34.3 C
Jakarta

Islam Melayu, Islam Rahmah

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuIslam Melayu, Islam Rahmah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Islam Melayu: Mozaik Kebudayaan Islam di Singapura dan Brunei. Penulis: Dr. H. Syamsul Bakri, M.Ag. Penerbit: PT. Aksara Solopos. Halaman: 104 Halaman. ISBN: 987-623-92514-1-3.

Karya bertajuk “Islam Melayu: Mozaik Kebudayaan Islam di Singapura dan Brunei Darussalam” merupakan karya penting dalam kajian sejarah kebudayaan dan agama bawaan Nabi Muhammad ini di Melayu. Karya ini ditulis oleh Dosen IAIN Surakarta Ahli Sejarah serta menguasai bidang Islamic Studies. Ia adalah Dr. H. Syamsul Bakri, M.Ag.

Agama Islam telah memberikan warna dan bentuk kebudayaan dalam lima kawasan penting di belahan dunia. Kawasan kebudayaan-kebudayaan tersebut yaitu meliputi Arab, Persia, Turki, Melayu, dan Afrika Hitam (H. 36). Mafhum, potretnya tidak hanya didominasi oleh kultur Arab, tanpa melepaskan subtansi dari fundamental agama itu sendiri.

Naquib al-Attas (1972) mengungkapkan datangnya Islam menyebabkan revolusi intelektual dengan corak religiusitas di Melayu dan wilayah Nusantara. Oleh karena itu, datangnya Islam di Melayu telah memberikan kehidupan dan suasana baru orang Melayu. Sebelumnya, orang Melayu hidup dalam belenggu mitologi.

Islam dan Kebudayaan

Islam hadir di tengah-tengah masyarakat Melayu dengan membawa nilai-nilai baru yang menggeser nilai-nilai lama yang berbau mitos dan mistis menuju arah pemikiran yang rasional dan logis. Selain itu, hadirnya Islam di Melayu juga menjadi solusi dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupan.

Sebagaimana Kern & Schirieke (1917) mengungkapkan, bahwa hadirnya Islam membuka lembaran baru mengenai perubahan sosial, ekonomi, pendidikan, dan politik. Secara psikologis, datangnya Islam juga menjadi psikoterapi bagi pemeluknya maupun pemeluk agama lain. Inilah Islam Rahmatan lil ‘Alamin.

Syamsul Bakri dalam bukunya Tarikh Islam telah memaparkan, perkembangan Islam di Melayu berpusat di Malaka, yang menyebar dan berkembang di berbagai wilayah Nusantara. Mulai dari Selat Malaka berkembang ke Pattani, Malaysia, Jawa, Kalimantan, termasuk wilayah Singapura dan Brunei Darussalam.

Kebudayaan Islam Melayu juga meliputi negara Singapura dan Brunei Darussalam. Kedua negara tersebut merupakan bekas dari jajahan tentara Inggris. Muslim Singapura dan Brunei bermadzab Syafi’i. Bahkan di Singapura terdapat persyarikatan Muhammadiyah yang bernama MAS (Muhammadiyah Association of Singapore).

Pemerintah Singapura bersikap netral, termasuk memberi kebebasan rakyaktnya dalam agama yang dianutnya. Namun, pemerintah memberikan perhatian serius dalam soal sosial-politik. Oleh karena itu, di Singapura ada pendidikan wajib militer selama dua tahun bagi warga Singapura sebelum memasuki perguruan tinggi.

BACA JUGA  Felix Siauw dan Propaganda Khilafah di Indonesia

Masyarakat Muslim di Singapura juga memiliki pribadi yang progresif dan maju. Hal tersebut dikarena sikap pemerintah Singapura yang tidak memberikan bantuan dan dukungan secara finansial tentang urusan umat beragama, salah satunya agama Islam. Berbeda dengan Indonesia, yang memiliki perhatian lebih dengannya, meskipun diklaim bukan negara yang berlandaskan syariat.

Potret Keramahan

Sebagaimana yang dijelaskan di atas, selain Singapura, masyarakat Brunei Darussalam juga berhaluan atau bermadzab syafi’i. Selain itu, di Masjid Perdana Menteri juga terdapat pengajaran agama Islam yang ahlusunnah wal jama’ah. Masjid-masjid di Brunei Darussalam setiap malam Jum’at juga terdapat tradisi selawatan, puji-pujian dan bacaan dzikir. (H. 70)

Brunei Darussalam salah satu negara terkaya yang berada di Asia Tenggara, sampai terkesan pemerintah Brunei Darussalam sangat memanjakan rakyatnya. Salah satunya, seluruh imam masjid dan khatib mendapatkan SK pemerintah dan memperoleh gaji resmi dari pemerintah Brunei Darussalam.

Di Brunei juga terdapat Pusat Dakwah (Kementerian Hal Ihwal Agama) yang berfungsi secara kompleks. Di antaranya, bertugas melakukan sensor buku, film dan berbagai hal yang masuk ke Brunei Darussalam. Hal tersebut dijadikan filter negara dari bahayanya liberalisme, sekularisme, pelecehan agama dan hal-hal lain yang mengancam eksistensi negara Brunei.

Dari sini dapat disimpulkan. Pertama, Singapura memposisikan agama di ruang yang privat dengan tidak mencampur adukan antara negara dan agama. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi konflik antara agama dan negara.

Kedua, Brunei Darussalam memiliki aturan bahwa seluruh rakyaknya harus mematuhi aturan Negara yang berlandaskan Syari’at Islam. Sebuah sikap tegas yang dilakukan pemerintah berdasar regulasi pemerintahan di Brunei Darussalam. Yakni memosisikan negara di bawah agama.

Berbeda dengan negara Indonesia yang terkesan bahkan sering terjadi konflik yang membenturkan agama dan negara. Sekilas jika negara Singapura dan Brunei Darussalam digabungkan bagaikan miniatur negara Indonesia. Di mana otoritas Agama dan Negara sama-sama kuatnya.

 

Agus Wahyudi, Dosen Luar Biasa IAIN Surakarta. Berdomisili di PP. Darul Afkar Tegalrejo, Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Bisa dihubungi melalui email: [email protected].

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru