26.1 C
Jakarta

Indonesia dan Artificial Intelligent di Masa Nabi Musa

Artikel Trending

CNRCTIndonesia dan Artificial Intelligent di Masa Nabi Musa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kehidupan manusia sudah sangat modern dan maju. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia telah dipenuhi dengan beragam inovasi dan tekhnologi mutakhir sehingga memudahkan manusia untuk menjalankan aktifitasnya. Salah satu perkembangan tekhnologi yang sangat mutakhir dalam kehidupan manusia adalah penemuan tekhnologi yang dikenal dengan Artificial Intelligent (AI); Mobil Tesla (Tech Crunch) rakitan Amerika dengan dilengkapi Chip Artificial Intelligent sehingga mampu melakukan self driving, tanpa adanya manusia,  atau Artificial Intelligent pada SIRI, asisten pribadi virtual yang ditawarkan oleh Aple dan Ipad yang menemani pengguna dengan suara perempuan yang ramah, adalah sedikit contoh bagaimana Artificial Intelligent telah memenuhi ruang kehidupan manusia di segala bidang.

Sederet nama ilmuwan moderen seperti Jaime G. Carbonell, Ryszard S. Michalski, dan Tom M. Mitchell (1983) adalah sedikit nama yang merespon dengan apik bagaimana perkembangan mesin. Dalam artikel berjudul “An Overview of Machine Learning,” Carbonell, dkk., menggambarkan proses pembelajaran umat manusia lahir dari upaya untuk memperoleh pengetahuan deklaratif baru, pengembangan keterampilan motorik dan kognitif melalui instruksi atau praktik, mengorganisir pengetahuan baru menjadi representasi umum, efektif, dengan penemuan fakta dan teori baru melalui pengamatan dan eksperimen.

Carbonell, dkk., mengatakan bahwa sejak awal era komputer diciptakan, para peneliti telah berusaha untuk menanamkan kemampuan manusia untuk terus mempelajari ilmu pengetahuan ke dalam komputer. Dengan komputer yang disetting mengandung beragam skill dan pengetahuan, komputer mampu memecahkan berbagai masalah manusia. Inilah yang disebut  Kecerdasan Buatan atau artificial intelligence (Carbonell, dkk., Machine Learning. Symbolic Computation. Springer, Berlin, Heidelberg, 1983:3-23).

Sesudah mempelajari mengenai Artificial Inteligent saya berusaha untuk melakukan riset kecil-kecilan mengenai Artificial Intelligent di dalam kitab suci al-Quran. Adakah petunjuk dari Sang Khalik mengenai Artificial Intelligent? Sesudah beberapa lama saya terkesiap ketika menemukan barisan ayat di dalam Kitab Suci al-Quran al-Karim mengenai Kecerdasan Buatan (AI). Allah berfirman: “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri,” (Qs. Thaha: 85). Berikutnya digambarkan bagaimana proses pembuatan Kecerdasan Buatan (AI) oleh Samiri.

“Mereka berkata: Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya. Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa,”,(Qs. Thaha: 87-88).

Patung Anak Lembu yang mampu bersuara adalah teknologi klasik di era Samiri, seorang laki-laki berdarah Yahudi dari kabilah bernama Samirah, umat Nabi Musa as. Dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah, Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor Fakultas al-Qur’an Universitas Islam Madinah, menceritakan bagaimana Samiri memerintahkan agar kaum Nabi Musa melempar perhiasan itu ke dalam api, dan emas itu dijadikan patung berbentuk anak sapi.

Dalam Tafsir as-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di mengutip pandangan Muhammad bin Ishaq, yang meriwayatkan pendapat Ibnu Abbas tentang Samiri. Samiri adalah seorang penduduk Bajarma, dengan adat kebiasaan menyembah sapi.  Ia masuk Islam bersama bani Israil lainnya. Nama Samiri adalah Musa bin Zhufr.  Dengan demikian, al-Quran menggambarkan sosok Musa bin Zhufr as-Samiri ini sebagai intelektual Yahudi pertama kali yang menciptakan robot dengan kecerdasan buatan (AI).

AI sebagai hasil semangat belajar manusia dalam membuat hidup lebih efisien dan efektif melalui mesin diapresiasi oleh semua bangsa dan negara. AI juga memudahkan pelaksanaan ritual keagamaan, termasuk Islam. Komunitas muslim di seluruh dunia telah menggunakan misalnya teknologi digital yang mampu mengingatkan kapan mata hari terbit dan terbenam, terkait pelaksanaan ibadah wajib lima waktu. Ada juga kompas digital untuk menunjukkan arah kiblat yang tepat, aplikasi otomatis tentang waktu buka dan sahur bulan Ramadan sesuai lokasi pengguna masing-masing.

Hasil survei lembaga Pew Research Center tahun 2017 menunjukkan bahwa negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim telah menggunakan smartphone. Misalnya, warga Palestina yang memiliki smartphone sebesar 57%, sementara Jerman 60%. Agama-agama lain juga begitu. Misalnya, di Jepang, kegiatan keagamaan Buddha yang dipimpin oleh robot dengan kostum layaknya agamawan mampu menggantikan manusia. Robot bernama Peppa itu hanya butuh 462 dollar untuk seremno pemakaman, jauh lebih murah 2,232 dollar dari pada harus dipimpin oleh tokoh agamawan sendiri (Shafi Musaddique, How artificial intelligence is shaping religion in the 21st century, CNBC, 11/5/2018).

AI juga sangat berguna bagi negara. The Brookings Institution’s Artificial Intelligence and Emerging Technology (AIET) Initiative menyebutkan bahwa negara-negara di seluruh dunia melihat peluang besar AI di masa depan, baik terkait sektor perawatan dan kesehatan, teknologi, pertanian, maupun manufaktur.  Potensi teknologi AI ini sangat diperjuangkan, terus dikembangkanmaju, dan setiap negara berkompetisi di industri AI.

Hanya saja, institusi AIET juga mengingatkan tentang risiko-risiko AI. Samar Fatima, Kevin C. Desouza, and Gregory S. Dawson mengatakan bahwa  AIET telah mengembangkan kerangka peraturan untuk sistem AI. Sebab, ketika AI gagal, dampak algoritma pada ketimpangan sosial sangat besar. Salah satu aturan itu adalah pentingnya meningkatkan transparansi terkait sistem AI, karena sistem AI dibangun memang untuk berkontribusi pada sistem nilai publik (Brookings.edu, 17/6/2020).

AI memang dapat menjaga keamanan nasional. Namun, penyalahgunaan AI yang terburuk membuahkan perpecahan dan perang antar negara, terlebih di dunia Islam. Alex Ciarniello mengatakan, beberapa negara seperti China dan Rusia telah jauh hari mempertimbangkan urgensi perlombaan senjata global jenis baru. AI dianggap oleh negara-negara superpower itu berpotensi mendukung sejumlah inisiatif keamanan nasional dan internasional, mulai dari keamanan siber hingga logistik dan penanggulangan terorisme.

Aplikasi AI dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara, mengandalkan data dari berbagai input. Input data ini mencakup keamanan siber teknis, fotografi udara, atau data dari sensor fisik di lapangan. Dari database yang tersedia ini, para ilmuwan data akan mengembangkan suatu model pembelajaran mesin, yang secara otomatis mendeteksi serangan siber, memantau aktivitas musuh di lapangan, kendaraan otonom, dan menginformasikan sejumlah strategi keamanan nasional yang penting (Securitymagazine.com, 21/10/2020).

Alhasil, kisah as-Samiri dalam al-Quran memberikan pesan tersurat bagi kita agar bangsa Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim di dunia mampu menjadi negara termaju dalam teknologi Artificial Intelligent, apabila Indonesia mampu menjadi negara terdepan dalam penguasaan Artificial Intelligent maka Indonesia akan menjadi negara yang memimpin dan menguasai dunia begitu sebaliknya apabila Indonesia menjadi negara paling terbelakang dalam penguasaan teknologi Artificial Intelligent maka dia akan tersisih, terpinggirkan dan tertinggal dari persaingan global negara-negara di dunia. Disamping, Kisah as-Samiri juga mengajarkan kepada kita masyarakat Indonesia agar jangan sampai bangsa terpecah belah karena penyalahgunaan Artificial Intelligent oleh bangsa-bangsa lain. Idealnya, AI digunakan untuk menopang kepentingan untuk membangun peradaban manusia yang adiluhung, bukan untuk menghancurkan kemanusiaan seperti yang dikatakan oleh Stephen Hawking akibat adanya Artificial Intelligent Robot, membahayakan keselamatan manusia dengan terciptanya Artificial Intelligent Bomb atau Nuclear Weapon, memecah belah bangsa atau menghancurkan keamanan negara. Wallahu a’lam bis shawab.

Mujahidin Nur, Mahasiswa Sekolah Paska Sarjana Kajian Strategis dan Global, (SKSG), UI, Direktur The Islah Centre, Jakarta

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru