27.7 C
Jakarta

Hari Lahir Pancasila: Merawat Persatuan, Mengusir Pemecah-Belah

Artikel Trending

KhazanahTelaahHari Lahir Pancasila: Merawat Persatuan, Mengusir Pemecah-Belah
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Setiap tanggal 1 Juni, masyarakat Indonesia memperingati hari kelahiran Pancasila. Tema peringatan tahun ini adalah “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”. Pemilihan tema tersebut bukan hanya sekedar slogan. Sebab keberadaan Pancasila menjadi sebuah konsensus bagi bangsa Indonesia, untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan.

Tidak hanya itu, jika melihat dari catatan sejarah, pemilihan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan/BPUPKI) dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan ini menggelar sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam sidang tersebut, anggota BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka. Pancasila tidak hadir sebagai hasil yang kosong dari sebuah negara yang baru dibentuk pada saat itu. Pancasila adalah ikhtiar panjang dari berbagai pihak, mulai dari ulama, tokoh nasionalis, akademisi, hingga berbagai kelompok agama.

Hal ini dibuktikan dengan butir-butir Pancasila yang memuat semua kepentingan kelompok masyarakat. Artinya, Indonesia bukan hanya milik 1 kelompok saja, akan tetapi semua masyarakat yang terbentang dari Sabang hingga Merauke adalah bangsa Indonesia. Maka dari itu, kesadaran untuk merawat Pancasila dan menjadikannya sebagai dasar dalam hidup berbangsa dan bernegara harus dimiliki oleh setiap bangsa Indonesia.

Tantangan dan Ancaman

Memahami bahwa Pancasila adalah sangat penting bagi bangsa Indonesia, kita akan senantiasa berpikir bahwa problematika yang terjadi pada bangsa Indonesia, mulai dari politik, ekonomi, pendidikan, hingga sosial, adalah sebuah dinamika kebangsaan yang harus dilalui oleh masyarakat. Tentu, asas keterbukaan dengan berbagai kritik, harus menjadi sebuah langkah yang harus dilalui oleh bangsa Indonesia. Sebab hal itu adalah bagian dari proses membentuk jati diri. Artinya, sebesar apa pun masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, Pancasila tetap menjadi dasar negara Indonesia. Ia yang akan menjadi pengingat bangsa bahwa, setinggi apa pun ombak yang dilalui oleh bangsa Indonesia, sejatinya kita tetap satu, Indonesia.

Tantangan lain yang datang dari internal bangsa Indonesia adalah, orang-orang yang menolak Pancasila dengan dalih bahwa, Pancasila tidak berasal dari Islam. Mereka adalah kelompok anti NKRI, si paling islami, di mana sampai hari ini terus berjuang untuk mendapatkan trust dari masyarakat. Mereka adalah kelompok yang terus melakukan propaganda. Memanfaatkan problematika sosial dengan menjatuhkan pemerintah dan menjadikan khilafah sebagai solusi.

BACA JUGA  Melihat Istilah ‘Tobrut’: Budaya Seksis yang Merenggut Hidup Perempuan

Fenomena tersebut bukan hanya sekedar tantangan, akan tetapi juga menjadi ancaman kebangsaan yang akan merusak masa depan negara Indonesia. Mereka adalah kelompok yang berkhianat terhadap sejarah. Membelokkan sejarah demi kepentingan sesat (khilafah). Artinya, ambisi mereka untuk mendirikan pemerintahan Islam, membuat mereka menghalalkan segala cara agar memperoleh massa yang cukup banyak.

Dalam konteks Palestina, misalnya. Kita bisa membedakan aksi kemanusiaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil dengan para aktivis khilafah. Biasanya, untuk mendeteksi bahwa suatu demonstran berasal dari para aktivis khilafah, ada beberapa ciri, di antaranya: pertama, mendesak pemerintah untuk turun langsung ke Palestina, bahkan memerintahkan pemerintah untuk mengirim pasukan agar melawan Israel. Kedua, mereka mengutuk negara-negara Muslim, yang selama ini dianggap tidak bergerak untuk membantu Palestina. Padahal, seluruh masyarakat dunia, sudah kehabisan cara untuk melawan Israel.

Ketiga, dengan menggunakan redaksi “zionis”, mereka mendesak semua negara Muslim untuk memutuskan hubungan diplomasi dengan negara-negara penjajah. Keempat, solusi yang ditawarkan oleh aksi demonstrasi mereka pastinya bermuara kepada penegakan khilafah. Melalui narasi ‘persatuan Islam’, mereka akan mendesak semua negara Muslim untuk menegakkan khilafah.

Melalui ciri-ciri tersebut, setidaknya kita akan mengetahui bahwa, gerakan aksi kemanusiaan terhadap Palestina, ditunggangi oleh para aktivis khilafah. Maka dari itu, kita perlu tegas menunjukkan posisi agar tidak sekedar ikut aksi kemanusiaan. Masih banyak gerakan masyarakat sipil yang melakukan aksi kemanusiaan, tanpa ditunggangi oleh aktivis khilafah.

Melalui peringatan Hari Lahir Pancasila, kita selalu memiliki alarm bahwa, ancaman dan tantangan akan terus ada. Para aktivis khilafah adalah salah satu ancaman perusak NKRI karena akan senantiasa, berupaya untuk menolak Pancasila. Wallahu A’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru