29.3 C
Jakarta

INDONESIA: Manipulator Agama dan Tagar TurunkanSebelum2024

Artikel Trending

EditorialINDONESIA: Manipulator Agama dan Tagar TurunkanSebelum2024
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Geger geden. Setelah melihat gejolak ustaz yang terkumpul di beberapa channel di Youtube rasanya memiriskan. Ustaz ini berkumpul dalam satu ideologi yang sama, yang sengaja melakukan penipuan sejarah atau manipulator agama.

Mengapa bilang demikian, karena apa yang keluar dari pembahasannya sering tidak valid dengan ajaran Islam sebenarnya. Contohnya, mereka mengatakan bahwa menjadi nasionalis atau cinta tanah air tidak diperbolehkan di dalam Islam. Padahal kenyataannya, Islam sejak mula mencontohkan bahwa keutuhan negara harus didukung penuh.

Yang lebih memiriskan, semuanya yang tertata rapi di dalam ijtihad pemikiran Islam atau negara, menurut ustaz ini adalah bidah. Bahkan akhir ini, mereka mengklaim bahwa bila Indonesia dan negara konflik seperti Palestina, Suriah, Afghanistan mau damai, mereka harus melucuti sistemnya dan berganti dengan sistem khilafah.

Ustaz ini sering mengobral khilafah. Bahkan di bagian tertentu mereka memasukkan dengan sembunyi ajaran khilafah tersebut. Pondok dan perguruan/pendidikan mereka dirikan dan kini tersebar luas di Indonesia nyaris semuanya menyisipkan ajaran khilafah.

Mutakhir ini, ditengarai tidak hanya ustaz, tetapi juga ada dosen yang sengaja mengasongkan khilafah di meja kerjanya. Mereka mencari tempat strategis dan mencari titik celah untuk menyebarkan khilafah atau apa yang selama ini menjadi jualan HTI. Ya, ustaz ini memang dari HTI atau simpatisan HTI.

Sebenarnya HTI tidak benar mati. Malah dari beberapa kajian mutakhir, HTI ekspansinya malah menguat. Terutama, banyak eks pengurus HTI dan simpatisan HTI di beberapa perguruan tinggi yang memiliki jabatan strategis. Seperti Dekan, Rektor, dan lain-lain sampai menjadi underground dalam menyebarkan paham khilafah dan itu sulit dideteksi.

Banyaknya kader HTI yang menduduki jabatan strategis disebabkan oleh dua faktor. Pertama, pra-rekrutmen. Solidaritas antarkader HTI sangat kuat, satu kader akan saling membantu dan saling mengulurkan tangan dengan kader lainnya. Mereka bergerak sebagai underground saling berbagi jabatan dan kongkalingkong yang hanya diketahui oleh sesama kader HTI. Dan kader itu adalah orang yang sudah memegang jabatan penting tertentu dan seterusnya.

BACA JUGA  Menyikapi Zionis sebagai Terorisme Global

Kedua, pasca-rekrutmen. Nah di sinilah berkaitan dengan dogma dan indoktrinasi. Orang-orang hebat yang memiliki jabatan hebat strategis menjadi incaran kader HTI untuk bermitra secara politik. Kemudian, dengan menjadi mitranya, mereka menjadi terperangkap jebatan betmen kader HTI sendiri dan siap menjual paham khilafahnya kepada teman dan mahasiswanya.

Hanya perguruan tinggi dan jabatan strategis itulah dapat memanfaatkan untuk melakukan pembentukan watak dan karakter serta wawasan pengetahuan tentang paham ideologi HTI. Dan perguran tinggi di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang melakukan jualan lewat dakwah harian di kampus.

Siapa yang masih ingat provokasi dakwah HTI? Sebagian besar kita tentunya masih basah dalam ingatan bahwa HTI sering memprovokasi massa untuk menegakkan khilafah di bumi Nusantara. Sampai hari ini pun, para ideolog HTI macam Ismail Yusanto, Felix Siauw dkk, masih mengobral dakwah abal-abalnya untuk memancing umat masuk dalam perangkap HTI-nya.

Dikicauan tagar TurunkanSebelum2024 ustaz dan dosen HTI juga bermain dan nyaring bunyinya. Apa manfaat dan maunya mereka? Sejak mula kita melihatnya, bahwa jika ada kekacauan yang bakal menimpa Indonesia maka mereka memanfaatkan dengan segera momentum tersebut untuk tujuan politisnya. Maka apabila kekacauan itu tambah cepat dan mendekat, dalam otak mereka tujuan dan harapan juga akan mendekatinya. Salah satunya mereka memberi jalan alternatif yakni solusinya hanya khilafah.

Sampai di sini pembiaran kegiatan ustaz dan dosen manipulator agama tersebut, baik dalam mengisi ceramah dan forum diskusi dikhawatirkan akan melahirkan manipulator dan trend baru di kalangan generasi muda khusunya generasi milenial yang tidak paham sejarah dan susur galur ajaran agama dan negaranya dalam versi kekinian yang ternyata itu paham khilafah.

Dengan begitu, masih aktifnya ustaz dan dosen serta simpatisan HTI yang menyebarkan paham khilafah dan ajaran radikal sangat bertentangan dengan kode etik kewajibannya sebagai muslim juga sebagai ASN yang mendapat gaji dan tunjangan dari pemerintah yang seharusnya itu dilakukan dalam rangka menjunjung tinggi nilai nilai Pancasila dan UUD 1945 serta setia kepada keutuhan NKRI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru