Harakatuna.com. Taheran – Perang dan serangan teror kembali bekecamuk di Iran. Serangan teror yang dilakukan atas terkelompok Daesh Takfiri mematikan puluhan orang di sebuah kuil Sikh. menurut laporan pemerintah Iran, Teror ini datang dari kelompok radikal. Atas kembalinya teror ini Iran bersama Afganistan bersiap hHabisi seluruh bentuk radikalisme-terorisme yang kembali melanda.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi yang mengutuk serangan tersebut. Pihaknya menegaskan bahwa Republik Islam terutama Iran bersama Afganistan akan mendukung pemerintah perangn melawan terorisme dan ekstremisme ini.
“Teroris tidak akan mencapai tujuan mereka untuk memicu ketidakamanan, ketidakstabilan dan perselisihan agama melalui [melakukan] tindakan jahat dan membebankan biaya besar pada rakyat Afghanistan yang tertindas,” kata Mousavi pada Rabu (25/3)
Iran Bersama Afganistan Mulai Lacak Pelaku Teror
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tariq Arian mengatakan dalam sebuah pesan kepada wartawan. Pasukan keamanan telah membunuh kelimpok bersenjata, yang menyerang kompleks keagamaan Sikh di ibukota, Kabul,yang menewaskan sedikitnya 25 orang.
Saksi mata, Raju Singh Sonny mengatakan kepada AFP, seorang pria berpakaian seragam polisi menyerbu kuil di Kabul pusat. Mereka menembak seorang penjaga dan mulai menyerang jamaah di aula utama.
“Beberapa penyerang lain juga memasuki gedung itu dan mereka pergi dari kamar ke kamar untuk menembak orang,” kata Sonny.
Dilansir dari Press TV, Mereka yang tewas termasuk seorang anak yang mayatnya dibawa ke rumah sakit Kabul, layanan darurat dan rumah sakit mengatakan. Sikh, yang jumlahnya kurang dari 300 keluarga, terkadang menjadi sasaran kelompok-kelompok militan di Afghanistan.
Pada tahun 2018, pemboman yang menargetkan komunitas Sikh dan diklaim oleh Daesh menewaskan lebih dari selusin orang di kota Jalalabad di timur.
Serangan itu terjadi sehari setelah AS mengatakan akan memotong bantuannya kepada pemerintah Afghanistan sebesar USD1 miliar, menyuarakan kekecewaan bahwa para pemimpin saingan di negara itu gagal membangun pemerintahan yang inklusif dan membentuk tim untuk bernegosiasi dengan Taliban.
AS mencapai kesepakatan dengan Taliban pada Februari untuk mulai menarik pasukan. Tetapi para militan tidak berhenti mengenai sasaran pemerintah