32.9 C
Jakarta

Islam Moderat di Indonesia

Artikel Trending

Milenial IslamIslam Moderat di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Islam moderat belakangan ini kerap kali digaungkan oleh para elit negara dan ulama-ulama Nahdlatul Ulama, serta para tokoh Muhammadiyah. Semangat dan komitmen Ormas Islam ini, tampak ingin menggeser dan melakukan mobilisasi kepada perubahan Islam dalam mengikuti arus dan tantangan zaman. Baik itu, dalam konteks moderasi agama, sosio-kultur, ekonomi, dan hukum sekalipun.

Pada prinsipnya, moderasi Islam cukup memiliki peran penting untuk membangun peradaban kemanusiaan dan peradaban global. Hal ini dibuktikan dengan gagasan Islam Nusantara yang digelorakan oleh NU. Sedangkan, Muhammadiyah mengobarkan model moderasi Islam dengan prinsip Islam Berkemajuannya sebagai ikon sentral pemahaman masyarakat.

Kontekstualisasi dari ciri khas Islam Indonesia yang tradisional menuju moderatisme tentu berdampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat. Entah itu, dampak positifnya dari sisi sosial, politik, dan ekonomi maupun hukum. Sehingga, dengan kompleksitas inilah moderasi agama Islam atau Islam moderat mampu mempersatukan persepsi keagamaan kita.

Moderatisme tentu tidak lepas dari model pembaruan pemahaman agama dari ciri khas ahlus sunnah wal jama’ah yang menekankan terhadap karakter. Yaitu, prinsip tawassuth (moderat/jalan tengah), tasamuh (toleransi), i’tidal (keadilan), dan tawazun (seimbang). Semua prinsip dasar ini setidaknya mereduksi agenda-agenda paham agama yang ekstrem (tatharruf).

Muslim sejatinya adalah umat Islam yang telah punya kecenderungan untuk menampilkan wajah moderasi keislaman. Yang bisa membuat kita terinspirasi dalam mengamalkan pokok-pokok ajaran agama Islam yang pernah dijalankan semasa Nabi Muhammad SAW hidup di kota Madinah, tinjauan historis ini berafiliasi dengan Islam yang ramah menciptakan situasi perdamaian.

Kita pun dituntut hidup saling menjaga hubungan kekeluargaan dalam bingkai kebhinekaan bangsa, termasuk untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan golongan dan keyakinan (plural). Di mana Islam telah menempatkan praktik itu dalam aspek etika sosial atau ahklak, tujuannya agar masyarakat yang ada negeri ini utuh, tentram, dan damai.

Pengamalan Islam Moderat

Indonesia tanpa ada penegakan Islam moderat, maka negara akan terus-menerus menjadi tembok pembatas antara kaum mayoritas (muslim) dan minoritas (non-muslim). Padahal, setiap agama merupakan pelajaran penting dalam memperkuat akidah yang dapat menjadi pedoman moral dan etika yang baik dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan benergara.

Substansialnya, dengan esensi ajaran keislaman yang moderat berfungsi melahirkan situasi bangsa dan negara yang lebih ramah, kondusif, damai, tentram, aman, dan rukun. Urgensinya, untuk menyejukkan hubungan kita dalam beragama. Karena itu, berislam ataupun beragama harus menjaga hubungan baik dalam bingkai persaudaraan kebangsaan dan kemanusiaan. Sebab Islam sendiri didasarkan pada kebaikan serta kemaslahatan bagi seluruh alam semesta.

Pun hari ini, kita diilhami hidayah dalam memilih perbedaan pendapat ulama (ihktilaful ulama). Terutama Nabi Muhammad SAW sebagai baginda yang harus kita jadikan teladan agung kehidupan dalam menjadikan pribadi muslim dan non-muslim yang baik, memiliki prilaku sopan santun, dan berakhlak mulia.

Dalam kaidah gramatika bahasa Arab Islam terdiri dari kata “salima-yaslamu-salaman”  berarti selamat, damai, ketundukan dan ketaatan. Dalam QS. 4:91. Kata “al-salam” bermakna perdamian. Artinya, Islam sendiri memang mendamaikan dan menyelamatkan, serta membuat orang-orang taat kepada Allah dan yang membuat perdamaian dengan Allah dan makhluknya. Karena itu, Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah kepada agama ini QS. 5:4.

Secara substantif, moderatisme keagamaan seperti ini Islam hadir, membawa misi keummatan, dan kebangsaan ke arah kehidupan yang lebih bebas. Pun membawa kita dalam dunia keselamatan, dan perdamaian disertai dengan pengamalan etika sosial yang terjaga sebagai suatu keniscayaan dan kerahmatan hidup.

BACA JUGA  2024: Momentum Memperkuat Demokrasi

Muhammad Imarah menegaskan dalam buku (Islam Moderat: 2016), bahwa “orientasi Islam adalah agama yang bersumber dari Tuhan dan berorientasi kemanusiaan”. Artinya, pembaruan atau moderasi dimensi keislaman berdampak terhadap menguatnya toleransi agama, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

Islam sebagai agama rahmah tidak hanya membawa misi wahyu ketuhanan. Namun, juga menjadikan prinsip kemanusiaan merupakan hal yang paling penting dalam ajaran Islam, dan berprinsip moderat, serta menebarkan kedamaian untuk semua umat manusia (peace for all human being).

Potensi Konflik

Bangunan kebangsaan kita dihadapkan dengan arus deras persoalan kebangsaan. Yaitu, intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Perpecehan demi perpecahan dan peperangan berpotensi muncul ke permukaan publik lewat media sosial, maraknya ujaran kebencian (hate speech), dan hujan hoaks yang subur terjadi.

Di sisi lain, kelompok Islam radikal memang faktor awal yang membuat wajah Islam senang, ramah. Kemudian seolah-olah menjadi suram dan buram akibat cenderung menafsirkan sumber-sumber keagamaan (al-Qur’an. Dan Hadits) secara tekstul dan skriptual, sehingga misi keagamaan yang mereka bawa tampak keras (ekstrem).

Sebaliknya, Islam radikal bukan menebarkan keramahan, tetapi kemarahan yang rentan memicu konflik sosial, dan konflik agama yang tidak mudah kita kendalikan. Karena isu demikian memiliki dampak pertumbuhan yang negatif bagi pemeluk-pemeluk agama dalam menjaga dan mempereat soliditas kebersamaan dalam berbangsa.

Selain itu, kita lupa dan abai akan komitmen dan tanggung jawab moral. Dan keagamaan sebagai umat yang sadar bahwa tindakannya kurang membawa misi kebaikan dan kemaslahatan bagi umat manusia di seluruh jagat semesta ini. Maka, hal-hal yang memang sering terjadi tentu harus segera kita hindari kedepannya.

Dan dari setiap masalah yang terjadi sebelum-sebelumnya, kita pun perlu meluruskannya seperti yang diverifikasi dalam ungkapan-ungkapan al-Qur’an. Seperti pengingat (al-dzikir), pembeda (al-furqan), penjelas (al-bayan), yang sebenarnya adalah menunjukkan bahwa kehadiran agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW.

Merajut Ukhwah

Faktor perbedaan dari segi apa pun tidak menghalangi kita dalam menebarkan misi keagamaan, justru dengan pluralitas agama menyadarkan kita semua untuk hidup toleran, saling berdampingan, menghargai perbedaan. Semua hal ini, membawa misi kerahmatan terhadap bangsa dan negara seperti negara Indonesia khususnya.

Di tengah menghadapi hambatan penegakan Islam moderat di Indonesia dapat diperkuat dengan konsep persadaraan (ukhwah) dalam Islam. Menurut Yusuf al Qardawi dalam (Kaifa Nata’amal Ma’a al-Qur’an al-Azim: 1999), setidaknya terdiri dengan tiga jenis. Pertama persaudaraan sesama manusia (ukhwah basyariyah). Kedua, persaudaraan sesama muslim (ukhwah Islamiyah). Ketiga, persaudaraan sebangsa (ukhwah wathaniyah).

Dengan tiga persaudaraan ini, Islam moderat memiliki kesempurnaan dalam setiap kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebab itu, hubungan persaudaraan akan membawa misi keummatan dan kebangsaan kita kokoh, serta akan mampu mewujudkan kemaslahatan yang tanpa batas.

Alhasil, Islam moderat adalah Islam yang penuh rahmah membawa misi substansi dalam agama tanpa batas (unlimited) atas tegaknya keadilan. Dan juga kemanusiaan, kerahmatan, persaudaraan, toleransi agama, dan perdamaian dunia guna mewujudkan harmoni kebangsaan kita yang telah disepakati (kalimatun sawa/common platform) oleh NU dan Muhammadiyah.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru