27.1 C
Jakarta

Gus Najih: Kaum Milenial dan Hasrat Berantas Paham Radikal

Artikel Trending

Milenial IslamGus Najih: Kaum Milenial dan Hasrat Berantas Paham Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sabtu (23/11) kemarin, untuk kesekian kalinya, dalam rangka menangkal paham radikal, buku “Daulah Islamiyah dalam Al-Qur’an dan Hadis”-nya Gus M. Najih Arromadloni dibedah. Kali ini di aula Pondok Pesantren Pagelaran 3, Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Turut hadir sebagai pembanding Kang Ayik Heriansyah, mantan Ketua HTI Bangka Belitung.

Patut dicatat, sebagai topik yang santer dibicarakan, radikalisme ditanggapi secara beragam. Ada yang setuju lantaran menyadari bahwa radikalisme sudah berada di titik mengkhawatirkan, namun tak sedikit pula yang kontra. Yang terakhir ini disebabkan, misalnya, karena anggapan kesalahan taktis penanganan paham radikal, juga sebab ketidaklaikan komentar atas radikal itu sendiri.

Tanggapan kontra tadi, jika disebabkan anggapan kesalahan taktis, barangkali dimaklumi. Setiap narasi kontra radikalisme adalah kebijakan yang gradual dan, oleh karena itu, bersifat dinamis. Diperlukan sumbangsih berbagai kalangan, banyak akademisi, atau para praktisi hukum, agar penanganan radikalisme tak sebatas menjadi rutinitas tambal-sulam. Itu yang pertama.

Akan tetapi, yang kedua, jika tanggapan kontra tersebut dilatarbelakangi anggapan ketidaklaikan komentar terhadap radikalisme sendiri, itu adalah masalah. Misalnya, ketika orang merasa sinis dengan narasi kontra radikalisme yang dilakukan Abu Janda alias Permadi Arya melalui pernyataannya yang kontroversial. Lalu orang beranggapan, narasi kontra radikal itu sendiri adalah konkret eksklusivisme.

Belum lagi komentar sementara kalangan bahwa menarasikan pemberantasan radikalisme tetapi mengaitkan, satu-satunya, pada agama, teramat memuakkan. Dendam, konflik internal, kesenjangan sosial, kata orang-orang ini, juga menjadi penyebab terjadinya radikalisme. Karena faktor tersebut tak bersentuhan dengan agama, menyelesaikan dengan agama saja dianggap salah taktis.

Itulah sebabnya, penanganan radikalisme butuh seseorang yang paham dan layak berbicara mengenai topik tersebut. Agar ketika ada yang menyanggah, ia sudah memiliki argumen cukup kuat untuk mematahkan sanggahannya. Dalam hal ini, Gus Najih adalah satu dari sedikit orang yang konsen tentang radikalisme. Bersama Kang Ayik, di acara tersebut, ia menelanjangi kaum radikal.

Indikator Paham Radikal

Gus Najih memulai, sebagai prolog, dengan bercerita tentang bagaimana konflik Suriah telah memporakporandakan kota sejarah  sebab ulah kelompok radikal, ISIS. Mereka bersikukuh dirikan Negara Islam dan kita bisa melihat keadaannya; rakyat sipil Suriah menderita. Mereka bertebaran sebagai pengungsi di berbagai Negara termasuk Eropa.

Gus Najih menjabarkan beberapa indikator paham radikal, yaitu mendukung intoleransi, sikap keagamaan eksklusif, bahkan setuju dengan tindakan ekstrem. Sedangkan tindakan ekstrem semacam jihad merupakan titik akhir, dan tergolong radikal dalam pergerakan, jihadis. Segala bentuk tindakan radikal tersebut biasanya bermuara satu tujuan, terbentuknya Daulah Islamiyah.

Tolok ukur seseorang dikatakan radikal ialah bilamana terjadi pergolakan batin untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tak dibenarkan. Karenanya, selain indikator di atas, sikap radikal juga muncul lantaran problem individual. Tidak berhenti di situ saja, pergolakan tersebut kemudian menemukan justifikasinya; ideologi salafi.

Perbedaan indikator sikap radikal bukan lantas menjadikan radikalisme itu sendiri sebagai permasalahan yang simpang siur. Ada yang mendukung, tak sedikit pula yang menentang, menganggapnya sebagai kesalahan premis tentang kekerasan. Tragedi bom bunuh diri di salah satu masjid di Afganistan, misalnya, adalah bentuk nyata dari kemunafikan radikalisme mengatasnamakan Islam.

“Jadi kelompok-kelompok yang mengaku bela Islam itu, yang mengaku memperjuangkan Islam, itu malah lebih senang nyerang sesama Muslim. Entah radikal apa ketika mati di dalam masjid ledakkan diri, dan membunuh enam puluh orang,” terang Gus Najih.

Paham Radikal ke Teror; Varian atau Hierarki?

Apakah teror dan radikal itu sama, atau keduanya berbeda? Apakah keduanya merupakan susunan tingkatan/hierarki, bahwa terorisme adalah klimaks radikalisme? Atau apakah semua term beragam tersebut tak memiliki kesinambungan satu sama lain? Jawaban atas pertanyaan ini relatif panjang. Yang jelas ada tujuan tertentu dari semuanya, yaitu dalih membunuh taghut dan membela Islam yang hilang.

BACA JUGA  Kemajuan Bangsa-Negara Tidak Lahir dari Sistem Khilafah

Islam hilang yang dimaksud di situ ialah bahwa dalam keadaan tertentu, seseorang merasa bahwa posisi ideal Islam sudah tak ada. Mereka merasa hidup di tengah kondisi sosial yang mendiskreditkan agama mereka, sehingga merasa perlu adanya perlawanan. Kausalitas sikap radikal dan tindakan teror menyuguhkan kita satu fakta penting, bahwa di antara keduanya, ada masalah yang begitu kompleks.

“Makanya kita jangan mudah tertipu dengan orang-orang yang membawa simbol Islam. Lihat dulu ia menampilkan aslam atau tidak. Ia mewariskan ajaran Nabi apa tidak. Malah kalau mau jujur, mereka itu sebenarnya bikinan orang yang tidak lain adalah musuh Islam. Contohnya ISIS. Yang bikin ISIS ini sebenarnya Israel,” tegas Gus Najih.

Jika Menko Polhukam Mahfud MD mengidentifikasi kelompok radikal menjadi tiga; takfiri, jihadis, dan politik ideologis, Nadirsyah Hosen juga mengatakan demikian. Ketiganya, dalam pandangan Gus Najih, memang merupakan varian radikalisme, tetapi memiliki kesamaan esensial, yaitu hasrat perombakan terhadap status quo. Pada dasarnya variasi itu tetaplah serumpun dalam bingkai intoleransi.

Spirit Deradikalisasi

Fokus utama deradikalisasi, berdasarkan fakta di atas, ialah mempertahankan bangsa dari rongrongan pemikiran terlarang yang mengatasnamakan Islam. Radikalisme dalam segala wujudnya, baik pemikiran maupun pergerakan/tindakan, adalah sesuatu yang mesti dieliminasi. Kendati deradikalisasi sudah dilakukan oleh pemerintah, tetapi ada bagian terlewatkan dalam kebijakan tersebut.

Yang terlewatkan ialah kesadaran kolektif bahwa target utama deradikalisasi ialah kaum milenial, sekaligus menjadikan mereka aktor dari deradikalisasi tersebut. Posisi urgen generasi milenial dalam hal ini disebabkan terlibatnya mereka dalam setiap kemungkinan yang terjadi ke depan. Apakah deradikalisasi akan berhasil, juga, salah satunya, ditentukan oleh generasi milenial itu sendiri.

Masifnya gerakan radikal yang ditandai dengan kuatnya simpati atas berdirinya khilafah membuktikan keberhasilan kaum tersebut memanfaatkan para pemudanya. Itulah sebabnya meskipun dalam persentase minoritas, kaum radikal tidak bisa disepelekan. Kecenderungan para pemuda memilih organisasi baru, yang sesuai proyek hijrah mereka, adalah bukti konkret kebenaran tesis ini.

Gus Najih mengumpamakan kemasifaan tersebut dengan pengarusutamaan khilafah sebagai solusi segala masalah. Baik ketimpangan, keputusasaan, merasa tersisihkan, atau kepentingan kolektif seperti justifikasi ideologi rentan ada di tangan pemuda. Padahal mereka memegang otoritas penuh atas nasib masa depan, tentang Islam ahlussunah wal jama’ah dan keutuhan Negara Indonesia.

“Mari kita sebagai ahlussunah wal jama’ah, kita jaga negeri kita. Khilafah sebagai solusi setiap masalah hanya kata-kata, tetapi mereka belum memberikan contoh, di mana khilafah terus negaranya tidak ada masalah. Fakta yang ada adalah seperti Suriah dan Irak. Khilafah sudah berdiri di sana, khilafahlah yang menghancurkan semuanya,” terang Gus Najih.

Semua narasi kontra radikalisme yang disampaikan Gus Najih adalah bukti konkret atas pedulinya generasi milenial terhadap nasib bangsa ke depan. Bagaimana generasi milenial memegang kunci penting dalam langkah deradikalisasi, adalah sesuatu yang mesti disadari bersama. Hak-hak pembelaan pada bangsa memiliki nilai absolut. Negeri ini butuh pribadi laiknya Gus Najih; milenial, dan memiliki kegigihan kuat dalam memberantas hipokrisi radikalisme.

Wallahu A‘lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru