25.4 C
Jakarta

Gus Solah Berbicara tentang Islam Rahmatan lil Alamin

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanGus Solah Berbicara tentang Islam Rahmatan lil Alamin
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semakin ke depan, semakin pelik persoalan terkait dengan Islam. Banyak orang melihat Islam dengan pemikiran yang tertutup dan tindakan kekerasan. Padahal, Islam sangat terbuka terhadap perbedaan, baik perbedaan pemikiran dan perbedaan keyakinan.

Pemikiran yang tertutup dan tindakan kekerasan biasanya dilakukan oleh kelompok separatis atau radikalis. Mereka belum mengerti tentang Islam dengan baik. Padahal, Islam yang sesungguhnya adalah agama yang menebar kasih saya di tengah-tengah semesta alam.

Merespons Islam rahmatan lil alamin, KH. Salahuddin Wahid (atau lebih akrab disapa Gus Solah) menyebutkan Islam rahmatan lil alamin telah kita dengar selama belasan tahun terakhir ini sebagai reaksi terhadap munculnya Islamofobia di barat sebagai akibat dari peristiwa Worthed Center pada 11 September 2001. Dan juga untuk mengimbangi konsep class of civilization yang digambarkan bahwa peradaban Islam dan peradaban barat akan bertabrakan.

Kita, lanjut Gus Solah, menyesalkan terjadi peristiwa-peristiwa kekerasan seperti yang terjadi di Indonesia di Bali di hotel Mariot dan di tempat-tempat yang lain kemudian konsep rahmatan lil alamin juga merupakan bagian integral dari upaya melibatkan agama dalam proses mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia. Membangun persepsi positif Islam tidak mungkin dapat terwujud kalau kita tidak menampilkan visi Islam rahmatan lil alamin. Rahmat adalah karunia Ilahi Rahman dan Rahim.

Kalau Islam dipahami secara benar, maka kedua akan dapat kita hadirkan di dalam kehidupan kita sehari-hari. NU menerjemahkan Islam rahmatan lil alamin melalui prinsip tawasuth dan i’tidal. Tawasuth berarti di tengah-tengah, moderasi. I’tidal adalah tegak lurus. Tawasuth adalah cara menawarkan Islam secara kontektual bukan tekstual. NU memakai tiga pendekatan: Pertama, fiqh al-ahkam, menentukan hukum fikih berlandaskan untuk mereka yang siap hukum positif Islam. Pencariannya dilakukan melalui proses bahtsul masa’il yang dilakukan mulai dari tingkat cabang, tingkat provinsi, maupun tingkat nasional.

BACA JUGA  Hindari Golput dan Gunakan Suaramu dengan Bijak

Kedua, melalui fiqh ad-da’wah, dalam rangka mengembangkan agama di tengah masyarakat luas yang beraneka ragam tidak menggunakan pendekatan fikih legal formal tetapi melalui pembinaan atau konseling. Ketiga, fiqh as-siyasah, bagaimana membawakan pemikiran tentang hubungan agama dengan politik dan kekuasaan negara. Fiqh ad-da’wah cara penyampaian dakwah secara baik dan benar secara lintas budaya memunculkan ukhwah Islamiyyah. Tawasuth dan i’tidal melahirkan tasamuh atau toleransi, tawazun atau keseimbangan dan tasawur atau musyawarah. Tasamuh adalah keseimbangan antara prinsip kita dengan penghormatan kita terhadap prinsip kelompok lain. Tasamuh dan tawazun menghasilkan tasawur yang berbentuk dialog.

Islam rahmatan lil alamin, sebut Gus Solah, tidak bersikap utopis-kedaerahan, tetapi empiris-universal. Kita mengenal yang namanya piagam Madinah. Di situ Rasulullah bisa merangkul pihak-pihak agama lain seperti Nasrani dan Yahudi, walaupun pemeluk Islam hanya lima belas persen. Di situ diatur hak-hak tiap-tiap kelompok, hak dan kewajiban, dan saling menghormati. Kemudian prinsip ini diteruskan oleh Wali Songo ketika mereka menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Menghormati adat dan tradisi serta budaya sepanjang tidak bertentangan secara esensial dengan prinsip tauhid. Di dalam fiqh as-siyasah kita juga perlu menjunjung keadilan sosial yang belum banyak mendapat perhatian dari para ulama. Ini tentu menyangkut ajaran ekonomi. Dan ekonomi Islam mengutamakan keadilan dan kemaslahatan umum supaya kita mengharapkan memberikan perhatian yang lebih besar kepada upaya mengembangkan sistem ekonomi yang berkeadilan yang dapat menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.[] Shallallah ala Muhammad.

*Secara keseluruhan tulisan ini dinarasikan dari gagasan KH. Salahuddin Wahid yang disampaikan di Televisi Kompas 

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru