27.6 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks ISIS (V): Hijrahku Bukan di Bumi Syam, tapi di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks ISIS (V): Hijrahku Bukan di Bumi Syam, tapi di...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Saya punya teman. Dialah Febri Ramdani. Saya sebut teman karena saya mengenalnya lewat buku yang ditulisnya bertema 300 Hari di Bumi Syam, meski saya dan dia belum pernah saling bertegur sapa.

Lewat buku yang lumayan tebal, Febri—saya menyebutnya—menceritakan segala catatan perjalanan hijrahnya dari bumi kelahirannya sendiri Indonesia menuju negeri seberang Suriah, lebih tepatnya Raqqah, lebih tepatnya lagi negara ISIS.

Febri melakukan perjalanan hijrahnya karena termotivasi oleh pesan Al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 97: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?” Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Febri memahami ayat tersebut sebagai kewajiban berhijrah dari negara kafir menuju negara Islam. Indonesia yang tidak memakai hukum Islam diklaim sebagai negara kafir. Sedang, Raqqah Suriah disebut sebagai negara Islam karena menerapkan hukum Islam. Berangkat dari sini, Febri semakin terdorong untuk meninggalkan Indonesia dan tergerak untuk bersua dengan Suriah.

Perjalanan demi perjalan Febri lalui. Mulai komunikasi dengan seseorang yang dipanggilnya Om Bow. Melengkapi persyaratan yang maha rumit buat paspor dan tidak dicurigai oleh pihak-pihak tertentu, sehingga Febri harus terpaksa berbohong, yaitu travelling ke negara-negara yang tidak terlarang. Karena itu, Febri tidak dicurigai.

Sebelum berangkat Febri menabung dan menjual beberapa aset yang dimiliki demi hijrah. Dia tidak peduli dengan barang yang berharga, karena kecintaan terhadap hijrah sudah membutakannya melihat sesuatu yang lain. Dia berangkat dari bandara Soekarno-Hatta dan transit beberapa hari di Turki.

Di Turki Febri bertemu dengan Om Bow dan dia sempatkan jalan-jalan menyusuri tempat wisata di Turki. Kesempatan tak terbayangkan melihat kemegahan negara yang pernah melahirkan ulama besar Badiuzzaman Said Nursi. Tapi, Febri sadar kalau Turki bukanlah negara yang dituju semenjak dia masih di Indonesia.

Selang beberapa hari di Turki, Febri melakukan perjalanan menuju Raqqah Suriah dengan dijemput oleh bus yang diduganya adalah utusan dari Suriah. Supaya tidak terdeteksi oleh polisi Turki atas perjalanannya ke negara Suriah, ia melakukan langkah-langkah jitu seperti menunggu kegelapan alam menjelang malam dan menyusuri jalan pegunungan yang berkelok-kelok sampai menguras banyak tenaga. Semua itu tidak menghilangkan semangat hijrah yang tertanam kuat di dalam hatinya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XL): Eks Napiter Inisial SL Bertobat dan Kembali ke NKRI

Perjalanan yang melelahkan dan melewati beragam rintangan yang maha pelik, Febri akhirnya menginjakkan kakinya di negara Islam yang diimpikan. Melihat bentangan alam Suriah seakan melihat Islam terhampar di depan mata. Seakan semua itu tidak percaya. Dia merengkuhnya seerat mungkin dengan rengkuhan penuh cinta. Kebahagiaan menghapus segala lelah dan letih yang berkepanjangan.

Sayang, Raqqah Suriah semakin lama semakin tidak membikin Febri betah. Segala persoalan datang silih berganti. Segala harapan melihat ramahnya Islam hanyalah isapan jempol belaka. Kekerasan dan kekasaran orang Raqqah tidak dapat dihindari. Peperangan terjadi di mana-mana, bahkan di depan mata sendiri. Ledakan bom seringkali mengagetkan bahkan menakutkannya, karena ledakannya jauh melebihi ledakan petasan.

Suara hati Febri mulai memberontak. Sepertinya Raqqah bukanlah tempat yang tepat untuk berhijrah. Penyesalan demi penyesalan mulai dirasakan. Keinginan untuk hengkang dari Suriah mulai tumbuh. Tapi, dia bingung dengan cara apa dia meninggalkan alias kabur dari Suriah. Karena, penjagaan yang super ketat dan bisa-bisa kalau ketahuan akan dibunuh oleh tentara Suriah.

Segala usaha dilalui. Febri dan sekeluarga akhirnya bisa meninggalkan Suriah dan kembali ke negara Indonesia dengan selamat. Melalui perjalanan hijrah yang telah menghabiskan banyak waktu, tenaga, bahkan nyawa keluarga sendiri, Febri mulai menyadari bahwa hijrah yang sebenarnya adalah dimulai dari pribadi masing-masing untuk meninggalkan paham radikal menuju paham moderat. Febri melihat bahwa Indonesia adalah negara yang tepat untuk dijadikan media berhijrah. Karena, Indonesia adalah negara pluralis yang menegakkan paham moderat.

Kecintaan Febri kepada Indonesia seakan tidak akan tergantikan dengan yang lain. Sekarang ia tidak mau membiarkan negara yang telah membesarkannya dikoyak-koyak oleh kelompok garis keras. Pembelaan, baik lewat tulisan maupun oral, dipekikkan. Semoga perjalanan Febri ke Suriah dapat menginspirasi banyak orang di Indonesia untuk tidak mempercayai propaganda ISIS Suriah yang maha sesat![] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru