30.1 C
Jakarta
Array

Hoax Sebagai Alat Provokasi Massa (Bagian I)

Artikel Trending

Hoax Sebagai Alat Provokasi Massa (Bagian I)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Salah satu kebiasaan Rasulullah saw saat akan bepergian, beliau selalu mengundi siapa di antara isteri-isteri yang berhak mendampingi dalam perjalanan menuju peperangan Bani Musthaliq. Akhirnya yang terpilih untuk mendampingi Nabi saw adalah Aisyah ra. Selama perjalanan ia berada di dalam tenda yang berada di atas unta (haudaj). Peperangan pun usai dan pulang membawa kemenangan. Kafilah sempat istirahat di wilayah dekat Madinah. Saat itu Aisyah baru menyadari bahwa kalungnya hilang. Dia pun berinisiatif mencarinya yang kemungkinan besar jatuh di tengah jalan. Tidak ada satu pun yang mengetahui Aisyah keluar dari haudaj. Pada akhirnya Aisyah menemukan kalungnya. Namun rombongan sudah beranjak pulang. Aisyah tertinggal rombongan. Dia memutuskan untuk singgah di tempat yang pernah dilalui. Dengan harapan ada orang yang mendatangi ketika sadar isteri Nabi saw tersebut tertinggal rombongan. Aisyah tertidur.

Di pagi harinya kebetulan seorang sahabat Nabi bernama Safwan bin Muʻaththal al-Sulami datang ke tempat singgah Aisyah. Ia pun tahu bahwa perempuan itu adalah isteri Nabi saw. Tidak panjang lebar, ia bawa Aisyah untuk mengejar rombongan. Setiba rombongan di Madinah, sudah tersebar isu negatif yang gembar-gemborkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Sebuah hoax sudah menyeruak ke telinga semua rombongan dan penduduk Madinah bahkan Nabi saw sendiri telah mendengarnya. Aisyah yang kala itu masih muda kira-kira berumur 14 tahun dituduh berselingkuh dengan Safwan. Akan tetapi Aisyah belum tahu dan menyadari bahwa nama baiknya sudah tercemar akibat gosip tersebut. Saat itu Aisyah sakit karena kecapekan. Aisyah pun mulai curiga dengan sikap dingin Nabi saw tidak seperti biasanya. Hanya sebatas salam menanyakan kabar saja. Hal itu membuat Aisyah tambah sedih.

Suatu ketika Aisyah buang hajat ditemani oleh ibu dari Mistah (seorang sahabat yang syahid dalam perang badar). Ketika itu ibu mistah terpeleset seraya mengumpat dengan mengata-ngatai anaknya yang syahid. Aisyah kaget dengan umpatan itu. Akhirnya ibu Mistah menceritakan gosip yang telah berkembang di Madinah kepada Aisyah. Mendengar hal itu sakit Aisyah semakin bertambah parah. Rasulullah saw mendatangi Aisyah untuk kedua kalinya dan sikap dingin beliau belum berubah. Akhirnya Aisyah meminta izin untuk sementara waktu pulang ke rumah orang tuanya. Nabi saw pun memberi izin. Aisyah pulang untuk meminta arahan ibu bapaknya terhadap isu yang diceritakan Mistah. Sang ibu pun menghibur anaknya agar tegar dan memberitahu kepadanya bahwa Rasulullah saw sudah mendengar hal itu. Semalam suntuk Aisyah tidak tidur menangis sedih hingga pagi. Rasulullah saw memanggil Ali bin Thalib dan Usamah bin Zaid untuk dimintai tanggapan akan hal yang berkembang. Usamah menanggapi bahwa hal itu tidak benar, karena isteri Nabi adalah orang-orang terbaik.

Lain halnya dengan Ali bin Thalib yang sedikit terbawa isu. Menurutnya Nabi saw pun bisa menikahi perempuan lain jika hal itu benar. Lalu Nabi saw minta kesaksian Barirah atas Aisyah. Menurut Barirah, Aisyah tidak mempunyai aib kecuali teledor tertidur di saat diminta menjaga gandum adonannya. Kambing pun akhirnya menyantap adonan tersebut. Nabi saw pun berdiri berbicara di depan banyak orang untuk mencari kebenaran isu tersebut. Namun yang terjadi malah percekcokan antara sahabat dari Aus dan Khazraj. Hingga mereka hampir saling bunuh dan baku hantam. Pada akhirnya Rasulullah saw meredam kegaduhan tersebut.

Di tempat lain, Aisyah masih menangis seharian ditemani kedua orang tua dan seorang perempuan dari kalangan Anshar yang berempati kepada Aisyah. Tidak lama Rasulullah saw mendatangi Aisyah untuk mengatakan bahwa beliau sudah mendengar isu yang beredar. Jika Aisyah tidak salah, Allah swt akan memperlihatkan kesucianmu. Jika berita itu benar, maka hendaknya Aisyah bertaubat kepada Allah swt. Rumah Abu Bakar al-Shidiq hening. Tidak ada yang menimpali pernyataan baginda Rasul saw. Meski sebenarnya Aisyah berharap kedua orang tuanya menanggapi pernyataan Nabi saw. Hingga pada akhirnya Nabi saw gemetar dan jatuh pingsan pertanda wahyu akan turun. Lalu Nabi saw siuman sambil tersenyum seraya menyatakan, berbahagialah wahai Aisyah. Allah swt telah membebaskanmu dari tuduhan-tuduhan keji itu. Aisyah pun bersyukur kepada Allah swt yang telah membantah tuduhan tak berdasar tersebut. Peristiwa inilah yang menjadi latar belakang turunnya QS al-Nur [24]: 11-21.

ﭑ       ﭒ  ﭓ  ﭔ  ﭕ  ﭖﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ  ﭛﭜ  ﭝ  ﭞ   ﭟ  ﭠﭡ  ﭢ    ﭣ  ﭤ  ﭥ  ﭦ  ﭧ   ﭨﭩ  ﭪ  ﭫ   ﭬ    ﭭ  ﭮ     ﭯ  ﭰ  ﭱ

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru