30.1 C
Jakarta

Hikmah Ramadhan: Islam Bukan Agama Teror

Artikel Trending

KhazanahOpiniHikmah Ramadhan: Islam Bukan Agama Teror
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Islam adalah agama kasih sayang. Jika ada sejumlah ayat di dalam Al-Qur’an yang bicara tentang perang dan kekerasan, itu sama sekali tidak membatalkan misi utama Islam sebagai agama yang rahmatan lil-âlamîn. Karena sejatinya, ayat-ayat ‘lembut’ di dalam Al-Qur’an itu jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat ‘keras’.

Dalam pengetahuan kecil penulis, ayat-ayat keras itu bersifat historis dan kontekstual. Rasulullah SAW diperintahkan memerangi orang-orang kafir yang memerangi Rasulullah dan Sahabat. Mereka memusuhi dan mengusir Rasulullah SAW dari Tanah Airnya. Oleh karena itu, ayat yang pertama kali turun tentang perang menggunakan redaksi pasif (مبني مجهول), bukan perintah aktif. Dalam QS. al-Hajj ayat 39-40 disebutkan:

 اُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِير الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya, mereka telah dianiaya. Dan sungguh Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: Tuhan kami hanyalah Allah.”

Ayat ini menyampaikan pesan bahwa umat Islam yang diusir dan diperangi diizinkan membela diri dan membalas kezaliman yang menimpa mereka dengan mengangkat senjata. Kemudian perintah yang lebih tegas juga disebutkan dalam QS. al-Anfâl ayat 39 yang berbunyi:

وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Dan perangilah mereka supaya tidak ada lagi fitnah dan agar agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka perbuat.”

Perintah serupa juga dinyatakan dalam QS. al-Baqarah ayat 191 disebutkan:

 وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ

“Dan perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah).”

Jika ‘ayat keras’ ini dibaca tanpa konteks sejarah dan asbâbun nuzûl, Islam akan menjadi agama teror dan perang sebagaimana dipraktekkan ISIS, organisasi afiliasi, dan simpatisan lainnya. Mereka menyeret dunia ke dalam situasi perang, bertolak dari sejumlah ayat yang dibaca sepenggal dan dilepaskan dari konteks sejarahnya. Perang digunakan sebagai alat memperjuangkan ideologi politik, bukan bagian dari respons wajar terhadap upaya membela diri sebagaimana asbâbun nuzûl-nya.

Padahal, ayat Al-Qur’an yang memerintahkan berlaku adil dan berbuat baik, termasuk kepada non-Muslim, serta mengusahakan perdamaian jauh lebih banyak. Al-Qur’an melarang merusak tempat ibadah agama lain dan mencaci maki sesembahan mereka,

BACA JUGA  Pilpres 2024; Ulama Sebagai Komoditas Politik Semata?

Seperti disebutkan dalam QS. al-An’âm ayat 108 yang berbunyi:

 وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

“Dan janganlah kamu memaki mereka yang menyembah selain Allah, karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”

Oleh karena itu, Al-Qur’an memang melarang umat Islam bersekutu dengan kaum yang memusuhi dan mengusir umat Islam serta berkomplot mengusir mereka dari tanah airnya, tetapi Allah tidak melarang berlaku adil dan berbuat baik kepada mereka yang tidak memerangi dan mengusir umat Islam.

Islam juga bukan agama ‘haus darah’ yang agresif dan menjadikan perang sebagai tujuan. Jika musuh cenderung kepada perdamaian, Allah memerintahkan umat Islam untuk menerima dan mengusahakan perdamaian.

Bahkan dalam kondisi perang pun, Rasululullah selalu berusaha membatasi jatuhnya korban dan melarang keras membunuh wanita, anak-anak, dan orang tua serta melarang merusak lingkungan. Islam melarang keras membunuh orang tanpa alasan yang hak.

Karena dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa membunuh satu orang tanpa alasan yang benar itu seumpama membunuh manusia semuanya. Sebaliknya, menjaga dan melindungi kehidupan satu orang seakan memberi kehidupan manusia seluruhnya. Perhatikan QS. al-Mâidah ayat 32 ini:

 مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

“Barangsiapa membunuh seorang manusia, bukan karena ia (membunuh) orang lain atau berbuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa memelihara kehidupan satu orang, maka seakan-akan dia menjaga kehidupan manusia seluruhnya”

Islam adalah agama cinta damai, agama kasih sayang yang diturunkan dari sifat Allah Rahmân-Rahîm. Jika Allah mempunyai sifat Jalâliyyah (dimensi Keagungan) seperti al-Jabbâr (Maha Perkasa), al-Mutakabbir (Yang Maha Memiliki Kebesaran) dan al-Hasîb (Yang Maha Membuat Perhitungan), sifat Allah dalam dimensi Jamâliyyah-Nya (keindahan-Nya) jauh lebih banyak seperti as-Salâm (Yang Maha Memberi Kedamaian), al-Mu’min (Yang Maha Memberi Keamanan), al-‘Afuw (Yang Maha Pemaaf).

Jadi dari sini kita dapat fahami bahwa ayat-ayat tersebut menunjukkan pesan utama Islam sebagai agama kasih sayang dan cinta damai melebihi aspek lain. Jika sekarang ini banyak kelompok Islam yang mengamalkan Islam dengan penuh murka, maka kembalilah kepada prinsip ajaran Islam sebagai agama kasih sayang, yaitu Islam yang rahmatan lil-âlamîn.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru