26.1 C
Jakarta

Hoak dan Ancaman Disintegrasi Bangsa

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanHoak dan Ancaman Disintegrasi Bangsa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia sebagai negera yang luas dan penduduk yang banyak di tengah derasnya informasi dan teknologi dalam berbagai bentuk, hendaknya negera memberikan sesuatu yang positif untuk dunia maya. Konon, katanya para komunitas netizen Indonesia kurang mendapatkan suplai nutrisi untuk membuat konten maupun pembicaraan yang bermutu di sosial media. Benarkah? Wajar jika akhirnya informasi yang beredar di sosial media di dominasi oleh hoax, karena netizen gagal mengidentifikasi kebenaran suatu informasi yang diterima.  Netizen kemudian mempercayai hoax karena seringnya pengulangan, sesuai kata Plato bahwa kebenaran dapat dibuat dengan pengulangan kebohongan. Netizen menjadi begitu saja percaya bahwa ada lambang palu arit di uang rupiah. Netizen begitu mudah percaya bahwa desain uang rupiah baru dipengaruhi desain mata uang yuan atau renmibi. Sampai yang paling parah adalah munculnya komunitas yang percaya bahwa bumi tidak bulat melainkan datar.

Kondisi ini dimanfaatkan oleh produsen hoax untuk mencari keuntungan. Produsen hoax mendapat keuntungan dengan banyaknya pengunjung website mereka. Tingginya trafik pengunjung akan mendatangkan iklan. Produsen hoax di Indonesia bisa meraup hingga Rp. 700 juta dalam satu tahun. Sebagai perbandingan, penulis berita palsu di Amerika Serikat dapat memperoleh keuntungan lebih dari 10 ribu USD atau setara Rp135 juta perbulan. Motif lain produsen hoax selain keuntungan adalah untuk menguasai gagasan. Seperti yang dinyatakan Karl Marxbahwa mereka yang menguasai basis material akan menguasai gagasan dalam suatu zaman. Produsen hoax kemudian dapat mengarahkan pembicaraan pengguna sosial media kepada agenda-agenda tertentu, misalnya untuk mendelegitimasi pemerintahan atau menjatuhkan kredibilitas seorang tokoh dan organisasi masyarakat. Sayangnya, penyebar hoax tidak mempertimbangkan akibat dari aneka informasi yang disebarkan. Ancaman disintegrasi sosial sampai disintegrasi bangsa kini menjadi nyata gara-gara dominasi hoax dalam perbincangan netizen. (Syafiq Naqsyabandi, Hoax, Literasi dan Pesan Islam, 2017).

Mencegah Hoax

Munculnya hoax dan tersebarnya merupakan sebuah perkara yang sering kita lihat dewasa ini di negeri ini, terutama dimedsos dan lainnya. tentu saja sebuah kemungkaran yang harus sama-sama kita mencegahnya, minimal mencegah dari diri sendiri. Hoax dapat dilawan setidaknya dengan beberapa metode,  pertama adalah memverifikasi kebenaran suatu informasi yang diterima atau populer disebut dengan tabayun.

Ini sebagaimana dijelaskan dalam al-quran surat Al-Hujarat ayat 6 berbunyi:   “Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian.” (QS. Al-Hujurat [49]: 6).

Ayat tersebut ada dua kata kunci, pertama berita. Kemudian, kedua fasiq. Berita dimaksud tentu saja memiliki nilai urgensi dalam sisi kehidupan umat manusia. Dan fasiq menunjukkan bahwa berita itu disampaikan oleh orang yang keluar dari ketaatan kepada Allah alias telah bermaksiat. Jika demikian, langkah yang mesti diambil ialah tabayyun alias telitilah lebih dulu. Terhadap kata “tabayyun” ini Ath-Thabari memahaminya dengan “Endapkanlah dulu sampai kalian mengetahui kebenrannya, jangan terburu-buru menerimanya…”

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Dengan demikian, kita akan selamat dari bertindak bodoh, yang tentu saja dampaknya akan sangat buruk dikemudian hari. Dan, seperti sekarang, berita bohong sangat mengkhawatirkan kehidupan umat manusia sampai pada tingkat keamanan dan ketertiban umum. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam komunikasi verbal maupun tulisan melalui media sosial, sikap tabayyun harus senantiasa kita utamakan, sebelum mengambil kesimpulan apalagi tindakan. Dengan demikian, salah paham, perselisihan dan pertengkaran, bisa kita jauhkan dalam kehidupan, sehingga rahmat Allah senantiasa melingkupi kehidupan kita.

Metode Kedua, menghidupkan daya pikir (nalar). Salah satu cara lainnya bernalar adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau pengetahuan yang dapat bersifat ilmiah dan tidak ilmiah. Lebih jauh ditegaskan, bernalar akan membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindarkan kekeliruan. bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala kondisi. Dengan demikian, menghidupkan nalar, di antaranya merupakan langkah lanjutan dari tradisi tabayyun sebagaimana langkah pertama dalam bahasan ini yang kemudian segala macam berita yang masuk kita validasi secara nalar dan dalam konteks ajaran Islam tentu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah ijmak, qias.

 

Metode ketiga, memberi pemahaman baik oleh pemerintah atau lembaga yang berkompoten bagaimana mengenal berita hoax dan pencegahannya, sebab dewasa ini dengan adanya medsos semakin terbuka lebar dan mudah untuk membuat dan menyebarkan berita hoax.  Metode keempat, aparat keamanan dengan undang=unadang yang berlaku untuk menindaklanjuti pembuat atau penyebar berita hoax, ini untuk memberi jera atau semacam contoh perlakuan terhadap kejahatan hoax tersebut, setidaknya mampu meminimalkan berkembang luas hoax itu sendiri.

 

Beranjak dari itu berbagai langkah sederhananya, mulai setiap informasi atau berita yang masuk ditimbang baik-baik, mulai dari asal-usul, kebenaran, manfaat dan maslahat. Jika memang sudah dapat diyakini info itu benar, penting, dan bermanfaat, menyebarluaskannya tentu suatu kebaikan. Tetapi, jika tidak, sebaiknya tidak melakukan apapun, apalagi men-share ke orang lain yang bisa jadi menimbulkan kemudharatan yang tidak disangka. Walau sedikit terlambat, langkah pemerintah untuk mulai mengawasi dan meredam tersebarnya hoax patut diapresiasi dan didukung oleh segenap komponen bangsa.

 

Meredam penyebaran hoax bukanlah kepentingan kelompok tertentu atau kepentingan politik penguasa, tapi harus menjadi kepentingan kita semua. Sekali lagi mari kita bersama mencegah hoax mulai dari kita sendiri, keluarga dan orang terdekat kita sebagai amar makruf nahi mungkar demi kebaikan agama, negara dan bangsa ini menjemput keridhaan-Nya. Amin.

Wallahu Musta’an….

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

 

Tgk. Helmi Abu Bakar El-langkawi, M. Pd

Dewan Guru di Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga

dan Staf IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Ketua  PC Ansor Pijay

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru