32.9 C
Jakarta

Gus Yaqut Jadi Menag, Radikalisme Akan Musnah?

Artikel Trending

EditorialGus Yaqut Jadi Menag, Radikalisme Akan Musnah?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Presiden Joko Widodo mengumumkan perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Maju, pada Selasa (22/12) kemarin. Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut Cholil Qoumas ditunjuk menjadi Menteri Agama menggantikan Fachrul Razi. Pengumuman tersebut mengejutkan banyak pihak, terutama kalangan nahdhiyyin. Euforia muncul dari berbagai kalangan. Banyak yang optimis bahwa panglima Banser tersebut akan mengganyang ormas-ormas radikal dan intoleran.

Bersamaan dengan ditunjuknya Gus Yaqut sebagai Menag, lima menteri baru lain juga diperkenalkan. Pertama, Jokowi memanggil Tri Rismaharini, mantan Wali Kota Surabaya, yang diberi mandat sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara yang saat kini menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kedua, Jokowi mengenalkan Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sandiaga menggantikan posisi Wishnutama Kusubandio.

Ketiga, Jokowi mengenalkan Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan. Budi menggantikan posisi Terawan Agus Putranto. Keempat, Jokowi mengenalkan Wahyu Sakti Trenggono untuk menggantikan posisi Edhy Prabowo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan yang juga terjerat korupsi. Kelima, Jokowi mengenalkan M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan. M Lutfi menggantikan posisi Agus Suparmanto. Dalam reshuffle perdana ini, banyak pihak meyakini, Jokowi telah memilih orang-orang yang tepat.

Utamanya tentang Gus Yaqut. Pria kelahiran Rembang, 4 Januari 1975, putra dari ulama karismatik K.H. Muhammad Cholil Bisri, itu dianggap memiliki rekam jejak yang jelas. Pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Rembang (2005-2010), Ketua Umum GP Ansor untuk (2015-2020), dan Anggota DPR RI (2014-2024), jelas ia bukan orang baru di area politik. Kendati demikian, harapan banyak pihak terhadap Gus Yaqut ialah perannya untuk memusnahkan radikalisme, membubarkan ormas pemecah-belah bangsa.

Salah satu optimisme masyarakat dengan menjabatnya Gus Yaqut sebagai Menag ialah ketegasannya. Masyarakat sangat yakin bahwa ia akan memiliki gebrakan brilian untuk memberantas radikalisme. Ormas-ormas radikal tidak lagi bisa berbuat ulah, karena ia akan berurusan dengan Gus Yaqut. Jika pendahulunya, yakni Menag Fachrul Razi, memiliki track-record militer, Gus Yaqut juga sama, tetapi militer sayap NU. Apakah ketegasan tersebut ialah ketegasan militeristik?

Dalam tulisannya, Gus Dur, Gus Yaqut dan Ketegasan terhadap Kelompok Islam Radikal, Guntur Romli menyamakan Gus Yaqut dengan Gus Dur sebagai sosok yang tegas terhadap kelompok Islam radikal. Itu terjadi, menurut Guntur, karena keduanya memandang kelompok-kelompok radikal itu tidak sebagai ormas dakwah keagamaan, melainkan sebagai kelompok politik kekuasaan yang tengah menyamar dalam gamis agama dan sedang melakukan politisasi agama.

BACA JUGA  Digital Native: Strategi Baru Kontra-Radikalisasi

Ketegasan Gus Yaqut dalam memusnahkan radikalisme, disinyalir Guntur karena dua alasan. Pertama, karena kelompok Islam radikal tidak pernah mau menganggap NU, Ansor dan Banser sebagai bagian dari standar keislaman mereka. Dengan kata lain, komunitas dan ormas keislaman di mana Gus Yaqut terafiliasi, yakni NU, tidak dianggap Islam lantaran perbedaan doktrin, seperti adanya tuduhan khurafat, bid’ah, dan takhayul. Keislaman NU mereka persoalkan—dianggap tidak murni.

Kedua, Gus Yaqut berpandangan bahwa kelompok-kelompok itu bukalah kelompok keagamaan yang tujuannya syiar ajaran agama, melainkan kelompok politik kekuasaan yang bertujuan menggulingkan pemerintah yang sah dan mengganti Republik Indonesia ini dengan sistem khilafah atau sejenis Negara Islam. Dalam kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh Banser, yang viral beberapa waktu silam, Gus Yaqut tegas menyatakan bahwa yang Banser bakar tidak lebih adalah bendera HTI.

Bagi trah radikalisme, Gus Yaqut adalah pertanda buruk, sebab ruang gerak mereka akan semakin terjepit. Perseteruannya dengan FPI juga belum masyarakat lupa, yang menjadi preseden tak mengenakkan bagi aktivis FPI itu sendiri. Ke depan, para ormas radikal akan dibuat mati kutu. Jika hari ini masyarakat resah dengan ulah para aktivis FPI, termasuk juga PA 212 dan gerombolannya, maka saatnya optimis bahwa ke depan, mereka tidakan akan tidur nyenyak dan menebar kegaduhan.

Sebab, Gus Yaqut tidak akan membiarkan itu. Sebagai representasi Muslim moderat, Gus Yaqut akan bersama untuk merajut ukhwah keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Ia juga akan secara inklusif menjadi menteri agama-agama, bukan hanya Islam saja. Sebagaimana eks-Menag Lukman Hakim Saifuddin, ia tidak hanya memiliki ketegasan, melainkan juga pengayom bagi semua elemen bangsa. Pada masa Menag Lukman, HTI bubar. Apakah di masa Gus Yaqut, FPI akan bernasib sama?

Pertanyaan demi pertanyaan lahir, dan masyarakat yakin bahwa Gus Yaqut akan menyelesaikan masalah kebangsaan—terutama perihal radikalisme—hingga tuntas. Apakah ketuntasan dimaksud ialah kemusnahan mereka? Jelas. Menteri Agama baru dilantik pada Rabu (23/12) kemarin. Kita tunggu saja terobosan dan gebrakan-gebrakannya. []

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru