31.8 C
Jakarta

Gus Nadir dan Teladan Dakwah

Artikel Trending

Milenial IslamGus Nadir dan Teladan Dakwah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Prof Nadirsyah Hosen alias Gus Nadir, ia salah satu ulama muda produktif yang hidup di negeri kanguru Australia. Ia giat melakukan gerakan dakwah di dua muara kehidupan. Pertama, dakwah literasi di dunia barat merupakan tempat ia berbagi peran menciptakan kerukunan bagi umat beragama. Kedua, dakwah di media sosial menjadi sarana untuk menebar Islam rahmatan lil ‘alamin bagi generasi milenial.

Tidak hanya pendengar setia Gus Nadir, para pembaca karyanya pun kian berdatangan ke media pribadinya. Sehingga tak sedikit pembaca yang mengunjungi situs nadirhosen.net sebagaimana dilansir dari akun twitter-nya [@na_dirs]. Terdapat 1.188.392 orang, dan 10 artikel yang paling banyak diakses dari 690 artikel.(31/12/19)

Dakwah Gus Nadir adalah mengajak kita untuk membangun peradaban dan toleransi agama. Pola dakwah seperti ini, cukup mengubah kondisi kehidupan kita lebih ramah. Narasi dan diksi-diksinya penuh humor, sopan dan santun. Siapa yang tak terlena pasca menyimak ceramah dan karya-karyanya?

Eksistensi dakwah di dunia barat memang tak semudah kita pikirkan, langkahnya menuju kebaikan dan kebenaran. Yaitu, memperkenalkan konsep Islam moderat yang ada di Indonesia. Pendekatan moderatisme, misi yang harus ditegakkan guna terciptanya dakwah yang rahmatan lil ‘alamin.

Baginya, di tengah maraknya propaganda ideologi khilafah, kekerasan, dan ujaran kebencian oleh ISIS, dan eks Hizbut Tahrir Indonesia. Dakwah bil rahmah dapat kita jadikan sebuah alternatif untuk mencegah ideologi transnasional yang jelas-jelas melukai nurani umat beragama, terutama umat Islam.

Gus Nadir memang lebih memilih tradisi dakwah yang simple, sederhana dan langsung menyasar generasi milenial dan masyarakat umum. Utamanya, yang belum menguasai dan mumpuni di bidang agama, sehingga dakwah santun. Baginya, merupakan cara efektif mencegah dan mengatasi penyebaran hate speech, intoleransi, ekstremisme, radikalisme, dan paham kekerasan atas nama agama (terroristic).

Pun dakwahnya yang bersifat tradisional dan moderat, tampak mencerminkan Gus Nadir sebagai ulama yang hendak mempraktikkan pola dakwah yang pernah dilakukan oleh ke 7 wali sebelum pra-Islam itu masuk ke bumi Nusantara. Karena itu, Islam dan budaya menjadi titik temu, sehingga melahirkan sikap-sikap yang welas asih dan penuh cinta serta kasih sayang.

Gus Nadir dan Kontra Narasi

Karya-karya Gus Nadir sejauh ini selalu monumental, dan mudah dicerna oleh banyak pembaca. Substansi dalam beberapa bukunya pun ia mencoba melakukan kontra narasi terhadap kelompok tertentu yang mempolitisasi dalil khilafah melalui ormas keagamaan yang ada dalam pusaran politik praksis-ideologis.

Padahal, ideologi khilafah Islamiyah saja tidak punya konsep baku. Bahkan dalam setiap pergantian imamah atau kepemimpinan khulafaur rasyidin pun berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini bukan soal relevan atau tidaknya ajaran Islam. Akan tetapi, Pancasila telah final yang disepakati bersama (kalimatun sawa) melalui hasil ijtihad para pendiri bangsa (the founding fathers), dan para ulama, baik dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

BACA JUGA  Bulan Ramadan: Antara Jeratan Nikmat dan Jeritan Derita Umat Islam

Apalagi kemudian, banyak generasi milenial yang melek digital mudah sekali terpapar intoleransi, paham ekstremisme, dan radikalisme. Semua paham transnasional tersebut merajalela di media sosial, sehingga dengan postingan-postingan dakwah keagamaan yang tampak ekstrem memudahkan kelompok mereka melakukan regenerasi dan radikalisasi.

Oleh karena itu, untuk merajai medan dakwah digital yang mampu menyadarkan semua golongan milenial perlu keteladanan dakwah yang tergolong toleran, responsif, menjunjung tinggi pluralitas agama, dan memperkuat kebhinekaan tujuannya supaya tak lagi mengurai konflik kekerasan.

Salah satu parameternya kita terpapar radikalisme karena mudah mengkonsumsi informasi dari publik seputar gerakan dakwah, hijrah, dan jihad tanpa melakukan klarifikasi (tabayyun) terlebih dahulu, dan didasarkan atas pemahaman agama yang kuat. Sebagaimana hal itu tercermin dalam substansi al-Qur’an terletak pada sepatah kalimat “Fatabayyanu”.

Pergerasan ideologi, dimulai dari eksistensi kelompok jihadis yang fokus pada gerakan jihad, hijrah, dan mengarah terhadap persoalan ideologi takfiri. Pancasila dan demokrasi dipandang thaghut alias kafir, pandangan ekstrem demikian sangat membahayakan kelompok mayoritas, dan generasi milenial.

Narasi khilafah dan thaghut cukup mengganggu ketenangan dan ketentraman negara Pancasila, problematika yang mengancam persoalan ideologi. Sesungguhnya, menjadi evaluasi pemerintah dan ormas-ormas Islam untuk melakukan pencegahan ideologi transnasional melalui kontra narasi ala Gus Nadir.

Dakwah Teladan

Gus Nadir dalam konteks keteladanan dakwah hendak menampilkan misi kenabian dan misi keagamaan. Artinya, misi kenabian yaitu mengajak kita untuk berbuat kesopanan. Sedangkan misi keagamaan adalah untuk menebar kedamaian. Sebagaimana Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai solusi alternatif mendidik generasi da’i yang lebih solid mengikat persatuan.

Teladan dakwah Gus Nadir terbukti dari beberapa karya yang pernah ditulisnya cukup banyak memotivasi dan mengayomi masyarakat serta para generasi melalui dakwah-dakwah yang santun. Mulai dari, “Saring Sebelum Sharing“, “Islam Yes dan Khilafah No“, “Tafsir al-Qur’an Di Medsos“, dan bahkan artikelnya pun soal “Khilafah Islam, Fiktif?“.

Dalam pelbagai kesempatan, pun Gus Nadir menyampaikan visi Nabi Muhammad Saw salah satunya iqra! dan pengamalan akhlak dalam kehidupan umat beragama. Artinya, setiap kita melakukan gerakan dakwah harus dengan cara yang santun, toleran, ramah, dan beraklakul karimah. Karena itu, dapat menciptakan kedamaian dan kuatnya persatuan.

Jika demikian ada kelompok-kelompok ekstremisme dan radikalisme di media sosial. Gus Nadir pernah mengatakan [LokadataID 13/07/18], Saya merasa betul bahwa fardu kifayah kita harus melawan gerakan radikalisme yang memanfaatkan media sosial, khususnya orang-orang yang tidak punya otoritas untuk bicara tentang dunia Islam.”

Untuk itu, peran Gus Nadir menunjukkan bahwa dakwah teladan itu adalah dakwah yang sesuai dengan misi Islam rahmatan lil ‘alamin yang dapat menciptakan harmoni kebangsaan. Paling tidak, pengamalan Islam rahmah itu berjalan dengan optimal. Sehingga dakwah seperti ini dapat mencegah paham-paham ekstrem yang beredar di mana-mana, khususnya di media sosial yang bisa menjadi bagi generasi milenial.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru