29.1 C
Jakarta

Gus Baha’ dan Ideologi HTI di Indonesia

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanGus Baha’ dan Ideologi HTI di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Salah satu organisasi yang ngotot menjalankan khilafah adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI bersikukuh mengganti sistem negara Indonesia yang demokratis dengan sistem khilafah yang katanya dipimpin oleh seorang pemimpin. Sayang, sampai sekarang rencana itu belum terlaksana. Sampai kemudian, HTI tersungkur sendiri di negara merah putih ini. HTI dengan terpaksa dibubarkan sebagai organisasi di Indonesia. Karena, organisasi ini dinilai sangat berbahaya.

Banyak orang Indonesia yang terjebak dengan bujuk rayu HTI. Mereka tidak tahu malu mengorbankan agamanya sendiri demi ikut dan bergabung dengan HTI. Padahal, sesungguhnya mereka dibawa kepada jalan yang tidak benar: perpecahan. Gus Baha’ mencoba memberikan pencerahan menyikapi organisasi, terlebih HTI, yang berkembang di berbagai wilayah, tak terkecuali di Indonesia. Bagi Gus Baha’, semua organisasi itu musiman, seperti HTI. Setiap umat Islam, lebih-lebih kyai, walaupun saat bertengkar pun bilang, “Wa’tashimu bi hablillahi jami’an wa la tafarraqu.” Maksudnya, kita dilarang berpecah belah di tengah persatuan. Jadi, siapapun yang berpecah belah tidak melakukan pesan ayat ini. Terus, HTI bikin organisasi sendiri dengan tidak mau ikut NU atau Muhammadiyah. Hal ini menjadi bukti HTI sendiri membuat perpecahan. Kalau HTI berhati lapang, kenapa tidak memilih organisasi yang sudah ada dan berjalan?

Gus Baha’ melanjutkan, membuat organisasi baru, seperti HTI, tidak mudah untuk diterima di tengah-tengah masyarakat. Selevel FPI yang sudah dipimpin seorang habib yang misinya jelas nahi munkar, itu di Jakarta juga tidak kuat menjadi organisasi besar mengalahkan NU dan Muhammadiyah. Gus Baha’ meyakini, semua organisasi punya niat baik semua, tapi pada level teknis atau kaifiyah sungguh sangat mustahil dan berdarah-darah.

Di Indonesia Gus Baha’ itu cocok tidak cocok seandainya ditanya Tuhan, “Ha’, organisasimu apa?” Gus Baha’ bakal memilih di antara dua organisasi, NU dan Muhammadiyah. Karena secara umum Rasulullah bersabda, bahwa kamu harus mengikuti al-jamaah. Karena bikin yang baru-baru ini seperti HTI malah membingungkan. Setiap orang karena punya klaim pahamnya sendiri kemudian bikin organisasi. Sebut saja, HTI, Jamaah Tabligh, dan lain-lain. Itu semua berangkat dari kekecewaan.

BACA JUGA  Pilihlah Presiden yang Berilmu dan Beretika, Siapa Dia?

Kekecewaan ini sesuatu yang tidak dapat diterima. Kalau itu dibiarkan, nanti pengajian tafsir yang Gus Baha’ bina akan melakukan hal yang membuat organisasi baru juga. Makanya, setiap kajian Gus Baha’ pakai Tafsir Jalalain, karena yang lain-lain itu sudah tidak pakai kitab besar itu. Kajian sekarang di UGM dan UII itu sudah pakai Al-Qur’an langsung. Selain itu, MTA (Majlis Ta’lim Al-Qur’an) pahamnya macam-macam. MTA di Solo itu ada yang menganggap anjing itu tidak apa-apa karena di dalam Al-Qur’an yang diharamkan hanyalah babi. Jadi, kita jangan sampai terjebak di situ.

Gus Baha’ menegaskan, kalau niat orang baik semua. Tapi, ketika mempersatukan umat Islam dengan dia bikin organisasi sendiri dengan nama sendiri itu malah membuat perpecahan. Semisal, organisasi NU sama Muhammadiyah berarti sudah membuat dua perpecahan, sehingga jika kita buat lagi, maka perpecahannya menjadi tiga dan seterusnya.

Gus Baha’ bercerita, sekarang Hasyim Muzadi sebagai pimpinan NU dengan Din Syamsuddin sebagai pimpinan Muhammadiyah hidup saling rukun, karena Din juga anaknya kyai NU, bahkan Din wajahnya wajah NU. Cuma organisasinya Muhammadiyah. Disuruh tahlilah Din pasti juara, karena bapaknya tukang tahlil. Din dengan Kyai Sahal pernah jadi sekjen MUI. Makanya, dulu saat Din bertengkar dengan Amin Rais, Gus Dur bilang, “Din kelihatan aslinya”, maksudnya NU-nya langsung kelihatan. Tapi, kalau jamaah MTA dan HTI memiliki wajah yang beragam. Makanya, cocok tidak cocok tidak perlu ngambek. Kalau tidak cocok, jangan membuat organisasi sendiri, malah nanti makin banyak.

Sebagai penutup, Gus Baha’ diminta dirjen Depag di Jakarta untuk melepas jerat kebingungan karena menghadapi aliran-aliran yang sudah tercatat 215 aliran. Gus Baha’ menjelaskan, bahwa organisasi itu bukanlah sebuah keyakinan mutlak. Organisasi itu sifatnya musiman. Apapun organisasinya selagi tetap berpegang teguh pada prinsip Islam rahmatan lil alamin tidak perlu dipersoalkan. Tapi, HTI sebagai organisasi baru wajib dicegah, karena sudah terlihat dari aksinya yang dilakukan menyisakan perpecahan yang berkepanjangan.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari gagasan Gus Baha’ yang disampaikan di depan publik

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru