29.1 C
Jakarta

Hoax yang Menimpa Siti Aisyah

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahHoax yang Menimpa Siti Aisyah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Aisyah binti Abu Bakar Ashshiddiq, adalah isteri ketiga Rasulullah sepeninggal Siti Khadijah dan sesudah Saudah binti Zum’ah. Ia termasuk isteri yang sangat dicintai Rasulullah dan diberitakan masuk surga. Rasulullah bersabda: “Aisyah adalah isteriku di surga”

Aisyah tergolong wanita cerdas dan fasih dalam berbicara serta senantiasa mendampingi hidup dan perjuangan Rasulullah hingga saat Rasulullah wafatpun ada di pangkuan Aisyah serta dimakamkan di kamarnya.  Allah memilihkan Aisyah untuk menjadi isteri Rasulullah karena dengan kecerdasan dan daya ingatnya, dia kelak menjadi sumber hadist-hadist Rasulullah saw.

Pada suatu waktu Rasulullah menyiapkan pasukan Muslim untuk melawan serangan kaum musyrikin yang dipimpin Al Harits ibn Dhihar. Pada saat itu isteri Rasulullah yang terpilih untuk ikut berperang adalah Aisyah. Dalam peperangan itu umat Islam mendapatkan kemenangan. Setelah meraih kemenangan dalam perjalanan pulang kembali ke Madinah, karena hari sudah malam, pasukan Islam berhenti dulu untuk beristirahat dengan mendirikan tenda-tenda dan ingin memasuki kota Madinah dibawah benderangnya sinar matahari.

Tidak lama berselang, Aisyah keluar dari tandu dengan maksud ingin buang hajat tidak jauh dari tempat peristirahatan itu. Dalam perjalanan kembali ke tandu, ia merasakan kalung milik Asma saudaranya yang dipakai Aisyah terlepas dan tercecer. Tentu saja dalam kegelapan malam dia memerlukan waktu untuk mengumpulkan bagian-bagian kalung yang tercecer. Karena sibuk mencari kalung yang hilang, ia tidak sadar bahwa rombongan kaum Muslim telah kembali berangkat melanjutkan perjalanan ke Madinah, celakanya tandu milik Aisyah yang disangka berisi Aisyah didalamnya telah diangkat keatas keledai dan dibawa pergi pula.

Dengan perasaan takut dan gelap, Aisyah berusaha menyusul rombongan namun mereka telah terlalu jauh, sedangkan dia sendiri tidak faham jalan yang akan dilaluinya. Aisyah kembali ke tempat peristirahatan rombongan dengan harapan kelak masih ada rombongan kaum Muslim yang pulang belakangan hingga akhirnya ia tertidur. Pagi harinya Aisyah dikejutkan orang yang menyapanya: “Ya Allah ini Aisyah isteri Rasulullah”. Orang itu ternyata Shafwan ibn Al Mu’thathal. Dia sahabat Rasulullah yang terlibat dalam Perang Khandaq dan Murai’si serta peristiwa-peristiwa lainnya bersama Rasulullah. Shafwan tertinggal rombongan Rasulullah karena suatu keperluan.

Aisyah akhirnya dinaikkan ke atas keledai milik Shafwan dan dia sendiri berjalan menuntunnya menuju Madinah. Setibanya di Madinah matahari sudah tinggi dan para sahabat Rasulullah masih berkumpul sebagian membicarakan hilangnya Aisyah. Alangkah kagetnya para sahabat begitu melihat Aisyah mengendarai keledai yang dituntun oleh Shafwan dan hal itu tidak lumrah di kalangan Muslim Madinah. Orang-orang munafik yang membenci Rasulullah dengan didalangi Ubay ibn Salul dan Musath ibn Atsatsah mulai menghembuskan berita tidak sedap terhadap isteri Rasulullah itu. Tanpa sepengetahuan Aisyah, lama kelamaan desas desus itu makin beredar di kalangan masyarakat dan sampailah ke telinga Rasulullah. Beliau merasa bingung dan tersudut. Bagaimana cara menghadapi Aisyah…? Apa yang harus ia katakan kepada Aisyah tanpa melukai hatinya. Rasulullah sangat percaya pada Aisyah tidak seperti apa yang dituduhkan orang-orang kepadanya: “Mengapa orang-orang menyakitiku dengan menuduh keluargaku yang tidak-tidak…??!! Demi Allah yang kutahu tentang keluargaku yang baik-baik saja”. Begitu juga para sahabat yang percaya akan pribadi Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah mereka itu keluargamu, kami mengenal mereka sebagai pribadi yang baik”.

BACA JUGA  3 Alasan Nabi Isa Mendapat Julukan Al-Masih

Akhirnya desas desus itu sampai juga ke telinga Aisyah dan dia sangat terpukul, dia mengungsi ke rumah orang tuanya Abu Bakar Asshiddiq. Ibu Aisyah Ummu Ruman berusaha menghiburnya bahkan salah seorang kerabatnya tiada lain adalah ibu dari Masthah si penyebar kabar bohong itu sangat marah melihat kelakuan anaknya: “Celakalah engkau Masthah…!!”. Aisyah tiap malam mengadu dan berdo’a kepada Allah dan merasakan pahitnya fitnah ini seperti apa yang dikisahkan Nabi Yusuf yang dituduh menggoda isteri pembesar.

Allah SWT tidak menginginkan berita buruk ini terus berlarut-larut, kemudian turunlah suart an-Nur ayat 11:

 

إِنَّ الَّذِينَ جَآءُوا بِاْلإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لاَتَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّااكْتَسَبَ مِنَ اْلإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ

 

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar

Betapa bahagianya Aisyah dan kedua orang tuanya. Allah telah memulihkan nama baiknya dari atas langit yang tujuh. Sesungguhnya Aisyah tidak menaruh harapan besar akan turunnya ayat Allah SWT. Yang ia harapkan Rasulullah bermimpi melihat bukti kebersihan isterinya, akan tetapi Allah SWT menyayangi Aisyah yang telah mengagungkanNya dan mendekatkan diri kepadaNya, sehingga diturunkan ayat Al Qur’an yang menegaskan kebebasannya, kemudian terjaaga sepanjang zaman.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru