34 C
Jakarta

Gus Azaim Menutup Kesombongan Kaum Ekstremis

Artikel Trending

Milenial IslamGus Azaim Menutup Kesombongan Kaum Ekstremis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semenjak kehadiran virus corona, pemikiran umat Islam tidak lagi sehat dalam merespon wabah atau penyakit. Padahal, kita adalah kaum beragama yang memiliki akidah sebagai sumber untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Baik melalui tantangan maupun ujian, gus Azaim salah satu dari deretan ulama yang meredam sikap kaum ekstremis.

Corona atau Pandemi Covid-19 memang bukan wabah ataupun penyakit yang sengaja datang karena diundang. Tetapi, kehadirannya datang dari kuasa Allah untuk menguji sejauh mana benteng kekuatan iman dan ketakwaan manusia di muka bumi ini. Tanpa harus bersikap sombong dan intoleran.

Berlagak sombong tersebut muncul dari sikap keberagamaan kaum ekstremis yang menentang fatwa ulama dan tidak mau taat kepada regulasi negara. Padahal, tujuan penerbitan keduanya adalah menjadi pandangan substantif masyarakat luas. Baik dalam perspektif keberagamaan atau pun kenegaraan.

Potret buram ketika kaum ekstremis lagi-lagi menentang keberadaan anjuran ulama dan pemerintah. Hal ini terbukti, dalam setiap pekan kajian online di rumah. Mereka beranggapan bahwa corona menimpa negara Indonesia disebabkan pemerintah dan ulama tidak menegakkan ideologi khilafah.

Adalah kesombongan kaum ekstremis selalu membangun prasangka buruk dan mengucilkan ujian dari Tuhan. Misalnya, ada yang bilang. “Kami tak takut corona, kalau Allah tidak berkehendak, saya tidak akan terkena penyakit”, sikap ini tergolong manusia yang tawakkal. Namun, bersikap sombong.

Apalagi sampai-sampai keluar ucapan dari sebagian umat Islam radikal yang menolak adanya PSBB dan fatwa ulama, karena kaum ekstremis merasa percaya kepada Allah. Tetapi kemudian, mereka tanpa menyadari bahwa sikap arogansinya merupakan tindakan mengucilkan, dan tidak meyakini akan keesaan, serta keagungan sang maha pencipta (al-‘adzim).

Allah dapat menciptakan dan menurunkan segala macam jenis ujian yang bisa datang kapan saja, maka kita sebagai umat Islam patutlah berbangga diri ketika tidak terpapar penyakit. Inilah tawakkal, adalah menolak anjuran pemerintah dan ulama bukan berarti kita harus bersikap sombong.

Islam meletakkan dasar-dasar keberagamaan itu tidak hanya sekedar menjadi orang yang tawakkal. Melainkan mengamalkan prinsip-prinsip takwa itu sendiri, bersikap qanaah, tawadhu, wara, dan yakin. Bahwa Allah yang menciptakan virus corona. Tentu, pasti ada obat atau metode pemulihannya.

Pesan Gus Azaim

Keberadaan fatwa ulama tentu menjadi penenang umat Islam untuk menjaga-jaga kesehatan. Sebagaimana tersurat dalam maqasidus syariah tentang pentingnya menjaga jiwa (al-hifd nafs), sebab keselamatan jiwa adalah hal yang paling sangat diutamakan oleh agama dan fatwa ulama itu sendiri.

Sungguh bertakwa menunjukkan sebagian umat itu beriman kepada Allah. Dengan demikian, kekuatan iman tersebut telah diuji oleh sang penguasa alam. Agar iman setiap umat Islam dapat mengendalikan sikap kesombongannya kepada penyakit atau wabah corona yang diturunkan Allah.

BACA JUGA  Maraknya Konten Ekstrem-Radikal di Media Digital yang Wajib Dimatikan

Gus Azaim berpesan, “kalau kita diuji oleh Allah, maka jalani dengan sabar. Tetapi, kalau tidak ada apa-apa jangan cari ujian. Jadi, jangan sombong pada penyakit, karena penyakit itu ada penciptanya. Kalau anda sombong pada penyakit, maka anda sombong pada yang menciptakan penyakit.”

Ucapannya sesuai hadits Nabi Muhammad Saw ketika itu mengingatkan kaum muslimin supaya terhindar dari virus takabur (sombong). Diriwayatkan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud R.A. sebagai berikut: “Tidak akan masuk surga orang-orang yang dalam hatinya terdapat rasa takabur meskipun hanya sekecil biji sawi.”

Islam menegaskan kedudukan sikap sombong baik yang tampak secara lahiriyah maupun yang terbesit dalam hati. Adalah perilaku yang tidak terpuji, dan cacat moral. Apalagi sombong kepada penyakit yang kita sendiri terkadang tidak memiliki kemampuan untuk mencari obat penawarnya.

Sikap sombong hanya menjadi milik Allah semata, tidak ada yang lain. Oleh karenanya, keberadaan virus corona ini, harus kita anggap suatu hikmah yang menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk kembali menjadi manusia yang mengamalkan prinsip qanaah, tawadhu, wara, dan yakin.

Sadar Keterbatasan

Kita hanyalah manusia yang diciptakan Allah untuk menyembahnya dan mentaati perintah, serta menjauh dari larangan-laranganya. Menghindar dari sikap sombong/takabur merupakan kesadaran umat beragama yang ingin mempraktikkan bagaimana berakhlak seperti akhlaknya Nabi dan Allah.

Manusia memang tidak pernah luput dari kelebihan dan kekurangan, sehingga ketika iman umat Islam begitu kuat, maka diujilah kesabarannya untuk tidak bersikap takabur. Satu-satunya tantangan untuk menangkal kesombongan kaum ekstremis dengan cara mencegah intoleransi dan radikalisme.

Intoleransi adalah sikap yang tidak bisa menerima pandangan orang lain. Sedangkan radikalisme merupakan paham yang anti fatwa ulama dan peraturan pemerintah. Dua hal ini, faktor lain yang membuat ibadah segelintir umat Islam tampak takabur disebabkan pemikirannya yang ekstrem.

Jika kita merasa terbatas dan sadar atas ajaran agama, maka jadilah umat Islam yang selalu bersikap rendah hati dan menghindari dari nada kesombongan. Karena itu, merupakan teladan yang dimiliki Nabi Muhammad Saw, yaitu manusia yang mengamalkan prinsip-prinsip keberislaman.

Dalam konteks new normal, setidaknya dapat menimbulkan efek kesadaran bagi kaum ekstremis yang masih bersikap takabur. Akhir dari sebuah kesempatan hanya satu pilihan, bersikap rendah hati lebih baik daripada bersikap emosi. Sebab itu, kunci menuju virus kesombongan.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru