri ini. Kendati pun, dapat kita pastikan dengan menyasar ke negara Indonesia tidak lain hanya merusak tatanan sistem pemerintahan yang berdasarkan Pancasila, tentu ini ancaman baru terhadap keutuhan bangsa.

Substansi Islam wasathiyah dinisbatkan dalam negara Pancasila ini, disebabkan peradaban dunia tengah mengalami pergeseran akibat dapat gerakan-gerakan Islam berideologi transnasional yang mengatasnamakan agama karena menuntut ketidakadilan. Berbeda dengan wacana Islam yang mengambil jalan tengah karena tuntutan cerminan keadilan masyarakat dan perdamaian.

BACA JUGA  Masyarakat Harus Jadi CCTV dalam Pencegahan Terorisme

Dalam konteks kemajemukan inilah, umat Islam memiliki kewajiban untuk mengamalkan dan mengikuti isyarat al-qur’an yang ada di poros tengah. Gramatika ummatan wasatan (umat moderat) setidaknya meminimalisir ekstremisme, radikalisme, dan terorisme agama yang belakangan ini menghantui masyarakat plural.

Hal penting ini, kita harus bertindak tegas sebagai golongan yang berwacana mengadopsi Islam wasathiyah agar persoalan radikalisasi Pancasila tidak terus menerus menggelorakan ekstremitasnya terhadap masyarakat yang berbeda keyakinan maupun tidak. Karena itu, kita dituntut mampu berbenah diri demi peradaban dan perdamaian dunia ini.

Di tengah tantangan kebangsaan, upaya menyebarluaskan pemahaman, konsep dan praktik Islam wasathiyah, vernakularisasi, indigenisasi dan kontekstualisasi Islam merupakan langkah strategis untuk mengembangkan dan mengimplementasikan praktik keislaman wasathiyah. Pemahaman dan praksis keislaman wasatiyah menjadi keniscayaan di tengah tantangan krisis di banyak bagian dunia muslim dan peradaban dunia.

Pergumulan pemahaman dan praksis keagamaan yang tidak berpegang teguh pada karakter Islam moderat dan perkembangan dunia karena melihat banyak problema yang tidak berkeseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial-budaya, sains teknologi, ilmu pengetahuan, lingkungan hidup, dan lain sebagainya.

Bersatu untuk Perdamaian Dunai

Simbol persatuan dalam dunia tentu dapat menjadikan Islam sebagai mediating and balancing power untuk memainkan peran mediasi dan pengimbang. Istilah-istilah ini menunjukkan pentingnya keadilan dan keseimbangan serta perdamaian dalam Islam itu sendiri. Tidak terkecuali untuk menghindari ekstremisme, radikalisme, dan terorisme agama.

Meneguhkan Islam dengan penuh persatuan dalam bingkai peradaban dunia dapat menggunakan konsep Islam wasathiyah, tujuannya adalah untuk merefleksikan prinsip tawassut (tengah), tasamuh, tawazun (seimbang), i`tidal (adil), iqtisad (sederhana). Dengan demikian, istilah ummatan wasatan sering juga disebut sebagai a just people atau a just community.  Yaitu masyarakat atau komunitas yang menampilkan wajah Islam damai.

Din Syamsudin menegaskan dalam (Wasatiyyat Islam: Konsepsi dan Implementasi: 2018), ada yang memahami bahwa watak Islam wasathiyah berhubungan dengan posisi tengahan Islam antara dua agama samawi terdahulu, yaitu Yahudi yang menekankan keadilan (din al-‘adalah) dan Kristen yang menekankan kasih (din al-rahmah). Islam sebagai agama tengahan memadukannya menjadi agama keadilan dan kasih sayang sekaligus (din al-‘adalah wa al-rahmah).

Dengan demikian, Islam wasathiyah juga menegaskan jalan tengah dalam arti tidak terjebak ke dalam dua titik ekstrimitas (al-ghuluw wa al-taqsir). Islam wasathiyah juga dipahami sebagai jalan tengah antara dua orientasi beragama yang asketis-spritualistik dan legalistik-formalistik. Hal ini menunjukkan bahwa wasathiyah adalah watak dasar Islam sejak kelahirannya. Islam wasathiyah dengan demikian adalah upaya untuk memadukan kehidupan dunia dan akhirat dan mencapai kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (sa’adat al daraini).

Islam wasathiyah selain dapat kita bersifat solustif, dan akamodatif. Artinya, wajah Islam tampak sempurna dengan kehadirannya. Sehingga, mampu merajut kebersamaan dalam mewujudkan perdamaian dunia, dan menjadi obat yang paling mujarab untuk menangkal ekstremisme, radikalime, dan terorisme agama.

Untuk itu, wajah dunia tanpa agama dan negara, maka perdamain itu akan sirna. Sedangkan, jika agama dan negara berperan penting untuk mendudukkan persoalan, maka Islam akan menjadi solusi untuk menampilkan situasi dan kondisi yang lebih ramah di hadapan umat yang ada di muka bumi ini.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru