25.4 C
Jakarta

Islam Itu Indah dan Mudah

Artikel Trending

Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Deddy Corbuzier dikenal sebagai artis dan mentalis papan atas. Popularitasnya merambah di jagat Nusantara, apalagi saat terdengar kasak kusuk Deddy masuk Islam.

Begitu menjadi mualaf ada banyak pertanyaan aneh yang disodorkan kepada Deddy. Sebut saja, apakah Deddy dikhitan? Bagaimana dengan Azka, anak Deddy sendiri? Apakah Azka masuk Islam juga? Kenapa Deddy tidak pakai sarung dan kopyah?

Beberapa Pertanyaan tersebut menggambarkan Islam itu ribet, sulit, dan serba formal. Padahal, Islam tidak begitu. Secara sederhana Islam itu mudah dan indah.

Islam disebut mudah karena rutinitas yang dilakukannya tidak bersifat memaksa. Bagi orang yang lagi uzur dan tidak bisa menyentuh air, Islam memberikan solusi bertayammum. Orang yang bepergian jauh diperbolehkan melaksanakan shalat jamak dan qashar, yakni shalat yang dilakukan dengan dikumpulkan dan diringkas. Dan masih banyak yang lainnya.

Sejatinya Islam terkesan serba formal saat kualitas keislaman seseorang diukur sebatas penampilan. Disebut Islam, misal, kalau pakai kopyah putih, berpakaian takwa, dan bersarung. Ditambah lagi yang lebih sakral begitu memakai sorban sambil meneriakkan takbir.

Islam formalitas itu bukanlah Islam yang kaffah. Itu hanyalah Islam pencitraan. Biasanya Islam formalitas banyak menyentuh Islam garis keras. Sebut saja, Islam HTI yang diwarnai dengan cadar dan Islam FPI yang memperlihatkan lilitan sorban dan lambaian jenggot. Sungguh serba formalitas! Sejenak, saya menduga Islam mereka adalah Islam Arab Saudi, bukan Islam Nabi Muhammad Saw.

Sebenarnya seperti apa itu Islam? Pertama, Islam tidak melihat penampilan, tetapi kualitas ketakwaan. Penampilan itu bisa saja menipu. Bukankah banyak penampilannya Islami, tapi sikap dan hatinya tidak Islami. Sikap yang tidak Islami paling tidak terlihat dari cara berpikirnya yang sempit melihat Islam sebatas kedok. Lebih dari itu, sikap yang kurang Islami ditunjukkan dengan menyamakan makna takbir di jalanan dengan takbir saat shalat, bahkan gemar menyesatkan dan mengkafirkan saudara seiman.

BACA JUGA  Benarkah Debat Ketiga Capres Ada Serangan Personal? Ini Jawabannya

Melihat Islam sebatas penampilan berarti mengukur Islam sebatas kehendak manusia, bukan kehendak Tuhan. Kerena, penampilan yang tampak di mata manusia, bukan kualitas ketakwaannya. Padahal, Allah Swt. memperhatikan kualitas ketakwaan seseorang seperti yang tersebut dalam Qs. al-Hujurat/49: 13, yang artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Kedua, Islam itu indah. Keindahan Islam terpancar dari toleransi yang dibangun. Toleransi beragama bukan dipahami gonta-ganti agama. Akan tetapi, toleransi ini disadari sebagai payung yang meneduhkan perbedaan keyakinan, menjaga persatuan, dan menghindari kekerasan. Toleransi akan memancarkan kilau warna yang indah karena terpancar sikap masing-masing orang berbuat bukan atas nama agama, tapi atas nama manusia. Semua manusia, baik muslim maupun non-muslim, saling bersaudara, bersahabat, dan bahu-membahu. Bila persahabatan itu tak ubahnya satu tubuh, setidaknya tidak tega menyakitkan saudaranya sendiri dengan sikap yang kurang Islami, seperti mengkafirkan, menghujat, dan seterusnya.

Atas dasar keindahan dan kehangatan beragama, pesan Islam mampu memberikan kesan yang baik di hati Deddy Corbuzier. Secerdas Deddy pindah agama tentu melalui pertimbangan dan analisa yang matang. Bukan pindah agama karena Sabrina, sosok perempuan yang hendak dinikahi, bahkan bukan karena cari sensasi di jagat raya. Islam bukan permainan. Hanya muslim yang bijak yang senang mengislamkan orang lain dan hanya muslim yang picik yang gemar mengkafirkan saudaranya sendiri.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru