28.6 C
Jakarta

Haji: Menguatkan Paham Moderat, Menjauhkan Ajaran Radikal

Artikel Trending

EditorialHaji: Menguatkan Paham Moderat, Menjauhkan Ajaran Radikal
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Musim haji 2024 telah usai. Puncak ritual haji, yaitu wukuf di Arafah, telah dilalui jemaah pada Sabtu pekan lalu. Jemaah haji Indonesia yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama mulai kembali ke Tanah Air, sementara kloter kedua bergerak ke Madinah untuk berziarah.

Secara umum, penyelenggaraan haji 2024 berlangsung sukses dan khidmat. Banyak lembaga yang mengapresiasi penyelenggaraan haji tahun ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi bahwa penyelenggaraan haji tahun ini lebih baik jika dibandingkan dengan pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya.

Namun, sempat diberitakan ada temuan berupa dugaan pelanggaran dalam penyelenggaraan ibadah haji. Beberapa pihak, termasuk Komisi Bidang Keagamaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menemukan sejumlah masalah terkait dengan fasilitas minim tak sebanding dengan jumlah jemaah haji. Termasuk juga pelanggaran dalam mengalihkan jumlah kuota haji.

Di balik itu semua pelaksanaan haji terbilang sukses dan patut dibanggakan. Namun sayangnya, Ustaz Ismail Yusanto kembali memberikan komentar tentang fenomena haji orang Indonesia. Menurutnya, haji tidak mabrur itu terjadi karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya.

Pertama, sebutnya, pembimbingan yang tidak sempurna dan tidak masuk pada substansi ibadah. Kedua, bersangkutan dengan dirinya sendiri yang mungkin tidak punya kemauan untuk menggali substansi-substansi di balik seluruh makna manasik hajinya. Ketiga, pengaruh lingkungan.

“Jadi, misalnya ia maunya berubah, tapi lingkungan tempat ia kerja memaksa untuk balik lagi, untuk korup lagi, untuk bersekutu di dalam kejahatan dan sebagainya,” cetusnya. Menurut Ismail Yusanto, perubahan yang dibutuhkan bukan sekadar perubahan individu, tetapi perubahan tatanan politik sehingga ketaatan dan ketakwaan makin terjaga.

Perubahan pada tatanan politik bagi Ismail itu adalah mengubah Pancasila ke khilafah. Ini yang sebenarnya ia bidik tentang perubahan atas ibadah haji. Karenanya, ia selalu memberi komentar terhadap keberislaman seseorang dan menilainya tidak taat, hanya karena tidak mengikuti apa katanya, yaitu mengganti Pancasila kepada sistem kekhalifahan.

BACA JUGA  Menyelamatkan Ibadah Haji dari Propaganda Khilafah Tahririyah

Padahal, tugas haji adalah beribadah dengan semaksimal mungkin. Nantinya, setelah orang berhaji bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Buah atau hasil dari haji manambah ketaatan kepada Allah Swt. dan terwujud pada kesediaan untuk melaksanakan yang wajib, meninggalkan yang haram. Ditambah lagi melaksanakan yang sunah sebanyak mungkin, meninggalkan yang makruh, dan melakukan hal baik serta yang bermanfaat.

Haji tidak perlu ditarik kepada politik seperti perilaku para politisi. Memang benar, banyak pejabat yang dalam melaksanakan ibadahnya tidak memiliki impact (pengaruh) terhadap kehidupan sosial, kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan kehidupan nyata di luar ibadah.

Memang banyak pejabat pada musim haji berseliweran pergi dan pulang. Dan Indonesia disebut-sebut sebagai jemaah hajinya terbanyak di dunia. Dan karena itulah Indonesia masuk dalam rangking negara paling religius. Namun faktanya, negara Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan tingkat korupsi termasuk terbesar di dunia.

Yang lebih aneh lagi adalah orang yang sudah berhaji tetapi masih menjadi radikal. Jenis orang ini masih banyak. Kenapa itu bisa terjadi? Barangkali penghayatan terhadap substansi ibadah masih lemah. Atau memang karena faktor lingkungan mereka yang membawa kepada jalan radikal.

Orang setelah berhaji tetapi tetap menjadi radikal bukti bahwa hajinya kurang mabrur. Sebab, tanda mabrurnya haji seseorang adalah jika sepulang dari ibadah haji dalam keadaan lebih baik dari sebelumnya, dan tidak kembali kepada tindakan yang radikal.

Mereka tambah ketaatan sepenuhnya kepada Allah Swt. Mereka tidak lagi memberi atau mengajak kepada kemungkaran seperti mengajak mendirikan khilafah dan mengajak ke paham radikal. Hasil haji yang baik adalah menjadi pribadi yang takwa, baik, dan tidak menjadi radikalis-teroris.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru