30.8 C
Jakarta

ISIS: dari Radikalisme ke Terorisme Agama

Artikel Trending

KhazanahISIS: dari Radikalisme ke Terorisme Agama
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ibarat monster yang menakut-nakuti masyarakat, ia hidup di suatu negara Islam terletak di wilayah Timur Tengah, dan merupakan kelompok yang mendambakan penerapan khilafah Islamiyah dengan kekerasan atas nama agama. Islam salah satu agama yang menjadi alasan mereka untuk berjihad dengan cara-cara kekerasan.

Ketika itu, kekhilafahan ISIS dipegang oleh Abu Bakar al-Baghdadi dan berdeklarasi. Konsep khilafah yang diperjuangkan ISIS berbeda dengan sistem pemerintahan pada era Nabi dan para sahabat (khulafaur rasyidin). Kelompok Islam yang menganut kekerasan ini bukan sebuah cerminan agama.

Tidak ada satu agama pun di dunia ini yang membenarkan terorisme. Islam saja menganjurkan jihad, tetapi jihad yang toleran supaya bisa menebar perdamaian. Perdamaian punya orientasi kecintaan kepada negara dan agama. Agar tidak menimbulkan konflik sosial dan korban kekerasan.

Lantas kenapa jihad ISIS bertindak di luar doktrin kebenaran agama? Jawabannya, karena ISIS tidak punya pengetahuan tentang tujuan agama yang sebenarnya. Sehingga setiap jihad agama yang mereka lakukan adalah kekerasan yang bisa dipandang suatu tindakan terorisme agama.

Ideologi transnasional yang melekat dengan ISIS, dan mereka terus-menerus menyebarkan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme di setiap media sosial. Dunia maya dijadikan sarana untuk merubah pola masyarakat. Sementara pemahaman mereka itu lebih sering bertindak kekerasan di mana-mana. Kekerasan menjadi jalan pintas kelompok yang intoleran dengan ISIS.

ISIS Bukan Islam

Mimpi ISIS yaitu menerapkan khilafah Islamiyah. Konsep negara Islam melekat kepada konflik agama tatkala diterapkan di Indonesia, negara Pancasila yang menyatukan semua agama sangat mustahil adanya pergantian legalitas dan ideologi kenegaraan yang final itu.

Peran kelompok mereka tergolong kelompok jihadis, ekstremis, radikalis dan teroris. Selama ini, lebih banyak memproduksi teroris. Tidak hanya di Suriah mereka melakukan aksi teror dan bom bunuh diri. Sejauh ini, aksi terorisme yang terjaring dengan ISIS sudah banyak terjadi di Indonesia.

Terorisme yang berkedok agama bukan bagian dari agama. Apalagi Islam. Meski faktanya demikian, Ali Masykur Musa menjawab bahwa agama tidak ada hubungannya dengan terorisme (Membumikan Islam Nusantara; 2014). “Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berbuat kekerasan, anarkisme, radikalisme, dan terorisme, bahkan Islam mengutuk semua tindakan hal-hal yang negatif tersebut”.

Propaganda ISIS sangat pandai merekrut orang-orang yang krisis pengetahuan agama. Pengetahuan agama yang minim bisa terpengaruh oleh doktrin kekerasan atas nama agama. Faktor ini bisa melahirkan teroris baru yang berangkat dari jihad ekstremisme dan radikalisme agama tertentu.

BACA JUGA  Puasa: Momentum Menahan Diri dari Nafsu Ekstremisme-Terorisme

Motif kekerasan atas dasar paham keagamaan tidak mencerminkan cara orang beragama dengan benar. Jihad takfiri sudah mendarah daging dalam otak pengikut Islam puritan, sehingga agama yang selalu identik dengan jihad dan kekerasan itu bukanlah agama. Melainkan ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.

Fenomena meningkatnya ancaman terorisme yang lahir dari ISIS di Indonesia juga disebabkan oleh suksesnya propaganda para pembuat ideologi gerakan dan pelaku di lapangan. Propaganda ini dilakukan melalui radikalisasi pemikiran yang bisa memakan banyak korban dari kalangan masyarakat.

Memilih Islam Rahmah

Di Indonesia, Islam rahmatan lil ‘alamin yang berorientasi kepada kebenaran agama itu sendiri. Islam rahmah adalah misi yang mulya karena membawah rahmat dalam kehidupan alam semesta, dan keselamatan bagi umat manusia yang ada di muka bumi ini sesuai perintah Tuhan.

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin yang menjauhkan sikap kekerasan dalam berjihad untuk agama. Kesopanan dan kesantunan lebih didahulukan dibanding berjihad menggunakan kekerasan, masuknya Islam di Indonesia tidak berdasarkan jihad atau kekerasan. Akan tetapi, melalui kebudayaan.

Yang perlu diselamatkan saat ini adalah hablum minallah, hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Keselamatan manusia tidak ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan. Makanya Islam yang menyelamatkan adalah memberikan keselamatan bagi semuanya.

Misi perwujudan Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yang dalam konteks dunia Islam pada umumnya dan Indonesia pada khususnya sedang mengahadapi persoalan yang berkebalikan dengan gagasan Islam rahmatan lil ‘alamin seperti kekerasan, ekstremisme, radikalisme, dan terorisme.

Penyalahgunaan jihad agama Islam ini harus mempunya kesadaran tinggi dan bisa dibenahi dengan memahami surat al-Anbiya: [107] tentang pentingnya Islam rahmah yang mengedepankan kehidupan toleransi agama, dan perdamaian.

وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

Artinya, “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” [QS. al-Anbiya: 107].

Islam itu menyejukkan dan mengayomi umatnya seperti Nabi Muhammad pada suatu ketika itu memperjuangkan Islam dengan cara yang berakhlak, sopan dan santun. Bukan dengan kekerasan yang itu bisa disebut sebagai tindakan ekstrem, radikal, dan teroris. Islam rahmah itu yang berkeadaban dan mencintai perdamaian.

Oleh: M. Aldi Fayed S. Arief

Penulis, adalah Pemerhati Keislaman, dan Alumni Pondok Pesantren at-Taqwa Pusat Putra, Bekasi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru