Dengarkan artikel ini
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menebar rahmat dan cinta kasih kepada seluruh alam semesta. Melalui Muhammad SAW, Islam adalah misi kemuliaan manusia benar-benar dapat terwujud. Banyak keteladanan Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan dan ketetapannya yang dapat kita ambil sebagai pijakan dalam beragama. Misalnya, pada saat hijrah ke Madinah, Muhammad SAW sangat menjunjung tinggi martabat kemanusiaan tanpa adanya pembeda antara kaum Muhajirin dan Ansor.
Dan bahkan orang-orang yang berbeda agama sekalipun, ia sangat memuliakannya. Bagi Muhammad SAW bahwa yang paling mulia disisi Tuhan adalah orang yang paling bertakwa bukan karena kebendaan dan kakayaan materil.
Misi Islam sebagai agama Rahmatal Lil’alamin dibawakan Muhammad SAW, yang bersumber pada Al-Qur’an, sumber otoritatif kaum muslim. Ia menyebutkan: “… Aku tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai (penyebar) kasih sayang bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya 21:107).
Ke-Rahmatal Lil’alaminnan ini disempurnakan dengan pernyataan Muhammad SAW, bahwa ia diutus Tuhan semata-mata untuk membentuk moralitas kemananusiaan yang luhur. Atas dasar Inilah, Muhammad SAW selalu menolak tegas diskriminasi, pemaksaan, ketidakadilan dan kekerasan.
Islam Menjunjung Tinggi Kemanusiaan
Islam sebagai agama merupakan aspek dan nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung didalamnya. Salah satunya yaitu Islam menjunjung tinggi kesetaraan dan persatuan umat manusia. Semua manusia tercipta dihadapan Tuhan setara, ia lahir dari bagian ruh ilahiyyah yang diturunkan kebumi.
Salah satu ajaran nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan oleh Imam Al-Ghozali dalam Konsep Maqosid Al-Syariah adalah Hifdzu An Nafs; perlindungan Hak Hidup. Bahwa Islam sangat menjunjung tinggi kebebasan dan hak hidup manusia. Islam melindungi nyawa dan jiwa seseorang dari bahaya otoriter, sehingga tidak berhak bagi manusia dengan manusia lain untuk saling melukai, membunuh dan melecehkan siapapapun atas dasar agama, etik, ras-suku dan lain sebagainya.
Gus Dur menyebutkan “memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanNya, merendahkan manusia berarti merendahkan dan menistakan penciptaNya”. Bagi penulis, ini menjadi titik penting, pada hakikatnya kita diciptakan Tuhan untuk menjalankan misi kemanusiaan.
Keadilan dan Kesetaraan adalah Kunci
Manusia diposisikan oleh agama pada kedudukan yang sama. Secara materil tidak ada manusia yang lebih unggul dari manusia satu dengan manusia lain. Namun, secara moril Islam sangat menjunjung tinggi nilai entitas hamba dihadapan Tuhan.
Konsep kesetaraan inilah sebagai kunci tidak ada manusia yang boleh dipertuhankan. Dalam arti menjadi tujuan hidup, tempat bernaung dan disembah segala tindakannya. Pada tataran sosial, Muhammad SAW sangat membela mereka yang ditindas dan direndahkan, teraniaya dan terlemahkan. Ia menolong manusia yang diperlakukan secara zalim oleh penguasa. Sebagai contoh, Muhammad SAW membebaskan Bilal Bin Rab’ah dari perbudakan dan mengangkan ia sebagai manusia merdeka. Ia adalah mu’adzin pada masa Rasul, yang berkulit hitam namun suaranya sangat indah.
Jalan satu-satunya mewujudkan itu adalah kesadaran menegakkan kesetaraan dan keadilan sebagai kunci benar atau salahnya tindakan manusia. Sangat jelas, Islam membawa gagasan besar kesetaraan manusia sehingga tidak ada alasan apapun untuk membenarkan perilaku diskriminatif kepada sesama manusia. Inilah yang menjadi kunci, Rahmatal Lil’alamin adalah memanusiakan manusia dan menempatkannya dengan kedudukan yang sama diranah sosial.
*Mohammad Syis merupakan Koordinator Gusdurian Ciputat, Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
